Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

LOKASI DAN DESAIN JEMBATAN MUSI III Ibnu Aziz; Yasmid .; Sohei Matsuno
JURNAL DESIMINASI TEKNOLOGI Volume 1 No.1 Januari 2013
Publisher : UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.482 KB) | DOI: 10.52333/destek.v1i1.153

Abstract

Laporan ini telah disusun oleh tim peneliti di Universitas Tridinanti Palembang (UTP). Tim ini adalah yang pertama kali membawa konstruksi Jembatan Musi III untuk mendapatkan bantuan dari luar negeri. Tim telah memperhatikan segala sesuatu yang terjadi sejak saat itu. Mereka melihat bahwa masalah ini belum tentu berkembang secara merata. Belajar dari masa lalu, tim meramalkan sebuah cara dari sekarang.Laporan ini mengasumsikan bahwa Musi III memiliki fungsi tidak hanya sebagai infrastruktur transportasi, tetapi juga sebagai penarik turis di Kota Palembang. Secara alamiah, partisipasi masyarakat dalam proses desain sangat diperlukan. Dengan cara ini, desain akan dapat memenuhi selera masyarakat. Berikutnya ditegaskan bahwa cara terbaik untuk mewujudkan hal ini adalah dengan persaingan yang sehat antar desain plural di bawah pengawasan orang-orang. Dalam proses ini, para ahli memiliki peran untuk membantu penilaian masyarakat dengan menawarkan informasi yang obyektif dan tidak bias. Kompetisi juga merupakan cara terbaik untuk mengembangkan bidang ilmiah itu sendiri. Para penulis merancang Musi III dengan secara ketat mematuhi aturan ini. Laporan ini secara singkat memperkenalkan itu. Terakhir, laporan ini mendorong desainer untuk berpartisipasi dalam kompetisi setelah menyelesaikan studi kelayakan masing-masing. Kata kunci: Jembatan di tengah kota, desain estetika jembatan, partisipasi masyarakat dalam desain
Implikasi Hukum Transisi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Ke Pailit Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa Ibnu Aziz; Pristika Handayani; Dwi Afni Maileni
JURNAL USM LAW REVIEW Vol. 8 No. 3 (2025): DECEMBER
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/julr.v8i3.12317

Abstract

This study aims to analyze the legal consequences of the transition from Suspension of Debt Payment Obligations (PKPU) to bankruptcy on lease agreements, with particular emphasis on the legal position of tenants and lessors. Previous studies have generally examined bankruptcy or PKPU separately, leaving a research gap regarding the implications of the PKPU-to-bankruptcy transition for ongoing contractual relationships. The research method employed is normative juridical with statutory, conceptual, and case study approaches.The findings show that the transition from PKPU to bankruptcy creates legal uncertainty, particularly the loss of tenants’ rights despite fulfilling their obligations, and the vulnerable position of lessors whose property may be drawn into the bankruptcy estate. Article 36, paragraph (1) of Law No. 37 of 2004 provides the legal basis for lessors to demand the return of leased property from the bankruptcy estate; however, in practice, this right often collides with the interests of other creditors. The analysis using Philipus M. Hadjon’s theory of legal protection demonstrates the weakness of preventive instruments for bona fide parties, while Gustav Radbruch’s theory of justice emphasizes the need for a balance between legal certainty, justice, and expediency in insolvency dispute settlement. Therefore, this study underlines the importance of regulatory reform to ensure a balance between preventive and repressive legal protection, and recommends that post-bankruptcy lease obligations be classified as bankruptcy estate debts, with reasonable termination rights granted to either the curator or the lessor.   Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis akibat hukum transisi dari Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ke pailit terhadap perjanjian sewa-menyewa, dengan menekankan posisi hukum penyewa dan pemilik barang sewa. Penelitian terdahulu umumnya hanya membahas pailit atau PKPU secara terpisah, sehingga terdapat kekosongan kajian terkait implikasi transisi PKPU ke pailit bagi keberlangsungan perjanjian yang sedang berjalan. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan, konseptual, serta studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa transisi PKPU ke pailit menimbulkan ketidakpastian hukum, khususnya hilangnya hak penyewa meskipun telah memenuhi kewajibannya, serta posisi rentan pemilik barang sewa karena objeknya dapat ditarik ke dalam boedel pailit. Pasal 36 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004 memberi dasar hukum bagi pemilik barang untuk menuntut pengembalian objek sewa dari boedel pailit, namun dalam praktiknya sering terjadi benturan dengan kepentingan kreditur lain. Analisis dengan teori perlindungan hukum Philipus M. Hadjon menunjukkan lemahnya instrumen preventif bagi pihak beritikad baik, sedangkan teori keadilan Gustav Radbruch menegaskan perlunya keseimbangan antara kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan dalam penyelesaian sengketa kepailitan. Dengan demikian, penelitian ini menekankan pentingnya reformulasi regulasi agar perlindungan hukum preventif dan represif dapat berjalan seimbang, serta merekomendasikan agar kewajiban sewa pasca-putusan pailit dikualifikasi sebagai utang boedel dengan hak pengakhiran perjanjian secara wajar oleh kurator atau pemilik barang sewa.  
PENERAPAN PRINSIP HEALING ENVIRONMENT PADA PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU-PARU PROVINSI SUMATERA SELATAN Kgs. M. Benyamin Azhary; Abdul Aziz, Ahmad Malik; Ibnu Aziz
Jurnal Desiminasi Teknologi Volume 12 No.2 Juli 2024
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tridinanti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52333/destek.v12i2.717

