Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

MEDIA MAINSTREAM JADI RUJUKAN MEDIA SOSIAL Bambang Mudjiyanto; Amri Dunan
Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa Vol 1, No 01 (2020): Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa
Publisher : Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peran media mainstream dan insan pers masih dibutuhkan masyarakat dan pemerintah untuk memerangi informasi ujaran kebencian dan hoaks yang disampaikan oleh media sosial. Masyarakat masih butuh informasi yang benar sesuai data, fakta, dan terverifikasi yang disajikan media konvensional di Indonesia. Media mainstream menjadi garda terdepan sebagai sumber informasi yang valid bagi masyarakat, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Masyarakat juga harus jeli mencermati, memilih dan memilah informasi yang diterima melalui media sosial, untuk kenyamanan dan ketenteraman dalam masyarakat. Bagi pemerintah, media mainstream mengambil peran sebagai rumah komunikasidan kontrol sosial serta menjadi harapan pembangunan bangsa untuk mendorong menjadi bangsa yang besar. Media mainstream memiliki aturan main yang sangat ketat dalam proses penyajian berita. Kelayakan sebuah informasi untuk diberitakan menjadi konsumsi publik melalui proses panjang, sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Para jurnalis di media mainstream umumnya para profesional dengan pendidikan cukup memadai dan diberikan pembekalan khusus tentang etika jurnalistik, umumnya tergabung dalam serikat profesi yang diikat oleh kode etik. Jurnalis media mainstream bekerja mencari, mengolah, dan menyebarkan informasi dengan kerangka etis, mereka mengabarkan fakta, bukan fantasi.
MEDIA BARU, BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK (Survei Pemilih di Jambi, Babel dan Jakarta Mengenai Aktifitas Komunikasi Politik Melalui Media Baru) Bambang Mudjiyanto
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 18, No 2 (2014): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.144 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2014.180204

Abstract

This research tries to answer problems regarding phenomenon of political culture, and political participation of the peoples by using new media (population based on data in regional commission for general election). By survey, this research shows that there is variety of political culture in the three of research location. But, the over all inclination, the political culture is participant. Other finding is that there is vartiety of political participation as well. It shows that there is difference of political participation typology, specially apathetic one. The respondent proportion is different to each other but dominant, specially in Pangkal Pinang. Phenomenon of the same political typology in the three research locations is spectator one. Respondents in this typology become second dominant respondents in every location. Statistically, the relationship of those two variables is not significant. Relationship notations as follow: in Jakarta, X2 = 1,1857, df 3, p > α 0,05 (7,815). In Pangkal Pinang, X2 = 5,330, df 6, p > α 0,05 (12,592), in Jambi X2 = 2,0063, df 4, p > α 0,05 (9,488). Keywords : New Media; Political Culture; Participation Culture.ABSTRAK Penelitian ini berupaya menjawab persoalan menyangkut fenomena budaya politik dan partisipasi politik terkait penggunaan media baru oleh masyarakat (para anggota masyarakat yang secara sampling terpilih dari populasi pemilih menurut data KPUD). Dengan metode survai, penelitian ini menemukan bahwa memang terdapat keragaman budaya politik di tiga lokasi penelitian namun dengan satu kecenderungan di mana responden umumnya secara over all sudah memiliki budaya politik partisipan. Temuan lain yaitu bahwa fenomena partisipasi politik itu memang bervariasi adanya. Secara over all memperlihatkan bahwa di lokasi itu cenderung adanya perbedaan tipologi terkait dengan gejala partisipasi dimaksud. Perbedaan itu terutama menyangkut responden yang bertipologi apatis. Proporsi responden yang demikian berbeda jumlahnya di setiap lokasi, namun jadi bagian responden yang menonjol. Paling banyak dijumpai di Pangkal Pinang. Sedang tipologi politik lain yang cenderung sama gejalanya di tiga lokasi penelitian, yaitu tipologi Spektator. Responden bertipologi ini menjadi kelompok responden terbesar kedua di setiap lokasi penelitian. Secara statistik hubungan kedua variabel tidak signifikan. Notasi hubungan tersebut yaitu : Di Jakarta, X2 = 1,1857, df 3, p > α 0,05 (7,815). Di Pangkal Pinang , X2 = 5,330, df 6, p > α 0,05 (12,592). Di Jambi X2 =2,0063, df 4, p > α 0,05 (9,488).
Pola Komunikasi Siswa Tunarungu di Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Kota Jayapura Bambang Mudjiyanto
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 22, No 2 (2018): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.905 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2018.220205

