Putri Dahlia
Institut Seni Budaya Indonesia Aceh

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KAIN TENUN SONGKET DAN FUNGSI BUDAYANYA BAGI MASYARAKAT DI NAGARI PANDAI SIKEK Fauziana Izzati; Putri Dahlia
ARTCHIVE: Indonesian Journal of Visual Arts and Design Vol 1, No 1 (2020): ARTCHIVE : Indonesia Journal of Visual Art and Design
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53666/artchive.v1i1.1557

Abstract

ABSTRACTThis research aims at discussing about tenun songket of Pandai Sikek village, Tanah Datar district, West Sumatera province. The sources used are woven tenun songket Pandai Sikek and cultural observers in Pandai Sikek village whose have knowledge and experiences about the history of tenun songket Pandai Sikek. The methods of data collection were dokumentation, observation, literature review, and interview. This research used qualitive method with history theory and symbolic theory. Research result shows that kain tenun songket in Pandai Sikek village has historical value and minangkabau characteristics. Those characteristics on kain tenun are: pucuak rabuang, biteh, tampuak manggih, saluak laka, bayam, batang pinang, sirangkak, ula gerang, gobag, pucuak sikaka, ulek tantadu barantai putiah. The variety of characteristics come from philosophy of Minangkabau people namely “Alam Takambang jadi Guru” (inEnglish, Nature is our teacher).ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk membahas kain tenun songket di Nagari PandaiSikek Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Sumber data yang digunakan selain kain tenun songket itu sendiri adalah para tokoh budayawan Nagari Pandai Sikek yang memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai kain tenun songket Pandai Sikek. Metode dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi, observasi, tinjauan pustaka, dan wawancara. Metoda yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan teori sejarah, serta teori simbolik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kain tenun songket di Nagari Pandai Sikek memiliki nilai sejarah dan memiliki ciri khas motif Minangkabau. Adapun motif -motif yang terdapat pada kain songket pandai sikek yaitu: pucuak rabuang, biteh, tampuak manggih, saluak laka, bayam, batang pinang, sirangkak, ula gerang, gobah, pucuak sikaka, dan ulek tantadu barantai putiah. Corak ragam hias pada kain tenun songket Pandai Sikek juga diilhami oleh flosof masyarakat Minangkabau yaitu “Alam Takambangjadi Guru”.
Pengembangan Desain Ragam Hias pada Kupiah Riman di Kabupaten Pidie Sartika Br Sembiring; Fauziana Izzati; Putri Dahlia
DESKOVI : Art and Design Journal Vol 5, No 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1870

Abstract

Propinsi Aceh kaya akan berbagai kerajinan tradisional serta masih memuat nilai-nilai sejarah. Banyak hasil kebudayaan Aceh yang tidak terlepas dari nuansa Islami, salah satu contoh dalam seni rupa adalah kupiah riman yang digunakan oleh kaum laki-laki Aceh. Sampai saat ini kerajinan kupiah riman masih diproduksi di Kabupaten Pidie. Kupiah riman memiliki ciri khas motif tradisional Aceh, seperti: motif pinto Aceh, bungong kupula, bungong jeumpa,dan lain-lain. Kekayaan alam yang terdapat di daerah Pidie dapat menjadi sumber inspirasi dalam rangka memperkenalkan daerah tersebut melalui kreativitas, salah satunya adalah melalui pengembangan desain motif pada kupiah riman yang biasanya digunakan oleh kaum laki-laki di daerah tersebut. Penelitian karya seni ini bertujuan agar masyarakat dapat mengenal ragam hias sebagai ciri khas Kabupaten Pidie yang berangkat dari hasil kekayaan alam dan kebudayaan masyarakat setempat. Penelitian ini akan menggunakan teori tata kelola desain Victor Papanek yaitu metode, kegunaan, kebutuhan, telesis, asosiasi dan estetika untuk mengembangkan desain motif kupiah riman. Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai kupiah riman. Hal ini juga berpengaruh terhadap industri kerajinan kupiah riman yang ada di Kabupaten Pidie karena diharapkan melalui penelitian ini produk kupiah riman serta hasil kekayaan alam daerah Pidie semakin dikenal melalui pengembangan motif. 
Keberadaan Industri Penyamakan Kulit Nabati Secara Tradisional di Kota Padang Panjang Putri Dahlia; Sartika Br Sembiring
DESKOVI : Art and Design Journal Vol 6, No 1 (2023): JUNI 2023
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v6i1.10672

