Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Environment Care Character Education as a Flood Disaster Management Effort Nina Permata Sari; Eklys Cheseda Makaria; Rochgiyanti Rochgiyanti; Muhammad Andri Setiawan
AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan Vol 13, No 2 (2021): AL-ISHLAH: JURNAL PENDIDIKAN
Publisher : STAI Hubbulwathan Duri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (608.59 KB) | DOI: 10.35445/alishlah.v13i2.923

Abstract

Character education awakens the realm of values and norms of students. Environmental care is one of the 18 character values in the Indonesian Ministry of Education and National (2010) character education design. This article aims to examine the character of caring for the environment to mitigate flood disasters. Qualitative approach with descriptive method is used to describe research problems. Miles and Huberman's interactive model reduced interview data, presented descriptive narratives, and document research results. Triangulation techniques and research extension resulted in data saturation. The results of the study describe that related to the environmental care behavior of the community in Pengaron Village, it is described as follows; 1) The attitude of the community towards flood prevention is to do cooperation every week by coordinating through village officials, 2) Knowledge about flooding is passed down from generation to generation to children. This information includes the fact that floods always occur every year, so people must always be alert; 3) Environmental care behavior includes the obligation to have swimming skills, construct houses on stilts and or two floors, and plant trees that have characteristics sensitive to weather changes. Society inherits the character of caring for the environment as the primary value in everyday life. The character of caring for the environment contributes to educating the importance of preserving and coexisting with the environment.
KONTRIBUSI KOMUNIKASI VERBAL DAN KONTROL SOSIAL TERHADAP PERILAKU BULLYING VERBAL SISWA SMA NEGERI 2 BANJARMASIN Sulistiyana Sulistiyana; Ali Rachman; Eklys Cheseda Makaria; Muhammad Noor Alfiansyahrani
JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING AR-RAHMAN Vol 6, No 1 (2020): June
Publisher : UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.61 KB) | DOI: 10.31602/jbkr.v6i1.2958

Abstract

Sekolah merupakan salah satu lembaga yang berkewajiban memberikan pendidikan normatif, sekaligus merupakan tempat remaja berinteraksi, berkomunikasi dalam kesehariannya. Sekolah memiliki potensi mewujudkan kehidupan sosial yang aman dan nyaman agar remaja berkembang dengan baik, namun juga dapat berpeluang menghambat perkembangan hubungan sosial jika terjadi perilaku yang merugikan seperti kecenderungan bullying secara verbal, fisik maupun psikologis. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi verbal terhadap perilaku bullying verbal; pengaruh kontrol sosial terhadap perilaku bullying verbal; dan komunikasi verbal dan kontrol sosial berpengaruh secara bersama-sama terhadap perilaku bullying verbal pada siswa di SMAN 2 Banjarmasin. Secara metodologis, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan jenis penelitian pengaruh (korelasi). Adapun sampel dari penelitian yaitu siswa kelas X dan XI di SMAN 2 Banjarmasin berjumlah 220 orang, yang dipilih berdasarkan teknik sampling jenuh. Hasil analisis ditemukan bahwa variabel komunikasi verbal (X1) berpengaruh terhadap perilaku bullying verbal (Y). Begitu pula variabel kontrol sosial (X2) terhadap perilaku bullying verbal (Y). Hasil uji Anova untuk ketiga variabel tersebut adalah adanya kontribusi antara komunikasi verbal (X1) dan kontrol sosial (X2) terhadap perilaku bullying verbal (Y) sebesar 24.4%. Penelitian ini bisa dilanjutkan dengan meneliti variabel-variabel lain yang kemungkinan juga berpengaruh seperti hubungan teman sebaya, atau pola asuh orangtua.____________________________________________________Schools are one of the institutions that are obligated to provide normative education, as well as the place where youth interact, communicate in their daily lives. This research aims to determine the influence of verbal communication on verbal bullying behaviour; Influence of social control over verbal bullying behaviour; and verbal communication and social control are influential jointly towards the verbal bullying behaviour of students at SMAN 2 Banjarmasin. Methodologically, this research is a quantitative study, with a type of research influence (correlation). The samples from the study were grade X and XI students at SMAN 2 Banjarmasin amounting to 220 people, selected based on saturated sampling techniques. The results of the analysis found that verbal communication variables (X1) affect the verbal bullying behaviour (Y). Similarly, a social control variable (X2) is against the verbal bullying behaviour (Y). Anova's test results for these three variables are the contribution between verbal communication (X1) and social Control (X2) on the verbal bullying (Y) behavior of 24.4%. This research can be continued by researching other variables that may also be influential such as peer relationships, or parenting patterns.
Korelasi Kepercayaan Diri dan Efikasi Diri Akademik Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling Angkatan 2018 Eklys Cheseda Makaria; Ali Rachman; Ririanti Rachmayanie J
JKI (Jurnal Konseling Indonesia) Vol. 5 No. 1 (2019): Jurnal Konseling Indonesia
Publisher : Universitas Kanjuruhan Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.161 KB) | DOI: 10.21067/jki.v5i1.2979

