Bambang Mudjiyanto
Puslitbang Aptika dan IKP, Badan Litbang SDM, Kementerian Kominfo

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUSUTAMAAN NILAI-NILAI PANCASILA DI ERA PANDEMI COVID-19 Bambang Mudjiyanto; Amri Dunan
Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa Vol 2, No 1 (2021): MAJALAh SEMI ILMIAH POPULER KOMUIKASI MASSA
Publisher : Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nilai-nilai Pancasila sangat dirasakan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia sehari-sehari. Negara Indonesia sebagai bangsa yang besar dengan berbagai keberagaman seperti agama, kebudayaan, sosial, hingga etnik sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang dimiliki. Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, semua agama dan kepercayaan bebas hidup di dalamnya. Pancasila adalah soal keyakinan dan penegakan hak asasi. Pancasila tidak akan tertanam dalam jiwa kita sendiri masing-masing bila tidak berjuang. Tak seorang pun akan berjiwa Pancasila kalau dia tidak mempraktikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan setiap hari. Pancasila bukan hanya dasar statis, melainkan juga bintang penuntun yang dinamis yang mesti responsif terhadap dinamika sosial dan global. Nilai mulia dalam semangat bergotong royong ini diharapkan mampu mengatasi semua perbedaan status, golongan, etnik, agama, dan kelompok. Oleh itu, pengarusutamaan nilai-nilai pancasila merupakan hal penting dilakukan semua pihak saat ini.
MENCEGAH RADIKALISME MELALUI MEDIA SOSIAL Felix Tawaang; Bambang Mudjiyanto
Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa Vol 2, No 2 (2021): Majalah Ilmiah Semi Populer Komunikasi Massa
Publisher : Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sikap mendorong kebencian kepada negara, pemerintah, maupun golongan lain bukan merupakan ajaran agama mana pun. Tak ada satu ajaran agama yang membenarkan radikalisme. Islam, misalnya, mengajarkan cinta kepada sesama. Radikalisme berkaitan dengan pemikiran, sikap, perilaku orang-orang. Paham ini menoleransi kekerasan untuk mencapai tujuan. Mereka menanfaatkan media sosial untuk menyebarkan paham tersebut, dari satu pihak ke pihak lain serta. Kita seharusnya memerangi paham ini karena radikalisme ini memiliki potensi mendorong seseorang untuk melakukan aksi terorisme. Mereka yang memiliki paham radikalisme menggunakan justifikasi agama dalam menjalankan aksi mereka. Cara untuk menangani radikalisme adalah dengan melakukan deradikalisasi melalui pendidikan di masyarakat. Pemerintah harus mengedepankan pendekatan yang manusiawi dan empatik dalam melakukan tindakan terhadap praktik-praktik radikal ketimbang penindakan yang bersifat represif.
IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DI SAAT PANDEMI COVID-19 Bambang Mudjiyanto; Amri Dunan
Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa Vol 2, No 2 (2021): Majalah Ilmiah Semi Populer Komunikasi Massa
Publisher : Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sepanjang sejarahnya, bangsa Indonesia telah menghadapi berbagai bentuk tantangan dan ujian. Hal itu dapat dilalui berkat kekuatan persatuan dan kesatuan bangsa yang berpedoman pada ideologi Pancasila, yang juga menjadi dasar dan ideologi negara. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat perbedaan pendapat dalam masyarakat Indonesia yang memiliki beragam suku, budaya, dan agama. Nilai-nilai Pancasila harus dipahami secara menyeluruh sehingga tercipta kerukunan bangsa. Sila-sila Pancasila dapat menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dalam menghadapi berbagai tantangan. Di masa pandemi Covid-19, nilai-nilai Pancasila diimplementasikan dalam masyarakat Indonesia, yaitu gotong royong.
LITERASI MEDIA DI ERA POST TRUTH Bambang Mudjiyanto; Amri Dunan
PRoMEDIA Vol 6, No 2 (2020): PROMEDIA
Publisher : UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/promedia.v6i2.4358

Abstract

AbstractFraming of media messages through text, sound and images is a media activity to influence the thoughts and feelings of the audience. The relationship between media and audiences is built by media messages, whereas media messages are in themselves unique. Media literacy is intended to make media literate individuals who have an understanding and skills in access to, knowledge, and attitudes towards the media used. Media literacy is built to increase individual control over the media they use to send and receive messages. This social shift cannot be separated from the influence of the strengthening of the digital world where humans are connected to one another in a network called the internet. This condition makes information production no longer a monopoly on mainstream media but also social media managed by the public. The emergence of hoax news on social media, the post truth era is marked by media and journalism indecision, especially in dealing with fake statements from news sources. Post truth is an abnormality. Adapted societies, of course, still adhere to the values of truth and divine morality as shared values.Keywords: Literacy, Media, Post TruthAbstraksiPembingkaian pesan media melalui teks, suara dan gambar merupakan aktivitas media untuk mempengaruhi pikiran dan perasaan khalayak. Hubungan antara media dan khalayak dibangun oleh pesan media, sedangkan pesan media itu sendiri sesuatu yang khas. Literasi media dimaksud bertujuan menjadikan individu melek media yang memiliki pemahaman dan kecakapan atas akses, pengetahuan, dan sikap terhadap suatu media yang digunakan. Literasi media dibangun untuk meningkatkan kontrol individu terhadap media yang mereka gunakan untuk mengirim dan menerima pesan. Pergeseran sosial tak lepas dari pengaruh menguatnya dunia digital dimana manusia terkoneksi satu sama lain dalam jaringan bernama internet. Kondisi ini membuat produksi informasi tidak lagi menjadi monopoli media arus utama (mainstream) melainkan juga media sosial yang dikelola oleh masyarakat. Munculnya berita-berita hoaks di media sosial, era post truth ditandai dengan kebimbangan media dan jurnalisme khususnya dalam menghadapi pernyataan-pernyataan bohong sumber berita. Post truth adalah sebuah ketidaknormalan. Masyarakat beradap, tentu masih berpegang pada nilai-nilai kebenaran dan moralitas ke-Tuhan-an sebagai nilai bersama.Kata-kata Kunci: Literasi, Media, Post Truth