Abstract

Padang Panjang merupakan salah satu daerah yang terkenal dengan sentra kerajinan kulit di Sumatera Barat. Bahan baku kulit tersamak bisa didapat dari sentra penyamakan kulit yang berada di Padang Panjang. Selain kulit tersamak olahan dari Unit Pelayanan Terpadu Daerah Penyamakan Kulit yang diproduksi secara kimia dan modern, di Padang Panjang juga terdapat sentra industri penyamakan tradisional yang berada di Silaing Bawah. Penyamakan kulit nabati secara tradisional membutuhkan waktu yang cukup lama dan proses penyamakan harus berurutan sehingga menghasilkan kulit tersamak yang siap dipasarkan sebagai bahan baku dalam pembuatan produk kerajinan kriya kulit. Penulisan ini bertujuan untuk mendokumentasikan secara tertulis mengenai keberadaan industri penyamakan kulit nabati tradisional di Padang Panjang serta proses penyamakan kulit nabati tradisional yang saat ini sudah jarang diproduksi perajin karena kelangkaan pohon akasia sebagai bahan baku penyamakan kulit nabati. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Terdapat Sembilan langkah yang dilakukan dalam proses penyamakan kulit nabati secara tradisional pada industri penyamakan kulit di Padang Panjang, yaitu proses penggaraman, perendaman, pengapuran, pembuangan bulu, pembuangan daging, pembuangan kapur, penyamakan menggunakan kulit pohon akasia, penjemuran, dan finishing.
KERAJINAN CENDERAMATA KERAWANG GAYO DI KAMPUNG BEBESEN KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH Oktaviani Oktaviani; Saniman Andi Kafri; Putri Dahlia
Educraf : Journal Of Craft Education, Craft Design And Creative Industries Vol 2, No 2 (2023): Educraft
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/educraf.v2i2.3787

Abstract

Gayo Kerawang Souvenir Crafts in Bebesen Village, Bebesen District is a cultural heritage that is still operating today which aims to maintain the culture of the typical Gayo community. Kerawang Gayo departs from symbols and as decorations that contain meaning in them. Along with the needs of human life, this Gayo Kerawang craft is growing in society according to the times. This study aims to find out how the form of Kerawang Gayo souvenirs in Bebesen Village, Bebesen District, Central Aceh Regency. The method used in this research is qualitative method. Techniques in data collection are observation, interviews and documentation. Researchers use the Dhasono Sony Kartika shape theory as a study in examining the shape of the souvenir. The products produced by souvenir craftsmen in Bebesen Village are bags, wallets, shirts, skirts, backpacks, table cloths, cushion covers, prayer rugs and others. These products are created according to market needs and tailored to the needs of consumer orders.
Pengembangan Desain Ragam Hias pada Kupiah Riman di Kabupaten Pidie Sartika Br Sembiring; Fauziana Izzati; Putri Dahlia
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 5 No. 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1870

