Basuki, Syachrayar Nikon
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Inkonsistensi Israiliyat dalam Kisah Sulaiman dan Ayyub di Surah Shad: Analisis Tafsir Qur’an Karim Karya Mahmud Yunus Basuki, Syachrayar Nikon; Abu Dzarrin al-Hamidy; Musyarrofah Musyarrofah
Jurnal Semiotika Quran Vol 4 No 2 (2024): Jurnal Semiotika-Q: Kajian Ilmu al-Quran dan Tafsir
Publisher : Program Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jsq.v4i2.24090

Abstract

Mahmud Yunus berpandangan bahwa israiliyat tidak boleh dijadikan sumber penafsiran al-Qur’an. Dalam perspektifnya, israiliyat merupakan cerita-cerita dari Yahudi yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Namun Yunus ternyata tetap mencantumkan israiliyat dalam tafsirnya, yang dapat ditemukan pada kisah Sulaiman dan Ayyub, tepatnya di surah Shad. Maka, penelitian ini mengangkat dua rumusan masalah, bagaimana konsistensi Mahmud Yunus terhadap penolakan israiliyat? dan bagaimana kualitas israiliyat kisah Sulaiman dan Ayyub dalam Tafsir Qur’an Karim?. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya israiliyat dalam Tafsir Qur’an Karim dengan mengaitkan Tafsir al-Azhar karya Hamka, serta mengukur kualitas israiliyat kisah Sulaiman dan Ayyub dengan menggunakan pendekatan teori israiliyat al-Dhahabi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dan jenis penelitian kepustakaan (library research). Akhirnya penelitian ini memberikan temuan, bahwa: Pertama, Tafsir Qur’an Karim ditemukan israiliyat pada kisah Sulaiman dan Ayyub tepatnya di surah Shad, di mana penulis mengaitkannya dengan Tafsir al-Azhar karya Hamka. Kedua, kualitas israiliyat kisah Sulaiman dan Ayyub dengan menggunakan teori al-Dhahabi dapat diketahui bahwa semua israiliyat didiamkan. Maka, dalam hal ini, Mahmud Yunus dapat dikatakan tidak konsisten mempertahankan pendapatnya diawal yang menolak adanya israiliyat, juga tidak ada alasan mengapa Yunus memasukkan israiliyat dalam kitab tafsirnya, sehingga bisa dipastikan bahwa Yunus memang benar-benar telah melakukan inkonsistensi.