Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

CO-BRANDING ONLINE FOOD DELIVERY: PERUBAHAN MODEL BISNIS WISATA KULINER LOKAL KHAS YOGYAKARTA Eska Nia Sarinastiti; Nabilla Kusuma Vardhani
AdBispreneur : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Administrasi Bisnis dan Kewirausahaan Vol 3, No 3 (2018): AdBispreneur : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Administrasi Bisnis dan Kewirausa
Publisher : Departemen Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.713 KB) | DOI: 10.24198/adbispreneur.v3i3.19157

Abstract

 The aim of this research is examining the implementation of co-branding by the food delivery service and its influence on the local culinary tourism business model of Yogyakarta. This research uses qualitative research with an exploratory study. Data collection was conducted through semi-structured interviews with 13 owners of Yogyakarta’s local culinary. The results showed that co-branding was carried out jointly with GoFoodPartner, but if it was not incorporated into GoFoodPartner co-branding was carried out directly between GoFood and the culinary business management. As for GrabFood, co-branding is done partially to businesses that are not part of their official cooperation partners. The culinary tourism business model has been changing by online food delivery service providers. The change is they have not only done business to consumer (B2C) but then also develop its business model into Business to Business (B2B) and Business to Business to Consumer (B2B2C). It changes the business model of culinary tourism developed into a food tourism business model.   Penelitian ini mengkaji tentang implementasi co-branding oleh layanan food delivery tersebut dan pengaruhnya pada model bisnis wisata kuliner lokal khas Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode eksploratory. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi-terstruktur dengan 13 pelaku usaha wisata kuliner lokal khas Yogyakarta didukung observasi serta dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa co-branding dilakukan secara bersama-sama antara GoFood dan pelaku usaha wisata kuliner yang tergabung dalam GoFoodPartner, akan tetapi jika tidak tergabung dengan GoFoodPartner co-branding dilakukan secara terpisah antara GoFood dan pelaku usaha wisata kuliner. Sementara untuk GrabFood juga demikian, co-branding dilakukan secara partial untuk pelaku usaha wisata yang bukan masuk dalam mitra kerjasamanya. Model bisnis wisata kuliner yang dilakukan terdapat perubahan dengan adanya layanan online food delivery. Perubahan tersebut terdapat pada tidak hanya business to consumer (B2C), akan tetapi model bisnisnya berkembang juga menjadi Business to Business (B2B) dan Business to Business to Consumer (B2B2C). Perubahan model bisnis tersebut mendorong perkembangan model bisnis culinary tourism menjadi model bisnis food tourism.
Komersialisasi Dan Pariwisata: Manajemen Theme Park Berbasis Konservasi Di Wilayah Yogyakarta Dan Jawa Tengah Eska Nia Sarinastiti; Muhamad Sidiq Wicaksono
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol. 11 No. 1 (2021): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Graduate School Bogor Agricultural University (SPs IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.11.1.69-82

Abstract

The purpose of this study was to determine the impact, challenges, and concept of ecotourism in managing theme parks based on sustainable wildlife animal conservation in Central Java. This research uses qualitative exploratory research. Data collection techniques include in-depth interviews and direct observation as primary data, while documentation, questionnaires, and literature studies are secondary data. Data analysis is divided into several stages: data coding, finding patterns, labeling themes, and developing category systems. The results showed that, first, positive impacts were obtained from conservation and sustainable tourism. Second, management challenges include external (outside the company scope) and internal (within the company scope). The external challenge most often faced by managers is the behavior of tourists who do not comply with the appeal in the theme park area. Meanwhile, the most crucial internal challenge is insufficient funding sources for the management and development of infrastructure. Third, ecotourism offers an alternative concept for sustainable management of theme parks economically and in conservation but requires large funds for realization.
STRENGTHENING E-BRANDING STRATEGY OF SHARIA HOTEL IN INDONESIAN HOTEL INDUSTRY Eska Nia Sarinastiti; Uljanatunnisa Uljanatunnisa
Jurnal Internasional Ilmu Pengetahuan Terapan bidang Pariwisata dan Events Vol 4 No 1 (2020): June 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1078.972 KB) | DOI: 10.31940/ijaste.v4i1.1910