Abstract

This study aims to describe the relationship between self-confidence and academic self-efficacy in students of the Lambung Mangkurat University Guidance and Counseling study program in 2018. The sample in this study amounted to 102 students. Data were collected using the academic self-efficacy scale and self-confidence scale, and analyzed using SPSS 20. Data analysis was performed using Pearson Corelation Product Moment analysis. The results showed that there was a relationship between academic self-efficacy and student self-confidence.
Tantangan Guru pada Masa Pandemi Covid-19 Nina Permata Sari; Eklys Cheseda Makaria
Jurnal Basicedu Vol 6, No 2 (2022): April Pages 1500- 3199
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i2.2561

Abstract

Pada masa pandemic covid-19 saat ini merupakan tantangan bagi seorang pendidik dalam melaksanakan tugas dan peranannya. Guru mengalami berbagai tantangan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan secara menyeluruh bagaimana tantangan guru pada masa pandemic Covid-19. Metode deskriptif-analitis dan kajian studi literatur digunakan dalam Menyusun artikel ini. Adapun hasil pembahasan memaparkan bahwa pembelajaran jarak jauh atau dalam jaringan harus diterapkan dalam kegiatan pembelajaran tanpa mengurangi esensi pembelajar itu sendiri guna tercapainya tujuan pembelajaran. Guru memiliki tugas tersendiri yaitu sebagai pengajar, pendidik dan pemimpin bagi siswanya. Adapun tantangan yang harus dihadapi guru dimasa pandemik covid-19 ini diantaranya yaitu minimnya kemampuan guru dalam penggunaan media digital, kurangnya fasilitas berbasis teknologi yang disediakan sekolah atau universitas, sulitnya menciptakan materi pembelajaran dalam bentuk digital, akses internet yang sulit dijangkau, serta motivasi dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran ini tidak begitu tinggi. Keseluruhan tantangan tersebut menyisakan permasalahan dalam pembelajaran jarak jauh. Dengan demikian, guna memberikan masukan konkret terhadap permasalahan tersebut diperlukan literasi teknologi bagi guru. Ragam pelatihan dirasa mampu untuk menjembatani sehingga guru mampu mengadopsi dan mengaplikasikannya dalam pembelajaran
Pendampingan Bimbingan Kelompok Siswa SMP Negeri 1 Kapuas Barat untuk Mengatasi Learning Loss Eklys Cheseda Makaria; Ririanti Rachmayanie; Rabiatul Janah
Wikrama Parahita : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 2 (2022): November 2022
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/jpmwp.v6i2.4323

Abstract

Fenomena learning loss dapat menyebabkan terjadinya penurunan hasil belajar atau dapat juga diartikan sebagai penurunan minat maupun kemampuan belajar. Pandemi Covid-19 mempunyai risiko terjadinya learning loss, dikarenakan penutupan sekolah untuk menghindari virus. Siswa yang memiliki keterbatasan dalam jaringan internet sebagai fasilitas pembelajaran online, akan lebih rentan untuk mengalami learning loss, seperti keterbatasan kuota internet atau kurangnya fasilitas perangkat elektronik untuk mengakses internet. Pembelajaran daring di SMP Negeri 1 Kapuas Barat dilaksanakan melalui aplikasi Whatsapp dan penyetoran tugas secara langsung di sekolah pada hari-hari tertentu sesuai peraturan yang disusun oleh sekolah. Berdasarkan Fenomena learning loss ini terutama permasalahan mengenai minat belajar, maka diperlukan program layanan bimbingan dan konseling berupa layanan informasi dengan menggunakan media video pembelajaran tentang informasi mengenai cara meningkatkan minat belajar siswa sehingga dapat menumbuhkan rasa antusias terhadap kegiatan belajar di masa pademi Covid-19. Layanan informasi dilakukan menggunakan strategi bimbingan kelompok dengan protokol kesehatan yang ketat dan diijinkan oleh orangtua siswa.
Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan Pemanfaatan Assesmen Diagnostik Guna Optimalisasi Pembelajaran Hendro Yulius Suryo Putro; Eklys Cheseda Makaria; Hairunisa Hairunisa; Gazali Rahman
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 2, No 4 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v2i4.7697