Abstract

Abstrak: Provinsi Sumatera Selatan membutuhkan Rumah Sakit Khusus Paru-Paru yang dapat menangani pasien penderita penyakit paru-paru yang cukup tinggi di daerah tersebut. Masalah yang ada saat ini adalah fasilitas yang minim, tenaga ahli yang kurang, dan penularan penyakit yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah menyusun konsep perancangan untuk rumah sakit khusus paru-paru dengan menggunakan Healing architecture dengan konsep Healing environment. Metode penelitian Menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui survei lapangan, observasi, wawancara, dan dokumentasi kondisi lahan. Data tersebut dianalisis untuk perencanaan dan perancangan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip Healing environment sebagai pedoman desain. Rumah Sakit Khusus Paru-Paru ini berfokus pada Healing environment, yaitu suatu lingkungan yang mendukung penyembuhan pasien dengan memperhatikan unsur fisik, intelektual, sosial, dan kesejahteraan. Konsep ini juga melibatkan prinsip-prinsip lingkungan penyembuhan seperti Nourishing All the Senses, Healthy Lighting, Colour Scheme, Comfortable Shapes, Natural Materials, Hygiene and Clean Air, Connection to Nature, Changeable Layout & Social Support, dan Accesible Environment. Perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Khusus Paru-Paru ini diharapkan dapat mewadahi pasien penderita penyakit khusus paru-paru di Provinsi Sumatera Selatan, khususnya di Kota Palembang dengan membuat sebuah pusat pananganan khusus paru-paru yang menyediakan fasilitas pengobatan, perawatan dan penyembuhan serta menciptakan lingkungan penyembuhan yang mendukung proses penyembuhan pasien.
SEKOLAH MUSIK KONTEMPORER DI PALEMBANG Yana Ismail; Ibnu Aziz; Andy Budiarto
Jurnal Desiminasi Teknologi Volume 12 No.2 Juli 2024
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tridinanti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52333/destek.v12i2.719

Abstract

Pertumbuhan musik semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi serta event musik yang sering diadakan khususnya di Kota Palembang. Menurut Chika Maryana (pelaku distribusi musik digital dari INSIDE, Jakarta) pada tahun 2012 sebanyak 5,6 miliar dolar AS dana yang diterima perusahaan rekaman berkat penjualan secara digital. Dari hal tersebut mendorong untuk menciptakan sebuah wadah pendukung dalam perkembangan musik yaitu Sekolah Musik Kontemporer. Sekolah Musik Kontemporer adalah tempat yang memfasilitasi aktivitas belajar musik sebagai pendukung kemajuan musik di kota Palembang. Fungsi atau fasilitas yang disediakan Sekolah Musik Kontemporer pertama yaitu tempat pendidikan musik, kedua yaitu tempat pertunjukan musik, ketiga yaitu tempat penjualan dan jasa. Konsep bangunan yang diterapkan adalah Arsitektur Postmodern Metafora, tema diambil untuk mengaitkan bangunan yang akan menjadi bangunan pendidikan dan pertunjukan musik sehingga menarik kawasan lokasi perancangan.