Abstract

Purpose: This research is expected to be able to identify and analyze the strengthening of e-branding strategies of Sharia Hotels in the Indonesian hotel industry. Research methods: This study uses qualitative research with data collection techniques through semi-structured interviews, observation, and documentation. Results and discussions: The results of the research show, firstly, hotel with Islamic nuances according to the MUI Sharia Hotels including Hilal 2 which is a management and operational manner have rigid rules that must comply with Islamic rules, while Muslim Friendly Hotels include Hilal 1; secondly, strengthening the Sharia Hotel e-branding strategy including 1) strengthening domain names, brand identity, and web design; 2) partnership with various online travel agents; 3) installation of advertising and promotion media; 4) strengthening interaction through social media networks; the third is related to the challenges in e-branding of Sharia Hotels, it is the perception of the Indonesian people whose Muslim majority religion does not need differentiation in Sharia Hotels with Muslim Friendly Hotels and the perception that Sharia Hotels only accept Muslim tourists even though Sharia Hotels accept tourists universally like Conventional Hotels. Conclusion: Effective e-branding through online media in the Sharia hotel industry, it is proven can build a positive image and not only Muslim tourists who have known sharia hotels, but some non-Muslim tourists also have brand awareness in the existence of Sharia Hotel
Perkembangan Wisata Halal di Jepang Lufi Wahidati; Eska Nia Sarinastiti
Jurnal Gama Societa Vol 1, No 1 (2017): DESEMBER
Publisher : Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (728.214 KB) | DOI: 10.22146/jgs.34043

Abstract

Jepang adalah salah satu destinasi wisata yang menarik wisatawan Muslim dari Indonesia,Malaysia, dan negara-negara lain di Timur Tengah. Akhir-akhir ini, tingginya jumlah wisatawan Muslimmembuat Jepang menjadi sangat gencar mengembangkan fasilitas ramah Muslim untuk meningkatkanjumlah kunjungan wisatawan asing. Jepang adalah negara non-Muslim dengan penduduk mayoritasberagama Budha dan Shinto sehingga pemahaman masyarakatnya terhadap konsep halal dan wisatahalal tentunya sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah fasilitasramah Muslim yang mereka kembangkan sebagai bentuk omotenashi telah sesuai dengan standar wisatahalal yang diharapkan oleh wisatawan Muslim. Penelitian ini difokuskan pada karakteristik pelayananberbasis omotenashi, kebutuhan pengembangan wisata halal di Jepang, serta perkembangan fasilitasramah Muslim di Jepang. Data penelitian ini diambil dari jurnal dan website yang relevan dengan temapenelitian. Setelah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, jumlahfasilitas ramah Muslim semakin meningkat. Dari enam kebutuhan (faith-based needs) wisatawan Muslim,empat di antaranya telah terpenuhi, yakni kebutuhan akan makanan halal, tempat ibadah, kamar kecildengan air, serta pelayanan rekreasional dengan privasi. Namun, masih terdapat beberapa masalah yangperlu diperhatikan oleh Jepang, yaitu 1) masih terdapat aktifitas non-halal di banyak restoran, 2) belumada pelayanan makan sahur bagi wisatawan yang berpuasa khususnya di bulan Ramadan, 3) terbatasnyajumlah restoran halal di kota kecil,4) belum terdapat badan sertifikasi halal yang ditunjuk secara resmioleh pemerintah Jepang, dan 5) terbatasnya jumlah musala yang m enyediakan fasilitas wudu.
Internet dan Terorisme : Menguatnya Aksi Global Cyber-Terrorism New Media Eska Nia Sarinastiti; Nabilla Kusuma Vardhani
Jurnal Gama Societa Vol 1, No 1 (2017): DESEMBER
Publisher : Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1760.438 KB) | DOI: 10.22146/jgs.34048