Abstract

Implementasi kurikulum pada satuan pendidikan menjadikan guru sebagai figur utama yang harus memiliki kecakapan dalam mengembangkan kurikulum, tujuannya agar memiliki acuan dalam mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga dapat mencapai pendidikan yang berkualitas. Salah satu upaya yang dapat mewujudkan proses pembelajaran optimal adalah dengan mengetahui segala hal yang menjadi kebutuhan peserta didik, Oleh karena itu, setiap satuan pendidikan perlu untuk memanfaatkan asesmen diagnostik guna mengidentifikasi kebutuhan siswa baik berkaitan dengan aspek kognitif maupun nonkognitif agar pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kondisi peserta didik. Namun demikian, hal tersebut menjadi kendala di SD Hippindo Banjarmasin saat ini khususnya para guru masih asing dengan istilah asesmen diagnostik, akibatnya perencanaan pembelajaran belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan siswa. Permasalahan itu menjadi alasan diadakannya pelatihan sebagai upaya peningkatan kapabilitas tenaga pendidik terlebih dengan jumlah guru yang tergolong sedikit. Target capaian diadakan pelatihan ini adalah agar para guru memiliki wawasan mengenai asesmen diagnostik khususnya era digital saat ini dan mampu untuk menerapkannya dalam proses pembelajaran demi mencapai pembelajaran yang optimal.
Career Development of Generation Z through Technology and Media: Implementation in Vocational High Schools Nina Permata Sari; Eklys Cheseda Makaria; Muhammad Andri Setiawan; Nurul Andri Azkiya; Muhammad Umar Marani
Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 6, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/btjpm.v6i2.10390

Abstract

This article examined the implementation of a workshop as a preparatory strategy for Generation Z students at SMK Negeri 3 Banjarmasin to face increasingly complex career challenges. The workshop aimed to deepen students’ comprehension of utilizing technology and media in career services. The research involved 33 tenth-grade students who were evaluated through pre-tests and post-tests regarding their understanding before and after the workshop on September 24-30, 2023. The pre-test results showed positive evaluations, with the majority of participants considering the workshop to have provided accurate career information (90.9%) and to be relevant to the latest developments in the job market (90.9%). After the workshop, there was a positive improvement in participant assessments. Understanding of technological developments increased to 87.9%, while the ability to utilize technology reached 90.9%. The workshop was considered effective in developing career skills (81.8%) and guiding students to optimize their talents for the job market (84.9%). The workshop followed the Asset-Based Community Development (ABCD) approach, recognizing students as unique individuals with potential that can be developed. The design stage involved identifying student assets, participatory planning, and focusing on the use of technology as a key aspect of career development. The workshop participants were 33 10th-grade students, selected based on the specific needs of the first batch. The ABCD approach considered student diversity, encouraging active participation in every workshop session. Data collection applied the ABCD approach with participatory methods, while instrument development involved local assets and relevant technology. Data analysis included quantitative statistical analysis and comparison of pre-test and post-test questionnaire results to measure changes in student understanding. Overall, the workshop was effective in improving students’ understanding of career trends, skill development, and technology utilization. These results affirmed the role of the workshop as a strategic tool in equipping Generation Z to face the dynamics of the competitive job market.
Enhancing Quality of Guidance and Counseling in Vocational Schools: Testing the Effectiveness of Evaluation Instruments Based on the CIPP Model Muhammad Andri Setiawan; Nina Permata Sari; Eklys Cheseda Makaria; Najwa Shabrina Dinanty; Gazali Rahman
PAEDAGOGIA Vol 27, No 1 (2024): PAEDAGOGIA Jilid 27 No 1 (2024)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/paedagogia.v27i1.84673

Abstract

This study assesses the CIPP (Context, Input, Process, Product) model's effectiveness in evaluating guidance and counseling programs within the Merdeka curriculum of Vocational High Schools. Collaborating with three experts—guidance and counseling specialists, educational technology experts, and practitioner teachers—the research employs assessment tests and pre-test/post-test questionnaires for 10 Guidance and Counseling Teachers at Vocational High School 3 Banjarmasin. Evaluation results, covering general, specific, and material aspects, show a high level of agreement among the three evaluators. General evaluation exhibits high reliability (ICC = 0.750), and thorough and material evaluations demonstrate high reliability with ICC values of 0.794 each. The trial of 10 Guidance and Counseling Teachers reveals a significant improvement in their evaluation skills after implementing the CIPP model. Average post-test results are notably higher than pre-test, highlighting the positive impact of the CIPP evaluation model on enhancing these skills. The research concludes that the CIPP evaluation model is reliable and consistent in measuring guidance and counseling program effectiveness in the Merdeka curriculum of Vocational High Schools. Empirical and theoretical support establishes a strong foundation for considering future implementation of the CIPP model in educational program evaluations. This model's application is anticipated to elevate the quality and relevance of educational programs, particularly in the context of guidance and counseling in Vocational High Schools, with potential practical and managerial benefits.
Bagaimana Remaja Menjadi Peer-Counselor di Masa Pandemi? Nina Permatasari; Eklys Cheseda Makaria; Irene Maya Simon; Muhammad Andri Setiawan
Buletin Konseling Inovatif Vol. 1 No. 1 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang & Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um059v1i12021p32-44

