Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PERENCANAAN SISTEM PENGEREMAN OTOMATIS SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN AKTUATOR REM TROMOL Cahya Sutowo; Eri Diniardi; Sulis Yulianto; Heru Prianto
SINTEK JURNAL: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 3, No 1 (2009): SINTEK JURNAL
Publisher : University of Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem rem dari suatu kendaraan merupakan hal penting dalam sebuah sistem pengamanan maupun kenyamanan dan mengendarai sepeda motor. Rem harus mampu mengurangi kecepatan atau menghentikan sepeda motor secara aman dalam kondisi ramai/macet maupun sepi. Dalam proses pengereman manual kesadaran kontrol otak mempunyai peranan penting untuk memberikan perintah pada tangan atau kaki untuk melakukan pengereman, oleh karena itu untuk melakukan proses pengereman otak harus dalam kondisi sadar (on controll) dan tidak dalam keadaan tidak sadar (out off controll). Untuk memperbaiki kekurangan pada sistem pengereman manual, perlu digunakan sistem pengereman otomatis. Pada sistem pengereman otomatis, sistem pengereman akan mengontrol jarak antara kendaraan bermotor pengguna rem otomatis dengan kendaraan bermotor yang ada di depannya. Sensor Fotoelektrik akan mengaktifkan motor listrik pengaktif rem apabila sensor telah mendeteksi jarak kritis tabrakan sejauh 0,5 meter. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kerja dari sistem pengereman otomatis pada sepeda motor, dan melakukan perancangan sistem pengereman otomatis pada sepeda.Dengan menggunakan pengereman otomatis diharapkan bisa mempermudah berkendara. Dan tingkat kecelakaan akibat kelalaian si pengemudi dapat di eliminir.
PERENCANAAN MESIN PENGHANCUR PLASTIK KAPASITAS 30 KG/JAM Cahya Sutowo; Eri Diniardi; Maryanto yanto
SINTEK JURNAL: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 4, No 2 (2010): SINTEK JURNAL
Publisher : University of Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Semakin banyaknya limbah plastik baik itu limbah industri maupun limbah rumah tangga, telah pula menjadi masalah yang patut dicari solusinya pada saat ini karena material ini masih menjadi pilihan utama contohnya yaitu botol atau gelas plastik. Dimana barang tersebut dipakai sebagai wadah untuk menyimpan air minum. Botol dan gelas plastik bekas tersebut masih bisa didaur ulang. Dengan cara yaitu botol dan gelas plastik tersebut harus dihancurkan menjadi serpihan berukuran kecil. Model mesin  penghancur plastik yang dibuat ini sangat mudah pengoperasiannya serta mempunyai ukuran 800mm x 600mm x 1400mm. Sehingga tidak membutuhkan tempat yang luas untuk menempatkannya, selain itu model mesin penghancur plastik ini juga diberi roda agar mesin dapat dipindahkan dengan mudah. Mesin penghancur plastik ini juga dilengkapi dengan penggerak motor listrik, dimana motor listrik ini berfungsi sebagai sumber tenaga untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik. Sebagaimana yang dibutuhkan mesin agar bergerak sesusai kebutuhan pada kerjanya. Dengan daya motor (P) = 764 W = 1 HP, dengan  putaran poros motor (n) = 1420 rpm, dan tegangan motor listrik (V) = 220 Volt. Dalam proses penghancuran pada mesin ini dilengkapi dengan 4 pisau yang melekat pada poros dengan cara berputar. Dengan bahan pisau baja ST 37 mempunyai kekuatan tarik (σ) = 19,45 Mpa. Dengan berputarnya poros pada pisau ini mengakibatkan bekerjanya tegangan geser terhadap plastik, sehingga dapat dikatakan botol atau gelas plastik tersebut akan putus atau hancur.
