Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Isrâ’ilîyât dalam Penafsiran al-Qur’an Musyarrofah, Hj
Mutawatir Vol 2 No 1 (2012): JUNI
Publisher : Program Studi Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.34 KB) | DOI: 10.15642/mutawatir.2012.2.1.61-81

Abstract

  The dynamic interpretation of Koran never to stagnate since the holy book revealed to The Prophet Muh}ammad. Various shades of interpretation has been offered by mufassir, both classical and contemporary. Exegetic activity even will not arrive at the final point during the mind still exists in human. Dissatisfaction human with the principles, approaches and results of interpretation is the proof. In the range of a long history, various books have been compiled by those who’re experts in the particular field of study, so the result of interpretation is colored by areas of their expertise. Commentary which written by historians will be strongly influenced by elements of history. In a work of interpretation usually contains a lot of good stories, both complete with the sanad or just the story alone. as noted, between the inserts of story, one of them from clerics long before the Prophet Muhammad, either these stories come from Jews, Christians, and others. Those stories in the interpretation study known famously as isrâ’ilîyât.
ISRâ’ILîYâT DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN Musyarrofah, Hj
Mutawatir : Jurnal Keilmuan Tafsir Hadith Vol. 2 No. 1 (2012): JUNI
Publisher : Program Studi Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.34 KB)

Abstract

  The dynamic interpretation of Koran never to stagnate since the holy book revealed to The Prophet Muh}ammad. Various shades of interpretation has been offered by mufassir, both classical and contemporary. Exegetic activity even will not arrive at the final point during the mind still exists in human. Dissatisfaction human with the principles, approaches and results of interpretation is the proof. In the range of a long history, various books have been compiled by those who?re experts in the particular field of study, so the result of interpretation is colored by areas of their expertise. Commentary which written by historians will be strongly influenced by elements of history. In a work of interpretation usually contains a lot of good stories, both complete with the sanad or just the story alone. as noted, between the inserts of story, one of them from clerics long before the Prophet Muhammad, either these stories come from Jews, Christians, and others. Those stories in the interpretation study known famously as isrâ?ilîyât.
PENDAMPINGAN PEMBINAAN BACA TULIS AL-QURAN, IBADAH DAN MORAL REMAJA DESA DALEMAN DUSUN BATES KEDUNGDUNG SAMPANG Ali Wafa; Ach. Rafiuddin; Lukman Lukman; Jali Jali; Imamah Imamah; Musyarrofah Musyarrofah
Al-Khidmah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2021): Februari
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Nazhatut Thullab Sampang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.433 KB) | DOI: 10.35127/al-khidmah.v1i2.4485

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat sebagai Tri Dharma Perguruan Tinggi, harus dilakukan secara kontino demi sebagai penerapan sebuah ilmu pengetahuan yang dimiliki serta sebagai wujud kepadulian kepada masalah-masalah atau fenomena sosial yang terjadi pada masyarakat umum. Dengan adanya kegiatan pengabdian ini diharapkan menjadi solusi atau mampu mengatasi masalah-masalah atau fenomena sosial yang terjadi pada masyarakat tersebut. Tanpa kepedulian dari kelompok atau masyarakat akademik, maka sulit untuk menumbuhkan sumber daya manusia yang berdaya dan berpengetahuan luas. Salah satu pendampingan pembinaan yang dilakukan adalah, 1) sosialisasi pencegahan covid 10; 2) pembinaan baca tulis al-Quran; 3) pembinaan ibadah; dan 4) pembinaan moral atau akhlak anak/remaja. Harapan dari kegiatan pengabdian menjadi solusi dan pengatehuan praktis bagi masyarakat, anak-anak dan remaja.
Inkonsistensi Israiliyat dalam Kisah Sulaiman dan Ayyub di Surah Shad: Analisis Tafsir Qur’an Karim Karya Mahmud Yunus Basuki, Syachrayar Nikon; Abu Dzarrin al-Hamidy; Musyarrofah Musyarrofah
Jurnal Semiotika Quran Vol 4 No 2 (2024): Jurnal Semiotika-Q: Kajian Ilmu al-Quran dan Tafsir
Publisher : Program Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jsq.v4i2.24090

Abstract

Mahmud Yunus berpandangan bahwa israiliyat tidak boleh dijadikan sumber penafsiran al-Qur’an. Dalam perspektifnya, israiliyat merupakan cerita-cerita dari Yahudi yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Namun Yunus ternyata tetap mencantumkan israiliyat dalam tafsirnya, yang dapat ditemukan pada kisah Sulaiman dan Ayyub, tepatnya di surah Shad. Maka, penelitian ini mengangkat dua rumusan masalah, bagaimana konsistensi Mahmud Yunus terhadap penolakan israiliyat? dan bagaimana kualitas israiliyat kisah Sulaiman dan Ayyub dalam Tafsir Qur’an Karim?. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya israiliyat dalam Tafsir Qur’an Karim dengan mengaitkan Tafsir al-Azhar karya Hamka, serta mengukur kualitas israiliyat kisah Sulaiman dan Ayyub dengan menggunakan pendekatan teori israiliyat al-Dhahabi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dan jenis penelitian kepustakaan (library research). Akhirnya penelitian ini memberikan temuan, bahwa: Pertama, Tafsir Qur’an Karim ditemukan israiliyat pada kisah Sulaiman dan Ayyub tepatnya di surah Shad, di mana penulis mengaitkannya dengan Tafsir al-Azhar karya Hamka. Kedua, kualitas israiliyat kisah Sulaiman dan Ayyub dengan menggunakan teori al-Dhahabi dapat diketahui bahwa semua israiliyat didiamkan. Maka, dalam hal ini, Mahmud Yunus dapat dikatakan tidak konsisten mempertahankan pendapatnya diawal yang menolak adanya israiliyat, juga tidak ada alasan mengapa Yunus memasukkan israiliyat dalam kitab tafsirnya, sehingga bisa dipastikan bahwa Yunus memang benar-benar telah melakukan inkonsistensi.