Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Surimi Quality Leaftail Croaker Fish with Differences of Leaching Frequency Dini Surilayani; Ririn Irnawati; Rifki Prayoga Aditia
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jpk.v9i2.8633

Abstract

Leaftail croaker fish (Johnius sp) is one of less economically important demersal bycatch, abundant yet underutilized. Efforts to increase the economic value into surimi product, since it has tender, white and thick texture of meat. As an important factor in surimi production process, this study aimed effects of different leaching frequency on chemical and physical characteristics of product in order to obtain its optimum frequency. Completely randomized design was used with 3 different leaching frequency and 3 repetitions. Further, each sample were analysed chemically using proximate analysis (water content, protein content and fat content) and physically using sensory analysis (folding and cutting test). Statistical non parametric Kruskal Wallis test was conducted to have significance level of folding and cutting test. More leaching frequency increases water content value, but decrease protein and fat content value in surimi. Statistical analysis suggested that optimum characteristics of surimi resulted from 2 times leaching with water content of 82.61%, protein content of 15.58% and fat content of 0.36%. Although, sensory analysis showed that leaching frequency positively correlated to the value of folding and cutting test, 2 times leaching was also optimum for surimi production process.
PROFILING PEREMPUAN PESISIR MENDUKUNG USAHA PERIKANAN DI KAMPUNG BUGIS, BANTEN Dini Surilayani; Ririn Irnawati; Rifki Prayoga Aditia
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2020: 4. Pemberdayaan Kapasitas Perempuan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (623.909 KB) | DOI: 10.18196/ppm.34.277

Abstract

Perempuan pesisir merupakan salah satu faktor yang memiliki peran produktif dalam pembangunan wilayah dan memiliki peran yang produktif dalam keluarga. Dalam sektor perikanan, peran perempuan tidak hanya dalam bentuk membantu pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga, tetapi ikut menentukan tersedianya sumber daya ekonomi untk kebutuhan rumah tangga. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan pesisir pada sektor perikanan, tingkat pendapatan, serta kontribusi pendapatan perempuan pesisir terhadap pendapatan keluarga. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan metode wawancara, observasi lapangan, dokumentasi, serta memanfaatkan sumber data sekunder di Kampung Bugis Karangantu, Banten. Hasil dari penelitian menggambarkan bahwa peran perempuan pesisir cukup kuat dan mendominasi, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam masyarakat. Dalam sektor perikanan, peran perempuan tidak hanya dalam bentuk membantu pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga, tetapi ikut menentukan tersedianya sumber daya ekonomi untuk kebutuhan rumah tangga. Mayoritas aktifitas perempuan pesisir Kampung Bugis adalah mengurus rumah tangga (40%), pekerjaan sampingan sebagai pengolah ikan (29%), pekerjaan sampingan sebagai wirausaha (28%) dll (meliputi bidan, guru, buruh pabrik) sebesar 3%. Pertimbangan kawan pesisir memiliki potensi sumber daya alam yang besar bukan satu-satunya yang menjadi perhatian, tetapi juga ada potensi sosial masyarakat yang akan mengelola sumber daya alam tersebut secara berkelanjutan.
KARAKTERISASI KITOSAN KOMBINASI CANGKANG KERANG HIJAU (Perna viridis) DAN CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus) ASAL BANTEN, INDONESIA Rifki Prayoga Aditia; Ginanjar Pratama; Aris Munandar; Dini Surilayani; Sakinah Haryati; Julian Alifka Rizky; Afifah Nurazizatul Hasanah; Bhatara Ayi Meata; Devi Faustine Elvina Nuryadin
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 12, No 2 (2022)
Publisher : JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jpk.v12i2.17085

Abstract

Green mussel shells (Perna viridis) and crab shells (Portunus pelagicus) have not been optimally utilized. It’s can be used as chitosan. Chitosan from green mussels has a low degree of deacetylation, so it needs to be combined with crab shells in its manufacture. The aims of this study were to characterize and determine the best combination of raw materials for making chitosan from green mussel shells and crab shells. The method in this study used a completely randomized design with triplicate. The treatment in this study was a combination of raw materials from green mussel shells and crab shells, which were 100:0; 75:25; 50:50% (w/w). The results of this study showed that the combination of green mussel shells and crab shells 50:50% (w/w) resulted the best characterization of chitosan with a yield 12.56%, water content 7.55%, ash content 1.59%, degree of deacetylation 73.96% and viscosity of 279 cP
Effect of Substitution Kurisi Fish (Nemipterus sp.) for Milk Fish Satay Production Bhatara Ayi Meata; Dwi Mulyani; Sakinah Haryati; Aris Munandar; Ginanjar Pratama; Rifki Prayoga Aditia; Afifah Nurazizatul Hasanah; Devi Faustine Elvina Nuryadin
Leuit (Journal of Local Food Security) Vol 4, No 1 (2023)
Publisher : Pusat Unggulan Iptek Ketahanan Pangan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37818/leuit.v4i1.19641

Abstract

Milkfish satay is a traditional fishery product originating from the Serang area, Banten Province. The main problem with milkfish satay is that the raw material for milkfish is very expensive. Innovation in making milkfish satay can be done by substituting meat from other fish. The purpose of this study was to determine the best formulation of milkfish satay with a combination of milkfish and kurisi fish, and to determine the nutritional content of milkfish satay with a combination of milkfish and kurisi fish. Determination of the best formulation of milkfish satay with the addition of kurisi fish and determining its nutritional value. The formulations tested in the main research were A(100% DB + 0% DK), B(75% DB + 25% DK), C(50% DB + 50% DK), D(25% DB + 75% DK) , E(0% DB + 100% DK). This study was analyzed by organoleptic tests (appearance, color, taste, aroma and texture), proximate (protein, fat, water and ash), microbiology (TPC). Microbiological data were analyzed by means of one-way ANOVA and the organoleptic test was carried out by the Kruskal-Wallis test. If significantly different results were obtained, then Duncan's further test was carried out.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI SATE BANDENG DENGAN KARBOKSIMETIL KITOSAN (KMK) TERHADAP Escherichia coli PADA PENYIMPANAN SUHU DINGIN Dwi Rara Amalia; Sakinah Haryati; Rifki Prayoga Aditia; Fara Wibawa; Nilam Sari; Tasqia Siti Nurul Samsa Hadi
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 8, No 4 (2023): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jstp.v8i4.42748