Abstract

Abstract: To optimally carry out their developmental tasks during the Covid-19 Pandemic, which affects psychosocial and mental health, teenagers require mentoring. One of those accompaniments may come from their peers. This study observes the way teenagers being peer-counselors during the Covid-19 pandemic. This quantitative research uses a descriptive survey design. Meanwhile, its populations were all participants of peer counseling training webinars conducted by the Centre of Guidance and Counselling Service of Lambung Mangkurat University. The 126 samples were selected using a random sampling technique live in South Borneo. The results convey that 32 percent, 78 percent, and 58 percent of teenagers actively being peer-counselors at the age of 16 years, at the high school age, and when the pandemic started, respectively. A 40 percent of teenagers explain that they choose to be peer counselors because they like to help their friends, 53 percent of them feel to have a superior personality that supports them to be peer counselors, while 27 percent of them contemplate on things they can suggest to help their friends as peer counselors. Additionally, 54 percent of teenagers wish to attain peer counselors' skills that can command the counselees' thoughts. Thus, teenagers have given relatively significant contributions as peer counselors during the Covid-19 pandemic. Abstrak: Guna melaksanakan tugas perkembangan dengan optimal selama pandemi covid-19 yang berdampak pada kesehatan mental dan kondisi psikososial, remaja perlu pendampingan. Salah satunya adalah pendampingan dari teman sebaya. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai bagaimana remaja menjadi konselor sebaya di masa pandemic covid-19. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei-deskriptif. Populasi penelitian merupakan seluruh peserta webinar pelatihan konseling teman sebaya yang diadakan oleh Pusat Layanan Bimbingan dan Konseling (PLBK) Universitas Lambung Mangkurat. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik total random sampling yaitu sebanyak 126 sampel yang berdomisili di Kalimantan Selatan. Hasil menunjukkan bahwa 32 persen remaja aktif menjadi konselor sebaya pada usia 16 tahun, 78 persen mulai SMA/SMK, 58 persen mulai pada masa pandemi. Empat puluh persen remaja beralasan menjadi konselor sebaya karena merasa senang dapat membantu temannya, 53 persen merasa memiliki kepribadian yang unggul sebagai konselor sebaya karena terdorong untuk membantu, 27 persen memiliki pikiran apakah yang bisa saya sarankan kepada teman saya disaat menjadi konselor sebaya dan 54 persen ingin mendapatkan keterampilan sebagai konselor sebaya yang mampu mengendalikan pikiran konseli. Dapat disimpulkan bahwa remaja sudah berperan cukup baik menjadi konselor sebaya di masa pandemik covid-19.
Hubungan Kepercayaan Diri Dan Harga Diri Dengan Kerja Keras Dalam Wasaka Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Astri Depika Putri; Akhmad Sugianto; Eklys Cheseda Makaria
G-Couns: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol. 8 No. 2 (2024): April 2024. G-Couns: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Universitas PGRI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31316/gcouns.v8i2.4903

Abstract

Tujuan riset ini ialah guna mengidentifikasi hubungan kepercayaan diri dan harga diri dengan kerja keras dalam wasaka pada siswa di SMP Negeri 27 Banjarmasin. Metode riset menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis riset korelasional. Alat pengumpulan data yang digunakan ialah kuesioner skala kepercayaan diri, harga diri dan kerja keras dalam wasaka. Teknik analisis data menggunakan regresi berganda. Hasil menunjukkan terdapat hubungan antara kepercayaan diri dan harga diri dengan kerja keras dalam wasaka sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai Fhitung 138,778 > nilai Ftabel 3,04. Kesimpulan terdapat hubungan yang positif antara kepercayaan diri dan harga diri dengan kerja keras dalam wasaka. Semakin baik dan tinggi kepercayaan diri dan harga diri yang dimiliki oleh murid maka semakin baik dan tinggi pula kerja keras dalam wasaka pada siswa di SMP. Kata kunci: kepercayaan diri, harga diri, kerja keras dalam wasaka