Heru Muryawan
Staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Undip, Jl. Dr. Sutomo No.18 Semarang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Risk factors contributing to weaning failure from continuous positive airway pressure to high flow nasal cannula in neonates with respiratory distress syndrome Putra, Najih Rama Eka; Dadiyanto, Dwi Wastoro; Sahyuni, Riza; Rini, Arsita Eka; Muryawan, Heru; Suswihardhyono, Adhie Nur Radityo
Paediatrica Indonesiana Vol. 64 No. 1 (2024): January 2024
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/pi64.1.2024.77-85

Abstract

Background Respiratory distress syndrome (RDS) is one of the most frequent causes of mortality and morbidity in neonates. High flow nasal canule (HFNC) is a step ladder modality of alternative oxygen therapy for weaning to reduce the workload of breathing and the need for intubation. Objective To identify the risk factors contributing to weaning failure from continuous positive airway pressure (CPAP) to HFNC in neonates with RDS. Methods This study was a retrospective observational study in neonates aged less than 36 weeks weighing less than 2500 grams who underwent CPAP to HFNC weaning from 2019 to 2021 in Dr. Kariadi Hospital, Semarang, Central Java, Indonesia. Results There were 108 patients included in this study. Our bivariate analysis found significant differences in gestational age, age at the start of weaning, body weight at the start of weaning, FiO2 levels, history of maternal chorioamnionitis, patent ductus arteriosus (PDA), anemia, apnea of prematurity (AOP), and sepsis in neonates with RDS. Multivariate analysis showed that the most dominant factors were FiO2 levels of more than 25% at the start of weaning (OR11.16; 95%CI 1.83 to 63.12; P=0.009), anemia (OR 7.70; 95%CI 1.39 to 42.67; P=0.019), AOP (OR 19.64; 95%CI 4.27 to 90.35; P<0.001), and sepsis (OR 10.93; 95%CI 2.37 to 45.53; P=0.002) Conclusion FiO2 setting of more than 25% at the start of weaning, anemia, AOP, and sepsis produce a significant probability of HFNC weaning failure.
Gambaran audiogram pada anak dengan penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis Muyassaroh, Muyassaroh; Muryawan, Heru; Cahyani, Nastiti Dwi
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 7 No. 2 (2020): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (595.947 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v7i2.512

Abstract

Latar belakang: Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah kerusakan ginjal atau penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) kurang dari 60 mL / min / 1,73 m2 paling sedikit 3 bulan. Pasien PGK memiliki resiko kejadian kurang pendengaran yang tinggi. Tujuan: Mengetahui gambaran audiogram anak dengan PGK yang menjalani hemodialisis. Metode : Diskriptif retrospektif 7 kasus PGK ada anak yang menjalani hemodialisis di RSUP Dr.Kariadi Semarang Juli 2017. Hasil : didapatkan 5 kasus(71,4%) kurang pendengaran sensorineural, 1 kasus (14,3%) kurang pendengaran campuran (MHL) dan 1 kasus (14,3%) normal. Derajat kurang pendengaran bervariasi dari derajat ringan sampai sangat berat. Kesimpulan: Kurang pendengaran sensorineural sebagian besar terjadi pada anak dengan PGK yang menjalani hemodialisis. Kata kunci : Audiogram, SNHL, PGK Background: Chronic kidney disease (CKD) is kidney damage or a decrease in glomerular filtration rate (GFR) of less than 60 mL / min / 1.73 m2 for at least 3 months. Patients with CKD have a high risk of hearing loss. Objective: The aim of illustrate the audiogram on children with chronic kidney disease undergoing hemodialysis. Methode : Descriptif retrospective to seven cases of children with chronic kidney disease who undergoing hemodialysis in Karyadi hospital juli 2017. Result : Five cases (71,4%) with sensorineural hearing loss. One case(14,3%) showed severe mix hearing loss, one cases(14,3%) with normal audiogram. The degree of hearing loss from mild to profound Conclusion: Sensorineural hearing loss may occur in the majority of children with CKD on hemodialysis Keywords : Audiogram, SNHL, PGK
Gangguan Pendengaran pada Anak dengan Sindrom Bartter Muyassaroh, Muyassaroh; Pratomo, Santo Mudha; Muryawan, Heru
Sari Pediatri Vol 26, No 3 (2024)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp26.3.2024.183-8

Abstract

Latar belakang. Sindrom Bartter merupakan gangguan tubulus ginjal ditandai dengan hiperaldosteronisme sekunder, alkalosis metabolik hipokalemia, disertai tekanan darah yang normal atau rendah. Gangguan elektrolit akibat kelainan ginjal, berpengaruh pada telinga bagian dalam mengakibatkan gangguan pendengaran. Tujuan. Mengetahui gangguan pendengaran pada anak dengan Sindrom Bartter. Metode. Dilakukan pencarian di PubMed, Google Schoolar, dan Cochrane dengan menggunakan kata kunci “Hearing loss”, “barter syndrome”, dan “hypokalemia”. Hasil pencarian dievaluasi menggunakan kriteria eksklusi dan inklusi. Selanjutnya dilakukan telaah kritis dengan memperhatikan validitas, kepentingan dan penerapan pada pasien terhadap artikel lengkap dari studi yang terseleksi. Hasil. Diperoleh satu studi yang relevan dengan pertanyaan klinis dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Luaran dari studi ini memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh gangguan pendengaran pada pasien dengan Sindrom Bartter.Kesimpulan. Gangguan elektrolit pada anak dengan Sindrom Bartter memengaruhi pendengaran. Tata laksana farmakologi dan rehabilitasi dapat mengatasi gangguan komunikasi yang terjadi.