Abstract

Propinsi Aceh kaya akan berbagai kerajinan tradisional serta masih memuat nilai-nilai sejarah. Banyak hasil kebudayaan Aceh yang tidak terlepas dari nuansa Islami, salah satu contoh dalam seni rupa adalah kupiah riman yang digunakan oleh kaum laki-laki Aceh. Sampai saat ini kerajinan kupiah riman masih diproduksi di Kabupaten Pidie. Kupiah riman memiliki ciri khas motif tradisional Aceh, seperti: motif pinto Aceh, bungong kupula, bungong jeumpa,dan lain-lain. Kekayaan alam yang terdapat di daerah Pidie dapat menjadi sumber inspirasi dalam rangka memperkenalkan daerah tersebut melalui kreativitas, salah satunya adalah melalui pengembangan desain motif pada kupiah riman yang biasanya digunakan oleh kaum laki-laki di daerah tersebut. Penelitian karya seni ini bertujuan agar masyarakat dapat mengenal ragam hias sebagai ciri khas Kabupaten Pidie yang berangkat dari hasil kekayaan alam dan kebudayaan masyarakat setempat. Penelitian ini akan menggunakan teori tata kelola desain Victor Papanek yaitu metode, kegunaan, kebutuhan, telesis, asosiasi dan estetika untuk mengembangkan desain motif kupiah riman. Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai kupiah riman. Hal ini juga berpengaruh terhadap industri kerajinan kupiah riman yang ada di Kabupaten Pidie karena diharapkan melalui penelitian ini produk kupiah riman serta hasil kekayaan alam daerah Pidie semakin dikenal melalui pengembangan motif. 
Keberadaan Industri Penyamakan Kulit Nabati Secara Tradisional di Kota Padang Panjang Putri Dahlia; Sartika Br Sembiring
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 6 No. 1 (2023): JUNI 2023
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v6i1.10672

Abstract

Padang Panjang merupakan salah satu daerah yang terkenal dengan sentra kerajinan kulit di Sumatera Barat. Bahan baku kulit tersamak bisa didapat dari sentra penyamakan kulit yang berada di Padang Panjang. Selain kulit tersamak olahan dari Unit Pelayanan Terpadu Daerah Penyamakan Kulit yang diproduksi secara kimia dan modern, di Padang Panjang juga terdapat sentra industri penyamakan tradisional yang berada di Silaing Bawah. Penyamakan kulit nabati secara tradisional membutuhkan waktu yang cukup lama dan proses penyamakan harus berurutan sehingga menghasilkan kulit tersamak yang siap dipasarkan sebagai bahan baku dalam pembuatan produk kerajinan kriya kulit. Penulisan ini bertujuan untuk mendokumentasikan secara tertulis mengenai keberadaan industri penyamakan kulit nabati tradisional di Padang Panjang serta proses penyamakan kulit nabati tradisional yang saat ini sudah jarang diproduksi perajin karena kelangkaan pohon akasia sebagai bahan baku penyamakan kulit nabati. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Terdapat Sembilan langkah yang dilakukan dalam proses penyamakan kulit nabati secara tradisional pada industri penyamakan kulit di Padang Panjang, yaitu proses penggaraman, perendaman, pengapuran, pembuangan bulu, pembuangan daging, pembuangan kapur, penyamakan menggunakan kulit pohon akasia, penjemuran, dan finishing.
TRADISI PEUSIJUK SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN DESAIN MOTIF ACEH PADA MEDIA BATIK Putri Dahlia; Fauziana Izzati; Sartika Br Sembiring
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.50782

