Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGKLASIFIKASIKAN BENDA MENGGUNAKAN KOMBINASI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION, EXAMPLES NON EXAMPLES DENGAN MEDIA KONKRIT rahmawati rahmawati; Nina Permatasari
Jurnal Inovasi, Kreatifitas Anak Usia Dini (JIKAD) Vol 2, No 1 (2022): Februari
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jikad.v2i1.4694

Abstract

AbstrakPenelitian ini dilatar belakangi belum berkembangnya kemampuan anak mengelompokan benda sesuai bentuk, warna dan ukuran yang ditandai dengan sedikitnya aktivitas anak dalam menstimulus kemampuan kognitif karena kegiatan hanya terpaku pada aktivitas penggunaan pensil dan kertas, selain itu kurangnya penggunaan media pembelajaran menarik sehingga anak cepat bosan. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan aktivitas guru, aktivitas anak serta hasil pengembangan anak. Pendekatan menggunakan deskriptif kualitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan 3 kali pertemuan. Subjek penelitian adalah anak kelompok B berjumlah 12 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dengan kriteria sangat baik pada pertemuan 1 sampai pertemuan 3 meningkat dari 23 hingga 28. Aktivitas anak dengan kriteria sangat aktif yakni meningkat dari 33% hingga 92%. Hasil capaian kognitif di pertemuan 1 sampai pertemuan 3 meningkat dari 25% sampai dengan 92%. Dapat disimpulkan bahwa mengelompokan benda sesuai variasi warna, bentuk dan ukuran menggunakan kombinasi model Explicit Instruction, Exampless Non Examples dengan Media Konkrit pada kelompok B Raudhatul Athfal Sultan Suriansyah berhasil. Disarankan model ini dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan aktivitas guru, aktivitas anak yang berdampak pada hasil perkembangan kognitif anak.Kata Kunci: Kognitif, Explicit Instruction, Examples Non Examples, Media Konkrit.           AbstractThis research is motivated by the undeveloped ability of children to group object according to shape, color and size which is indicated by the lack of children's activity in stimulating cognitive ability because activities are only focused on using pencils and paper activity, besides the lack of use of interesting learning media so that children get bored quickly. The purpose of the study was to describe the teacher activity, children activity and the result of child development. The approach uses descriptive qualitative with the type of Classroom Action Research (CAR) which was held 3 times in meetings. The research subjects were 12 children in group B. The result showed that the ability of teacher with very good criteria at meeting 1 to 3 increased from 23 to 28. The activity of children with very active criteria increased from 33% to 92%. The cognitive achievement result in meeting 1 to meeting 3 increased from 25% to 92%. It can be concluded that grouping object according to variation in color, shape and size using a combination of Explicit Instruction, Exampless Non Examples with Concrete Media models in group B Raudhatul Athfal Sultan Suriansyah was successful. It is recommended that this model be used as an alternative in increasing teacher activities, children's activities that have an impact on the results of children's cognitive development.Keywords: Cognitive, Explicit Instruction, Examples Non Examples, Concrete Media
Kecerdasan Ekologis Perajin Tanggui di Bantaran Sungai Barito Mutiani Mutiani; Akhmad Munaya Rahman; Nina Permatasari; Ersis Warmansyah Abbas; Muhammad Adhitya Hidayat Putra
PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu Sosial) Vol 1, No 1 (2021): PAKIS, March 2021
Publisher : Pendidikan IPS FKIP ULM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.958 KB) | DOI: 10.20527/pakis.v1i1.3207

Abstract

Isu lingkungan selalu menjadi isu kritis di kehidupan masyarakat. Ragam cara dilakukan untuk memberikan kesadaran lingkungan. Satu bentuk kesadaran lingkungan diimplementasikan dalam kerangka kecerdasan ekologis. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan kecerdasan ekologis dari perajin tanggui di bantaran sungai Barito. Pendekatan kualitatif dan metode studi kasus digunakan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara terstruktur bersama perajin, dan studi dokumentasi. Uji keabsahan data dilakukan dengan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian mendeskripsikan bahwa kecerdasan ekologis perajin tanggui dapat dilihat melalui aktivitas ekonomi. Aktivitas tersebut adalah produksi tanggui sejak pemilihan bahan utama yakni pohon nipah hingga pengayaman. Pada proses produksi, perajin mengoptimalkan daun nipah semaksimalkan mungkin sehingga tidak ada yang terbuang. Kedua, distrbusi menggunakan perahu bermotor (klotok). Aktivitas produksi dan distribusi tanggui oleh perajin menjadi rutinitas keseharian. Oleh karena itu, kecerdasan ekologis sudah menjadi bagian dari kehidupan perajin. 
Meningkatkan Motivasi Berprestasi Peserta Musabaqah Tilawatil Qur’an Muhammad Andri Setiawan; Nina Permatasari; Novitawati
Beujroh : Jurnal Pemberdayaan dan Pengabdian pada Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2024): Beujroh : Jurnal Pemberdayaan dan Pengabdian pada Masyarakat
Publisher : Yayasan Sagita Akademia Maju