ANALISA KEKUATAN MATERIAL PADA APLIKASI DOWEL JALAN BETON Cahya Sutowo; Sasi Kirono; Timbul Susanto
SINTEK JURNAL: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 8, No 2 (2014): SINTEK JURNAL
Publisher : University of Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jumlah kendaraan yang lewat dengan beban kendaraan melewati batas kuota beban kendaraan yang diperbolehkan melewati jalan tersebut menyebabkan jalan beton mengalami keretakan dan penurunan. Keretakan umumnya terjadi di antara segmen sehingga diperlukan dowel. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kekuatan dowel sebagai pengait antar segmen beton yang akan berpengaruh terhadap jalan itu sendiri. Material yang digunakan adalah baja dengan diameter 19 mm dan 22 mm. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan melakukan uji tarik dan uji bending.Hasil pengujian tarik pada dowel diameter 19 mm  didapatkan tegangan tarik maksimum sebesar 414,61 N/mm², kekuatan luluh  sebesar 291,11 N/mm², dan regangan 23,8%. Sedangkan untuk uji bending pada gaya 15.000 N, tegangan bending sebesar 54,536 MPa. Sedangkan hasil pengujian tarik pada dowel dengan diameter 22 mm didapatkan tegangan tarik maksimum sebesar 565,94 N/mm2, kekuatan luluh sebesar 375,10 N/mm², dan regangan 25,6%. Sedangkan untuk uji bending pada gaya 29.500 N didapatkan tegangan bending sebesar 79,997 MPa.Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Nilai kuat tarik untuk kedua baja tersebut tinggi karena melebihi kuat tarik minimum Standar SNI untuk BJPT, yakni 382 N/mm² untuk dowel dengan diameter 19 mm dan 480 N/mm2 untuk dowel dengan diameter 22 mm. Kekuatan material dowel dengan diameter 19 mm mampu menahan beban maksimal 15 ton. Sedangkan kekuatan material dengan diameter 22 mm mampu menahan beban maksimal 30 ton.
PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO Cahya Sutowo; Bayu Agung Susilo
SINTEK JURNAL: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 7, No 1 (2013): SINTEK JURNAL
Publisher : University of Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses hardening dilakukan pada temperatur pemanasan 850oC terhadap baja AISI 4140 dengan memberikan holding time selama 1 jam serta 2 macam media pendingin yaitu oli dan air. Selanjutnya dilakukan proses tempering pada temperatur 600oC dengan pemberikan waktu penahanan selama 1 jam. Perubahan sifat mekanis yang diamati sebelum dan sesudah mengalami proses perlakuan panas terdiri dari nilai kekuatan tarik, nilai kekerasan serta struktur mikronya. Nilai kekuatan tarik sebelum proses hardening 1069,38 N/mm2 sedangkan setelah proses hardening nilai kekuatan tariknya sebesar 1524,63 N/mm2 untuk pendinginan oli dan sebesar 990,85 N/mm2 untuk pendinginan air. Nilai kekerasan sebelum proses hardening sebesar 19,2 HRc setelah proses hardening dengan temperatur dan holding time yang sama berurutan untuk pendinginan air dan oli adalah 36,06 HRc dan 34,44 HRc. Sedangkan nilai kekerasan setelah proses tempering  dengan temperatur 600oC  dan holding time 1 jam untuk pendinginan oli dan air adalah 38,06 HRc dan 34,74 HRc. Dari hasil pengamatan struktur mikro terlihat pembentukan martensit pada kondisi pendinginan oli dan air, dan pembentukan martensit temper pada proses tempering dengan pendinginan yang sama.