Abstract

Ketunarunguan siswa berkenaan kondisi pendengaran individu, yaitu ketidakmampuan siswa dalam menangkap komunikasi verbal atau suara lainnya yang disesuaikan dengan frekuensi dan intensitas tertentu. Individu-individu tersebut diklasifikasikan sesuai dengan kategori ketuliannya. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan tipe deskriptif. Tipe penelitian deskriptif digunakan sebagai prosedur untuk mengemukakan pemecahan masalah dengan mengetengahkan keadaan obyek yang diteliti. Subyek penelitian individu, dengan key informan kemudian informan berikut ditarik melalui snowball sampling. Pengumpulan data lapangan berlangsung dari tanggal 30 Juli 2018 s/d 3 Agustus 2018, di Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Kota Jayapura, Provinsi Papua. Proses komunikasi siswa tunarungu memerlukan pelayanan dan pendidikan khusus. Pola komunikasi total dan interaksi simbolik yang dikombinasikan yang terjadi mendukung efektivitas komunikasi antara tunarungu, guru dan lingkungannya. Penggunaan ponsel atau komputer yang terhubung internet mempermudah interaksi dan komunikasi. Pemberdayaan kualitas pembelajaran siswa tunarungu diperlukannya sarana dan prasarana yang khusus bagi masing-masing siswa B, seperti ruang bina komunikasi dan persepsi bunyi irama, ruang bina persepsi bunyi dan bicara ruang keterampilan. Pembekalan hardskill seperti penguasaan teknologi komunikasi dan informasi, kemampuan teknis sesuai dengan minat dan bakat berhubungan dengan bidang ilmunya serta softskill keterampilan berkomunikasi dengan orang lain termasuk dengan dirinya sendiri.
OPERASIONAL SISTEM PERKANTORAN ELEKTRONIS DAN IMPLEMENTASI ASPEK HUMAN RESOURCES (Survei Pejabat Pemerintah tentang Implementasi E-govt) Bambang Mudjiyanto
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 17, No 1 (2013): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.613 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2013.170102

Abstract

Dengan latar belakang keingintahuan terhadap map actual mengenai implementasi e-local government dari suatu pemerintahan local, penelitian ini memfokuskan permasalahannya menjadi dua ; (1) Sejauh mana Operasional sistem perkantoran elektronis telah digunakan dalam rangka pengembangan e-local government; (2) Sejauh mana aspek human resources diimplementasikan oleh pejabat pemerintah daerah dalam pengembangan e-local government. Dengan menggunakan metode survai, hasil penelitian menunjukkan bahwa menyangkut adopsi sistem perkantoran elektronis, Pemda Provinsi Jambi jauh mengungguli tiga pemda lainnya, yakni Bengkulu, Babel dan DKI Jakarta. Demikian juga menyangkut pengimplementasian aspek human resources da;am rangka pengembangan e-local government, pihak Pemda Jambi juga jauh mengungguli pemda-pemda lainnya, yaitu Bengkulu, Babel dan DKI Jakarta. Terkait dengan temuan masih relatif rendahnya tingkat adopsi indikator perkantoran elektronis dan rendahnya implementasi aspek human resources di lingkungan unit-unit kerja seperti di lingkungan Pemda Provinsi Babel, Bengkulu dan DKI Jakarta, perlu disikapi dengan bijak oleh pihak Pemerintah Pusat yang berwenang dengan cara melakukan teguran administratif.
TIPE PENELITIAN DESKRIPSI DALAM ILMU KOMUNIKASI Cut Medika Zellatifanny; Bambang Mudjiyanto
Mediakom Vol 1 No 2 (2018): Vol 1 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Informatika, Informasi dan Komunikasi Publik (APTIKA dan IKP) Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.294 KB) | DOI: 10.17933/diakom.v1i2.20