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61579/beujroh.v2i2.90

Abstract

Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) is an important religious competition for the Muslim community in Indonesia. However, many participants face challenges in fostering optimal achievement motivation. Observations in Tapin Regency revealed that inadequate psychological support is a major factor affecting participants' motivation. This community service activity aims to enhance the achievement motivation of MTQ participants through psychological training. The training was conducted on April 6, 2024, with 60 participants, using a workshop method that included stress management techniques, confidence building, and motivational strategies. The results were measured using pre-test and post-test questionnaires, and analysed with descriptive statistics and paired t-tests. The analysis showed a significant increase in participants' motivation and confidence, with an average increase of 15 points. A total of 75% of participants experienced a significant increase in motivation, 16.67% experienced a moderate increase, and 8.33% showed no significant change. The psychological training proved effective in enhancing the achievement motivation of MTQ participants in Tapin Regency. These results are expected to help participants achieve better performance in MTQ competitions.
Bagaimana Remaja Menjadi Peer-Counselor di Masa Pandemi? Nina Permatasari; Eklys Cheseda Makaria; Irene Maya Simon; Muhammad Andri Setiawan
Buletin Konseling Inovatif Vol. 1 No. 1 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang & Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um059v1i12021p32-44

Abstract

Abstract: To optimally carry out their developmental tasks during the Covid-19 Pandemic, which affects psychosocial and mental health, teenagers require mentoring. One of those accompaniments may come from their peers. This study observes the way teenagers being peer-counselors during the Covid-19 pandemic. This quantitative research uses a descriptive survey design. Meanwhile, its populations were all participants of peer counseling training webinars conducted by the Centre of Guidance and Counselling Service of Lambung Mangkurat University. The 126 samples were selected using a random sampling technique live in South Borneo. The results convey that 32 percent, 78 percent, and 58 percent of teenagers actively being peer-counselors at the age of 16 years, at the high school age, and when the pandemic started, respectively. A 40 percent of teenagers explain that they choose to be peer counselors because they like to help their friends, 53 percent of them feel to have a superior personality that supports them to be peer counselors, while 27 percent of them contemplate on things they can suggest to help their friends as peer counselors. Additionally, 54 percent of teenagers wish to attain peer counselors' skills that can command the counselees' thoughts. Thus, teenagers have given relatively significant contributions as peer counselors during the Covid-19 pandemic. Abstrak: Guna melaksanakan tugas perkembangan dengan optimal selama pandemi covid-19 yang berdampak pada kesehatan mental dan kondisi psikososial, remaja perlu pendampingan. Salah satunya adalah pendampingan dari teman sebaya. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai bagaimana remaja menjadi konselor sebaya di masa pandemic covid-19. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei-deskriptif. Populasi penelitian merupakan seluruh peserta webinar pelatihan konseling teman sebaya yang diadakan oleh Pusat Layanan Bimbingan dan Konseling (PLBK) Universitas Lambung Mangkurat. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik total random sampling yaitu sebanyak 126 sampel yang berdomisili di Kalimantan Selatan. Hasil menunjukkan bahwa 32 persen remaja aktif menjadi konselor sebaya pada usia 16 tahun, 78 persen mulai SMA/SMK, 58 persen mulai pada masa pandemi. Empat puluh persen remaja beralasan menjadi konselor sebaya karena merasa senang dapat membantu temannya, 53 persen merasa memiliki kepribadian yang unggul sebagai konselor sebaya karena terdorong untuk membantu, 27 persen memiliki pikiran apakah yang bisa saya sarankan kepada teman saya disaat menjadi konselor sebaya dan 54 persen ingin mendapatkan keterampilan sebagai konselor sebaya yang mampu mengendalikan pikiran konseli. Dapat disimpulkan bahwa remaja sudah berperan cukup baik menjadi konselor sebaya di masa pandemik covid-19.