Abstract

Sate bandeng merupakan kuliner khas dari Provinsi Banten yang mudah mengalami kemunduran mutu. Sate bandeng hanya dapat bertahan sekitar 2 hari pada suhu ruang dan 6 hari pada suhu dingin. Umur simpan yang terbatas ini dipengaruhi oleh kandungan gizinya yang tinggi dan pengaruh lingkungan. Sehingga penting untuk menambahkan bahan pengawet seperti karboksimetil kitosan (KMK) untuk memperpanjang masa simpannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi KMK yang paling efektif terhadap sifat antibakteri sate bandeng terhadap bakteri Escherichia coli selama penyimpanan suhu dingin. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) yang terdiri dari dua faktor dan dua ulangan. Faktor pertama terdiri dari empat tingkat konsentrasi KMK, yaitu 0%, 3%, 4%, dan 5%. Faktor kedua meliputi enam taraf lama penyimpanan, yaitu hari ke-0, 3, 6, 9, 12, dan 15. Parameter yang diuji adalah aktivitas antibakteri Escherichia coli. Sate bandeng yang digunakan dalam penelitian ini tidak mencakup seluruh sate bandeng di Provinsi Banten. Hanya dari salah satu UMKM dengan sanitasi yang tidak sesuai SOP.Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan dijelaskan secara deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan karboksimetil kitosan (KMK) memiliki pengaruh terhadap aktivitas antibakteri sate bandeng. Konsentrasi terbaik KMK adalah 5% dan efektif dalam membunuh E. coli.
Karakteristik Sediaan Teh Rumput Laut Ulva lactuca dengan Konsentrasi Arang Aktif Sebagai Absorben Cepti Angelina Sinaga; Ginanjar Pratama; Rifki Prayoga Aditia
Agroteknika Vol 7 No 3 (2024): September 2024
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v7i3.306

Abstract

Teh merupakan minuman yang cukup populer dikalangan masyarakat, rumput laut Ulva lactuca berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan teh, karena senyawa aktifnya. Teh dari rumput laut memiliki kekurangan pada aroma dan rasa yang amis, untuk mengurangi bau amisnya dilakukan perendaman menggunakan arang aktif. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan konsentrasi arang aktif terbaik yang dapat mengabsorben aroma amis pada teh U. lactuca, serta mengatahui karakteristik (kadar air, kadar abu, ekstrak dalam air, pH, total fenol dan hedonik). Rancangan percobaan penelitian ini menggunakan RAL dengan 4 taraf perlakuan 2 kali ulangan. Taraf perlakuan teh U. lactuca tersebut meliputi AA1:0% (kontrol), AA2 : 10 % arang aktif, AA3 : 20 % arang aktif dan AA4: 30 % arang aktif. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif pada uji kadar air, kadar abu, kadar ekstrak dalam air, pH, total fenol, dan analisis Kruskal Wallis pada uji hedonik. Hasil penelitian ini menunjukan konsentrasi arang aktif pada proses perendaman teh U. lactuca yang terbaik yaitu dengan perendaman 30 % arang aktif, hasil uji hedonik pada parameter warna : 4,20 aroma : 3,83 rasa : 3,43, nilai kadar air : 13,50 %, nilai kadar abu : 15,49%, nilai ekstrak dalam air : 24,8%, nilai pH 6,48 dan nilai total fenol: 687,30 mg/g.
Adding Coffee to Reduce the Typical Flavor of Fish in Hawaiian Ladyfish Skin Gelatin Marshmallows Ulil Azizah; Sakinah Haryati; Rifki Prayoga Aditia
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 14, No 2 (2024)
Publisher : JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jpk.v14i2.29265

Abstract

Gelatin is one of the ingredients in making marshmallows. The gelatin on the market comes from cows and pigs, so its halal is still doubtful, and these animals can be infected with diseases that are dangerous for consumers. An alternative source to overcome this problem is gelatin, which comes from the skin of hawaiian ladyfish. The use of hawaiian ladyfish skin gelatin in marshmallows still produces the typical flavor of fish, therefore in this research the addition of coffee was carried out to reduce the typical flavor of fish in marshmallows because coffee has volatile compounds and caffeine which can produce a distinctive aroma and taste in coffee. The aim of this research was to determine the best coffee concentration for reducing the typical flavor of fish in hawaiian ladyfish skin gelatin marshmallows. This research was conducted in July–September 2023. This research used a completely randomized design (CRD) with two replications and one treatment factor, namely coffee concentration (0%, 5%, 10%, 15%). This research consists of three stages, namely making gelatin, brewing coffee, and making marshmallows. The results of this study indicate that 10% coffee concentration is the best treatment for hawaiian ladyfish skin gelatin marshmallows with a water content of 23.68%, ash content of 0.65%, reduced sugar content of 20.19%, and TPC of 2.95 x 10¹ colonies/g. The results of the hedonic test showed that the panelists gave an average rating of "like" for the smell, taste, and texture, and "somewhat liked" the appearance of the marshmallow.