Abstract

Peusijuk is a tradition of the Acehnese people as a form of gratitude for the achievements achieved in life, obtaining peace and tranquility. The peusijuk procession is carried out at certain moments, such as peusijuk at wedding ceremonies, ceremonies for moving to a new house, ceremonies when going abroad, when going on the pilgrimage, peusijuk keureubeuen (qurban), peusijuk for women divorced by their husbands, fights, hostility, so that it can be reconciled. In the realm of fine arts, we have never taken peusijuek as an object to make a craft work, especially batik pattern designs. The motifs applied to Acehnese batik are generally traditional Acehnese motifs. This creation aims to create Acehnese batik motif designs as a medium, based on the peusijuk tradition. The method used in this creation consisted of four steps, namely: pre-design stage (soul's journey), design (alternative sketches and selected designs), realization (application of selected pattern designs using batik media), and presentation (exhibition of works of art). This creation resulted in 5 new motifs with peusijuk pattern designs, namely Oen Sinijuek, Oen Manek Manoe, Oen naleung samboe, Sijuek, Peureutek. These five patterns have meanings in accordance with the philosophy of the Peusijuk tradition. The resulting patterns can be used as references for further research regarding creative patterns that originate from Acehnese traditions. It is hoped that the creation of these peusijuk pattern designs will have an influence on Acehnese batik craft industry, because it is hoped that through the research on this artwork, Acehnese batik products and its regional culture will become increasingly known through the creation of creative patterns.Keywords: peusijek, design, patterns, batik. AbstrakPeusijuk merupakan tradisi dalam masyarakat Aceh sebagai bentuk rasa syukur atas pencapaian yang diraih dalam kehidupan, mendapatkan ketenteraman, dan kedamaian. Prosesi peusijuk dilakukan pada momen tertentu, seperti peusijuk pada upacara perkawinan, upacara tinggal di rumah baru, upacara hendak merantau, pergi/naik haji, peusijuk keureubeuen (kurban), peusijuk perempuan diceraikan suami, perkelahian, permusuhan, sehingga didamaikan. Pada ranah seni rupa, belum pernah mengambil peusijuek sebagai objek untuk dijadikan sebuah produk kriya khusunya desain motif batik.  Motif yang diterapkan pada batik Aceh pada umumnya yaitu motif tradisional Aceh. Penciptaan ini  bertujuan untuk membuat desain motif Aceh pada media batik berdasarkan tradisi peusijuk. Metode penciptaan yang digunakan terdiri dari empat langkah, yaitu: tahap pra-perancangan (pengembaraan jiwa), perancangan (sketsa alternatif dan desain terpilih), perwujudan (penerapan desain motif terpilih menggunakan media batik), dan penyajian (pameran karya seni). Hasil penciptaan desain motif peusijuk menghasilkan 5 motif baru yaitu Oen Sinijuek, Oen Manek Manoe, Oen naleung samboe, Sijuek, Peureutek. Lima motif tersebut memiliki makna sesuai dengan filosofi dari tradisi Peusijuk.  Motif yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai motif kreasi yang berangkat dari tradisi Aceh. Penciptaan desain motif peusijuk dapat berpengaruh terhadap industri kerajinan batik yang ada di Aceh karena diharapkan melalui penelitian karya seni ini produk batik Aceh serta kebudayaan daerah Aceh semakin dikenal melalui penciptaan motif kreasi.Kata Kunci: peusijuek, desain, motif, batik. Authors:Putri Dahlia : Institut Seni Budaya Indonesia AcehFauziana Izzati : Institut Seni Budaya Indonesia AcehSartika Br Sembiring : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Aulia. (2023), œPenggunaan Motif pada Batik Aceh. Hasil Wawancara Pribadi: 15 Juli 2023, Aceh.Pasaribu, M. E., & Atmojo, W. T. (2023). Puzzle Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Motif Batik. Gorga : Jurnal Seni Rupa 12(1), 1-10.Hendriyana, H. (2018). Metodologi Penelitian Penciptaan Karya. Bandung: Sunan Ambu Press.Ismail, B. (2003). Mesjid dan Adat Meunasah sebagai Sumber Energi Budaya Aceh. Banda Aceh: Gua Hira.Purba, M. G. M. B., & Atmojo, W. T. (2023). Penciptaan Desain Produk T-Shirt Dengan Teknik Batik Tulis Bermotif Ornamen Batak Toba. Gorga : Jurnal Seni Rupa 12(1),250-257.Mittler, G., & Ragans, R. (2005). Understanding Art. Woodland Hills: Glencoe/McGraw-Hill.Noviana, N. (2018). Integritas Kearifan Lokal Budaya Masyarakat Aceh dalam Tradisi Peusijuk. Deskovi: Art and Design Journal. 1(1), 29-34.