Abstract

Abstrak – Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subyek yang diteliti secara objektif, dan bertujuan menggambarkan fakta secara sistematis dan karakteristik objek serta frekuensi yang diteliti secara tepat. Pada umumnya, temuan dari penelitian deskriptif adalah dalam, luas dan terperinci. Luas karena penelitian deskriptif dilakukan tidak hanya terhadap masalah tetapi juga variabel-variabel lain yang berhubungan dengan masalah itu. Pelaksanaan penelitian deskriptif terstruktur, sistematis, dan terkontrol karena peneliti memulai dengan subjek yang telah jelas dan mengadakan penelitian atas populasi atau sampel dari subyek tersebut untuk menggambarkannya secara akurat.
Penelitian Komunikasi Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Berbasis Internet Bambang Mudjiyanto
INSANI Vol 4 No 1 (2017): INSANI
Publisher : STISIP Widuri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.5 KB)

Abstract

Berangkat dari fenomena masih relatif minimnya riset-riset yang difokuskan pada fenomena komunikasi dalam media internet, tulisan ini memfokuskan bahasannya pada persoalan pelaksanaan penelitian komunikasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang berbasis internet. Dari hasil pembahasan disimpulkan bahwa pada dasarnya fenomena komunikasi yang terjadi melalui medium internet dapat ditelaah melalui penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pada penelitian dengan pendekatan kuantitatif, yang membedakannya adalah pada tipe penelitiannya, yaitu antara tipe penelitian korelatif dan penelitian tipe deskriptif. Hal ini karena berkaitan dengan sifat samplingnya. Sementara pada penelitian dengan pendekatan kualitatif, sehubungan obyeknya ‘teks’, selain genrenya relatif sangat banyak, level analisisnya juga jadi relatif mudah untuk dikembangkan.
PASAL KARET UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKRONIK BERMASALAH Amri Dunan; Bambang Mudjiyanto
Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa Vol. 3 No. Nomor 1 (2022): Majalah Ilmiah Semi Populer Komunikasi Massa
Publisher : Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wacana Presiden RI merevisi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) patut ditindaklanjuti bawahannya dan DPR. Pasalnya masyarakat sangat mengharapkan regulasi itu diubah. Pasal multitafsir dalam regulasi itu harus diubah demi keadilan. Pasal-pasal karet harus menjadi fokus utama pembenahan UU ITE. Tujuannya melindungi kebebasan berpendapat yang merupakan bagian dari keberlangsungan demokrasi. Pasal-pasal yang diklaim sebagian pihak multitafsir membutuhkan pembuktian dan data yang mendukung. Pasalnya pembuat dan penyebar hoaks harus diberi sanksi. Oleh sebab itu masukan berbagai pihak yang dapat memenuhi aspirasi pubik, sekaligus menjawab kebutuhan bangsa di masa depan sangat dibutuhkan. Kritik, kalau sesuai fakta, itu pendapat yang harus dihormati, tapi kalau bersifat fitnah dan adu domba, harus diproses hukum. UU ITE tidak membungkam kebebasan berpendapat. Namun, itu menyasar pembuat dan penyebar hoaks, fitnah dan adu domba masyarakat. Pemerintah khawatir apabila pengaturan informasi elektronik tidak diatur secara demokratis akan memecah belah persatuan bangsa. Orang lebih leluasa membuat konten tanpa etika. Bahkan, ada pihak yang memproduksi dan menyebarkan konten mengandung unsur kebencian berdasarkan Sara, pornografi, radikalisme, terorisme secara sistematis menggunakan robot, motifnya bisa politik maupun ekonomi. Untuk mencegah kian banyak korban UU ITE, yang trennya kian meningkat, revisi tetap diperkuat dengan memasukkan prinsip keadilan restoratif. Keadilan restoratif merupakan konsep di mana penyelesaian tindak pidana yang melibatkan pelaku, korban, dan pihak terkait, untuk secara bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan mengedepankan pemulihan kembali keadaan semula dan bukan semata-mata pembalasan. Kata Kunci: Pasal Karet, UU ITE, revisi
Peran Guru Dan Orangtua Dalam Mengatasi Dampak Negatif Penggunaan Gadget Pada Siswa: Perspektif Dystopian, Neo-Futuris, dan Teknorealis Bambang Mudjiyanto; Afkar Khaibar Al Faruqi; Muhammad Daffa Shilbi; Launa
AlMaheer: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2 No. 02 (2024): AlMaheer: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Azami Cianjur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63018/jpi.v2i02.121

