Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

TINGKAT STRES DITINJAU DARI KESIAPAN MENIKAH DAN KECERDASAN EMOSI PADA MAHASISWI TINGKAT AKHIR PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Vera Bekti Rahayu; . Hardjono; Rin Widya Agustin
Wacana Vol 4, No 1 (2012)
Publisher : UNS Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.897 KB) | DOI: 10.13057/wacana.v4i1.33

Abstract

Stres dalam kehidupan manusia tidak dapat dihindari, karena stres dapat menimpa siapa saja. Pada mahasiswi tingkat akhir, stres dapat terjadi karena ketertekanan dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan menyelesaikan skripsi. Tingkat stres pada mahasiswi tingkat akhir berbeda-beda sesuai dengan kemampuan individu dalam menghadapinya. kemampuan yang dapat mempengaruhi tingkat stres adalah kesiapan menikah dan kecerdasan emosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesiapan menikah dan kecerdasan emosi dengan tingkat stres pada mahasiswi tingkat akhir Prodi Psikologi FK UNS Surakarta. Subjek penelitian ini adalah mahasiswi tingkat akhir yang dalam proses mengerjakan skripsi sebanyak 66 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik incidental sampling. Penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu: skala tingkat stres, skala kesiapan menikah, dan skala kecerdasan emosi. Analisis data menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai F hitung = 13, 684, p<0,05, dan nilai R = 0,550. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara kesiapan menikah dan kecerdasan emosi dengan tingkat stres pada mahasiswi tingkat akhir Prodi Psikologi UNS Surakarta. Secara parsial menunjukkan nilai rx1y = -0,279 dengan p = 0,025 (p<0,05), artinya terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kesiapan menikah dengan tingkat stres. Semakin tinggi kesiapan menikah semakin rendah tingkat stres, sebaliknya semakin rendah kesiapan menikah semakin tinggi tingkat stres. Nilai rx2y = -0,119 dengan p = 0,346 (p>0,05), menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan tingkat stres. Nilai R2 dalam penelitian ini sebesar 0,303 atau 30,3%, terdiri atas sumbangan efektif kesiapan menikah terhadap tingkat stres sebesar 22,01% dan sumbangan efektif kecerdasan emosi terhadap tingkat stres sebesar 8,29%. Ini berarti masih ada 69,7% faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres selain kesiapan menikah dan kecerdasan emosi.   Kata kunci: tingkat stres, kesiapan menikah, kecerdasan emosi, dan mahasiswi tingkat akhir.
Analisis Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga Perspektif Konseling Keluarga Riski Kartika Sari; Asri Kurnianti; Sigit Dwi Sucipto; Vera Bekti Rahayu
KENDALI: Economics and Social Humanities Vol. 3 No. 3 (2025): KENDALI: Economics and Social Sciences Humanities.
Publisher : ASIAN PUBLISHER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58738/kendali.v3i3.656

Abstract

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan masalah sosial yang masih sering terjadi di berbagai masyarakat dan memiliki dampak serius terhadap korban, baik secara fisik, psikologis, sosial, maupun hukum. Studi ini menganalisis kasus KDRT yang dialami oleh seorang wanita berinisial CCC (37 tahun) di Jakarta Timur, yang mengalami kekerasan fisik oleh suaminya sendiri, termasuk pembenturan kepala ke tembok dan cekikan, hingga menyebabkan luka-luka di sekujur tubuhnya. Penelitian ini menggunakan perspektif konseling keluarga untuk mengevaluasi faktor penyebab, dampak yang ditimbulkan, serta intervensi yang dapat diberikan guna membantu korban dalam pemulihannya, dengan menggunakan pendekatan Structural Family Therapy, Bowen Family Systems Theory, Narrative Therapy, serta Solution-Focused Brief Therapy, studi ini mengamati pentingnya pola komunikasi keluarga, peningkatan dukungan sosial terhadap korban, serta pendampingan psikologis guna membantu korban keluar dari dampak trauma akibat KDRT. Selain itu, penelitian ini juga membahas kendala dan hambatan dalam penanganan kasus KDRT, baik dari segi medis, psikologis, sosial, maupun hukum, serta pentingnya koordinasi antar lembaga dalam memberikan perlindungan dan bantuan bagi korban. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemulihan korban sangat bergantung pada intervensi holistik yang melibatkan aspek kesehatan, psikologi, sosial, serta hukum. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dalam menangani kasus KDRT agar korban dapat memperoleh pemulihan yang optimal serta membangun kembali kehidupannya dengan lebih aman dan stabil.