ANALISIS DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo
SINTEK JURNAL: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 3, No 2 (2009): SINTEK JURNAL
Publisher : University of Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau kekuatannya terhadap beban yang akan diangkatnya harus melalui tahapan-tahapan yang akan dilakukan, diantaranya : Diameter utama (dc) dari baut atau poros berulir untuk mempertimbangkan bahan dongkrak ini menerima gaya tekan, hasil dari analisanya didapat diameter utamanya ( dc  =  20,2 mm _  2,02 cm ). Torsinya (T1) didapatkan _ 1263,4 kg/cm . Tegangan geser akibat torsi _ 293,26 kg/cm2. Maka didapatkan tegangan principal maksimal fc (maks) _ 762,7 kg/cm2. Diperoleh Tegangan geser maksimum (fs maks _ 437,7295 kg/cm2).Selanjutnya diperoleh : Tinggi Mur (Nut) = 7,83 cm, adapun jumlah uliran yang terdapat pada murnya adalah 8 uliran. Tegangan geser pada mur (nut) = 189,566 kg/cm2. Dari semua hasil analisa maka didapat tinggi body _ 39,8 _40 cm. Dan Efisiensi dari dongkrak ulir ini adalah _ 0,167 = 16,7%.
PERANCANGAN PRESSURE VESSEL KAPASITAS 0,017 M3 TEKANAN 1 MPa UNTUK MENAMPUNG AIR KONDENSASI BOGE SCREW COMPRESSOR Cahya Sutowo; Hantawan Wawan
SINTEK JURNAL: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 5, No 2 (2011): SINTEK JURNAL
Publisher : University of Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam rangka mendukung kebijakan perusahaan untuk melakukan penghematan biaya operasional dengan cara efisiensi dan melakukan perbaikan terus menerus pada mesin, termasuk saluran buang air hasil kondensasi mesin kompresor dan mencegah terbuangnya udara bertekanan secara kontinyu, maka dirancanglah sebuah pressure vessel dengan kapasitas 0,017 M3 tekanan 1 MPa untuk menampung air hasil kondensasi mesin boge screw compressor.Perancangan pressure vessel ini berdasarkan tekanan dalam dari mesin kompresor sebesar 1 MPa, diameter shell, tegangan yang diijinkan pada bahan shell sebesar 103,421 MPa, bahan flathead sebesar 120,658 MPa dan efisiensi sambungan las sebesar 0,6. Hal dasar tersebut diperlukan untuk menghitung tebal minimum yang dibutuhkan pada dinding shell dan tebal minimum yang dibutuhkan pada flathead agar tidak pecah saat di operasikan. Bahan yang digunakan adalah baja karbon rendah berbentuk silinder atau pipa untuk shell dan nozzle dengan diameter luar shell 219,1 mm dan tebal dinding shell adalah 6,4 mm, diameter luar nozzle 48,3 mm tebal 3,7 mm, diameter luar nozzle 26,7 mm tebal 2,9 mm, diameter luar nozzle 21,3 mm tebal 2,8 mm serta pelat dengan tebal 15 mm untuk flathead dan tebal 6 mm untuk support. Baja karbon dipilih karena punya sifat mampu las yang tinggi, kuat dan banyak digunakan di banyak industri.
ANALISIS HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE DENGAN SISTEM SINGLE PASS Cahya Sutowo
SINTEK JURNAL: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 4, No 1 (2010): SINTEK JURNAL
Publisher : University of Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses perpindahan kalor pada dunia industri pada saat ini,  merupakan proses kunci kerja dalam suatu mesin, karena semua mesin bekerja dalam temperatur yang cukup tinggi. Salah satu alat penukar kalor (Heat  Exchanger), yang digunakan pada untuk mempertukarkan kalor antara fluida kerja yang berbeda temperaturnya. Oleh karena itulah penggunaan Heat Exchanger perlu diperhatikan kinerjanya secara teratur karena penggunaan Heat Exchanger dapat menghemat pemakaian energy pada mesin dengan menjaga agar mesin tersebut tidak bekerja dengan temperatur  yang cukup tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa unjuk kerja alat penukar kalor jenis shell and tube dengan system satu lintasan sebagai pendingin mesin pada PLTU, PJB Muara karang Unit 1 seperti kompresor, hydrogen cooler. Dimana alat penukar kalor ini bekerja untuk mendinginkan kembali air pendingin dari mesin selama mesin itu bekerja, dengan menggunakan air laut sebagai fluida pendinginnya. Dari data yang diperoleh, hasil analisa alat penukar kalor ini didapat laju  perpindahan panas sebesar 2179,8 W dan keefektifan alat penukar kalor tersebut selama alat penukar kalor tersebut bekerja sebesar 71,5 %, dimana dari hasil analisa tersebut dapat dikatakan bahwa alat penukar kalor masih bekerja dengan baik.
PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL Cahya Sutowo; Arief Sanjaya
SINTEK JURNAL: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 1, No 1 (2007): SINTEK JURNAL
Publisher : University of Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas dan menggunakan bahan tambah atau elektroda yang dipanaskan sehingga mempunyai kekuatan. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh hasil pengelasan yang berbeda yaitu pengelasan GTAW ( gas tungsten arc welding ) dan pengelasan SMAW ( shield metal arc welding ) pada pelat baja SA 516 terhadap kekuatan tarik, kekerasan dan struktur mikro.  pelat baja SA 516 adalah pelat baja standar America dari ASME yang termasuk baja karbon rendah dengan nilai carbon 0,17. proses pengelasan yang dilakukan peneliti menggunakan pengelasan manual. heat input yang digunakan pada pengelaan GTAW 1709J / mm dan SMAW 1636J / mm. Pada hasil pengujian tarik hasil pengelasan GTAW lebih tinggi dibandingkan pengelasan SMAW dengan selisih tegangan tarik maksimum sebesar 6,62 N/mm2 (6,62MPa), selelisih tegangan yield adalah 17,83 N/mm2 (17,83MPa) lebih tinggi pengelasan GTAW serta pada elongasi pengelasan GTAW lebih tinggi dengan selisih 2,09% dibandingkan pengelasan SMAW, kekerasan pengelasan GTAW tidak terlalu jauh dengan hasil pengelasan.
PENGUJIAN KETELITIAN GEOMETRIK PADA MESIN BUBUT EMCOMAT EM 17S MENURUT ISO 1708 Cahya Sutowo; Eri Diniardi; Bayu Indra Praja
SINTEK JURNAL: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 3, No 1 (2009): SINTEK JURNAL
Publisher : University of Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam pemakaian sehari-hari, mesin perkakas mengalami deformasi karena jepitan, pengaruh panas dan deformasi karena gaya pemotongan. Oleh karena itu, dengan berjalannya waktu pada umumnya karataeristik proses akan berubah. Perubahan ini bisa berupa pergeseran proses rata-rata (Average Process Level) atau variabilitas proses (Process Variability), untuk itu di perlukan pengujian ketelitian geometrik pada mesin perkakas. Dalam penelitian ini, akan melakukan pengujian ketelitian geometrik pada mesin bubut EMCOMAT EM 17S, karena ketelitian perpindahan akan mempengaruhi ketelitian ukuran benda, sedangkan ketelitian permukaan referensi, ketelitian putaran, spindle, dan ketelitian gerak linier akan mempengaruhi gelombang permukaan dan kekasaran permukaan, serta ketelitian bentuk seperti ; kesejajaran, ketegak-lurusan dan konsentrisitas dari benda kerja. Disamping itu ketelitian benda kerja juga dipengaruhi oleh temperatur lingkungan/suhu ruangan, proses pemotongan, penjepitan benda kerja, pahat dan deformasi akibat gaya pemotongan. Untuk itu pengujian kelayakan terhadap suatu mesin bubut sangat diperlukan, dari hasil pengujian mesin bubut tersebut tidak layak pakai untuk pekerjaan yang presisi. Karena presisi itu adalah suatu pekerjaan yang tidak boleh terdapat penyimpangan pada saat proses, dari hasil pengujian ketelitian geometrik tersebut terdapat beberapa faktor yang hasil rata-ratanya diluar batasan toleransi atau melebihi toleransi yang ditentukan seperti pada pengujian penyelarasan terhadap bed dan carriage,pengukuran simpang putar.