Abstract

Tren kenaikan jumlah pengguna gadget dikalangan sisa terus meningkat dari waktu ke waktu. Studi kualitatif berbasis analisis deskriptif ini coba mengurai problematik seputar dampak negatif penggunaan gadget di kalangan siswa menggunakan tiga perspektif analisis, yakni analisis dystopian, neo-futuris, dan teknorealis. Hasil kajian menunjukkan, dampak negatif penggunaan gadget dikalangan siswa adalah terhambatnya pembentukan orientasi, sikap, dan perilaku siswa; terganggunya aspek psikis (siswa menjadi individualis, sensitif, reaktif, pemarah, dan sulit berkomunikasi); terganggunya kesehatan fisik (tingginya angka obesitas dan paparan radiasi elektromagentik yang berpotensi merusak syaraf mata dan otak dikalangan siswa); rendahnya kepasitas literasi dan prestasi belajar siswa; lemahnya kompetensi sosial dan kognitif siswa, serta minimnya parenting dan kerjasama pengawasan antarpihak secara efektif dan integratif. Hasil penelitian merekomendasi urgensi pengawasan guru dan orang tua secara efektif terkait siswa pengguna gadget aktif.
Sekolah Islam Terpadu Sebagai Ekspresi Identitas Kaum Muslim Urban Bambang Mudjiyanto; Launa, Launa; Muhammad Daffa Shilbi; Afkar Khaibar Al-Faruqi
ARIMA : Jurnal Sosial Dan Humaniora Vol. 2 No. 2 (2024): November
Publisher : Publikasi Inspirasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62017/arima.v2i2.2409

Abstract

The increasingly materialistic dynamics of urban modernization have triggered the anxiety of most urban Muslims in deciding on the education of their children. In this materialistic era, the orientation of education has also shifted towards pragmatism that gives a small portion of religious content. This reality has made urban Muslims choose Islamic boarding schools, madrasas and modern Islamic schools that give a large portion of religion as an alternative education for their children. This qualitative study (based on Weber's social action theory and Coleman's rational choice theory) with a literature review analysis method tries to unravel the factors behind urban Muslims choosing schools with a strong touch of Islamic teachings as an alternative for education/inheritance of Islamic values for their children. The study concludes that internal factors (inheritance of religious values), external factors (influence of social environment and increasingly religious families), and performance factors (personal motives of Muslim parents) into the three dominant choices/motives.
Fenomena Gaya Hidup Gen Z Indonesia (Antara Tren Perilaku Impulsive dan Rekognisi Positive Emotion) Bambang Mudjiyanto; Launa; Hafzotillah; Priatna Kusuma; Nursyamsi
ARIMA : Jurnal Sosial Dan Humaniora Vol. 2 No. 3 (2025): Februari
Publisher : Publikasi Inspirasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62017/arima.v2i3.3977

Abstract

This study seeks to examine the behavior of Gen Z from an alternative point of view, that Gen Z also has positive life attitudes and behaviors, which cannot be labeled as impulsive and panic. Through qualitative analysis with a phenomenological approach and virtual ethnography, this study concludes that as an entity that grew up under the influence of virtual ecology and digital ecosystem, theoretically Gen Z has unique attitudes and behaviors, namely social awareness, political views, and alignment with sensitive public issues, not just impulsive, panic, hedon, and consumptive. Understanding Gen Z's perspective, challenges, and optional ideas-sometimes critical-idealistic, but sometimes taking quick and practical solutions-will help us understand Gen Z's psychographic dynamics more fully and proportionally. Delving into the unique, varied and dynamic character of Gen Z is an important asset for all parties who want to connect and benefit from this entity, because Gen Z, in the future, will be a potential entity that can determine the black and white face of the nation's economy, politics, social and culture.