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi tindakan cyber-terrorism global, jenis media baru dalamcyber-terrorism, dan fenomena cyber-terrorism di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus,teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis isi untukmencari data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan internet untuk tindakan mereka dimotivasioleh kelemahan media massa (televisi dan media cetak) yang tidak lagi aman dan banyak manipulasi isi tentangaktivitas kelompok teroris. Salah satu kelompok teroris paling canggih dan intensitas tertinggi penggunaanmedia online untuk kegiatan terorisme adalah kelompok Al-Qaeda. Secara keseluruhan, Internet digunakanoleh teroris untuk kegiatan terorisme serta tindakan cyber-terrorism yang meliputi pelatihan, penggalangandana, koordinasi, perencanaan dan pelaksanaan tanpa mempresentasikan secara fisik lokasi eksekusi, menghacksistem target, menyebarkan propaganda radikal, hasutan, rekrutmen anggota baru, mencari informasitentang data anggota militer, intelijen, atau pejabat politik. Berdasarkan hasil beberapa penelitian dan laporanmedia, media online yang secara terbuka dapat kita lihat sebagai media mereka, yaitu youtube, game online,situs web, media sosial (twitter dan facebook), dan majalah online. Indonesia menjadi salah satu negara yangjuga memiliki efek kuat dari cyber-terrorism sejak bom Bali pada tahun 2002 sampai sekarang. Ketersediaandan tingkat kekuatan cyber-terrorism dan peraturan penggunaan media online di sebuah pemerintahan akanmenentukan keamanan masyarakat dari kelompok aksi teroris melalui internet.
Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal dalam Pengelolaan Desa Wisata Pantai Trisik, Kulonprogo Arina Pramusita; Eska Nia Sarinastiti
Jurnal Pariwisata Terapan Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.266 KB) | DOI: 10.22146/jpt.35378

Abstract

Trisik beach is one of potential tourism attraction in Banaran Village Kulonprogo, it has a lot of potential to be developed. Trisik beach offers several attractive tourism attractions such as beach, mangrove plants, turtle conservation, and agrotourism. Among its potential, agrotourism had a big chance to developed. Most of the community in Trisik beach village are actively involved and get the benefit from agriculture. The development of community based tourism requires the participation of local communities in the entire development phases starting from planning, implementation, and supervision. However, public participation is often completely overlooked. This study aims to analyzed development of tourism and formulate the model of community involvement in tourism development. The study is conducted  in Trisik beach area, Banaran, Galur, Kulonprogo. The proces of collecting data through the study literature, in depth interview, and field observation. The analytical method used is descriptive analysis.
Model Pemberdayaan dalam Wujud Edukasi Manajemen Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya untuk Organisasi Kepemudaan Berbasis Agama di Yogyakarta Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi; Eska Nia Sarinastiti; Fatkurrohman Fatkurrohman
Jurnal Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat Vol 2, No 1 (2019): MAY
Publisher : Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat Sekolah Vokasi UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jp2m.48336

Abstract

This article reviews descriptively the empowerment model of education of cultural heritage management in Yogyakarta for partners of two faith-based youth organizations in two sub-districts in Yogyakarta City, Yogyakarta Special Region. These two sub-districts chosen as the location of this community service because in each sub-district there is a local potential to be developed as a heritage tourism attraction. In Ngampilan, located center for souvenirs of bakpia which is a typical food of Yogyakarta, while in Kraton there is a toponym of the servants' kampongs of Yogyakarta Sultanate and other heritage building related with Yogyakarta Sultanante. Both if developed tour packages will be very worthy of selling for tourists visiting Yogyakarta. If tourists come to bakpia center Patuk is expected not only to buy souvenirs, but also to take the time to join the walking tour package to know the history of Patuk village that grows as a bakpia center, and if tourists go to Kraton not only visit Yogyakarta Palace, but also enjoy biking tours around the Kraton while knowing the names of the villages that surround the Yogyakarta Kraton complex. The two target group of people empowered were chosen because as a youth organization, it is necessary to develop productive economic activities that are beneficial to the aouthonomy of members and organizations while maintaining cultural preservation in the local environment around their homes. The program model offered in this article is tourism management training, which consists of concept design, marketing (branding and promotion) through direct and internet use, and operational implementation of heritage tourism packages based on local potential in each sub-district.