Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Penyesuaian Dusun Jangka Panjang Ditinjau dari Resiliensi Komunitas Pasca Gempa Novianty, Anita
Jurnal Psikologi Vol 38, No 1 (2011)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.334 KB) | DOI: 10.22146/jpsi.7662

Abstract

Disasters always occur without can be predicted precisely. The need to use community's strengths are very important component in new disaster-risk reduction effort. This study aims to find out the correlation between community resilience on long-termed community coping post-earthquake of May 26, 2006. Predictor variable in this study is community resilience, andthe criterium variable is long-termed community coping. The instruments used in this study consisted of Community Coping Scale is modification of the Community Well-Being Scaledeveloped by (Prawitasari et al., 2009; Prawitasari, 2011), and Community Resilience Scale developed by Researcher. This research was held in the earthquake affected areas in Klaten.Data were collected from 60 respondents (34 males and 26 females); age ranges from15-78 years old. Reliability test with Alpha Cronbach indicates both instruments were reliable(αCCS=0.930; αCRS=0.925). This study hypothesized that there is a correlation between community resilience and long-termed community coping post-earthquake. Pearson-ProductMoment Correlation Analysis was used to analyze the data. Result shows that there is a positive correlation between community resilience and long-termed community coping post-earthquake (r = 0.571, p < 0.05).
Literasi Kesehatan Mental dan Sikap Komunitas sebagai Prediktor Pencarian Pertolongan Formal Novianty, Anita; Rochman Hadjam, M. Noor
Jurnal Psikologi Vol 44, No 1 (2017)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (519.896 KB) | DOI: 10.22146/jpsi.22988

Abstract

Abstract. Mental illness had contributed 23% of global mental health burden. The high number of mental illness prevalence had impact on social and economic burden, yet only 10% was treated by professional treatment. This study aimed to find out the significance of mental health literacy and community attitude toward mental illness toward formal help seeking. The hypothesis was mental health literacy and community attitude toward mental illness predicted formal help-seeking. The method was quantitative approach, in which data were collected by paper-pen survey. Total respondent was 168 people living in urban area. Multiple regression analysis was used to analyze the data. The result showed mental health literacy and community attitude toward mental illness significantly predicted the formal help seeking simultaneously (F=3,466; p<0,05). This study implied that people who well literate in mental health issues and having positive community attitude in their environment can affect their help seeking to professional treatment.  Abstrak. Gangguan mental berkontribusi sebesar 23% terhadap beban kesehatan mental dunia. Tingginya angka prevalensi gangguan mental berdampak pada beban sosial dan ekonomi, namun hanya 10% yang menerima penanganan profesional. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan signifikansi literasi kesehatan mental dan sikap komunitas terhadap gangguan mental terhadap pencarian pertolongan formal. Hipotesisnya adalah literasi kesehatan mental dan sikap komunitas terhadap gangguan mental memprediksi pencarian pertolongan formal. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Data dikumpulkan dengan survei kertas-pulpen. Jumlah responcen 168 orang yang tinggal di area perkotaan. Analisis regresi ganda digunakan untuk analisa data. Hasil menunjukkan literasi kesehatan mental dan sikap komunitas terhadap gangguan mental secara bersama-sama signifikan memprediksi pencarian pertolongan formal (F=3,466; p<0,05). Implikasi dari penelitian ini bahwa orang yang memiliki literasi kesehatan mental yang tinggi dan sikap komunitas yang positif memengaruhi pencarian pertolongan ke penanganan profesional.Kata kunci: literasi kesehatan mental, pencarian pertolongan formal, sikap komunitas
Ketidakpuasan tubuh dan internalisasi media pada remaja Paramita Hartati; Anita Novianty
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 9 No. 1 (2021): January
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.559 KB) | DOI: 10.22219/jipt.v9i1.12444

Abstract

Objektif: Pesan yang disampaikan oleh media mengenai bentuk tubuh kurus dan atletis yang dianggap sebagai tubuh ideal dan dijadikan sebagai prinsip penampilan dapat meningkatkan ketidakpuasan terhadap tubuh pada remaja. Ketidakpuasan tubuh merupakan perasaan dan pikiran negatif seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya yang banyak dialami oleh remaja perempuan serta berdampak negatif (kecemasan dan depresi). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ketidakpuasan tubuh dengan pesan yang disampaikan oleh media pada remaja.Metode: Merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan Body Dissatisfaction Scale dan Sociocultural Attitudes Towards Appearance Scale-3 sebagai instrumen alat ukur. Partisipan penelitian merupakan kelompok remaja dengan jumlah partisipan 188 orang (43 laki-laki, 145 perempuan) dengan rentang usia 18-24 tahun.Temuan: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara ketidakpuasan tubuh dengan internalisasi media.Kesimpulan: Dapat menjadi acuan dalam membentuk program prevensi terhadap ketidakpuasan tubuh dengan merefleksikan diri dan membuka sudut pandang baru mengenai hal positif yang dimiliki oleh orang dengan berbagai bentuk tubuh, serta menyediakan konten, iklan dan sampul produk yang memberikan makna positif terhadap berbagai bentuk tubuh.
Penyesuaian Dusun Jangka Panjang Ditinjau dari Resiliensi Komunitas Pasca Gempa Anita Novianty
Jurnal Psikologi Vol 38, No 1 (2011)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.334 KB) | DOI: 10.22146/jpsi.7662

Abstract

Disasters always occur without can be predicted precisely. The need to use community's strengths are very important component in new disaster-risk reduction effort. This study aims to find out the correlation between community resilience on long-termed community coping post-earthquake of May 26, 2006. Predictor variable in this study is community resilience, andthe criterium variable is long-termed community coping. The instruments used in this study consisted of Community Coping Scale is modification of the Community Well-Being Scaledeveloped by (Prawitasari et al., 2009; Prawitasari, 2011), and Community Resilience Scale developed by Researcher. This research was held in the earthquake affected areas in Klaten.Data were collected from 60 respondents (34 males and 26 females); age ranges from15-78 years old. Reliability test with Alpha Cronbach indicates both instruments were reliable(αCCS=0.930; αCRS=0.925). This study hypothesized that there is a correlation between community resilience and long-termed community coping post-earthquake. Pearson-ProductMoment Correlation Analysis was used to analyze the data. Result shows that there is a positive correlation between community resilience and long-termed community coping post-earthquake (r = 0.571, p < 0.05).
The Relationship between Environmental Belief and Pro-Environmental Behavior of Emerging Adults Maybelline Friska; Anita Novianty
Jurnal Diversita Vol. 9 No. 1 (2023): JURNAL DIVERSITA JUNI
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/diversita.v9i1.6990

Abstract

Masalah lingkungan hidup yang sedang dihadapi manusia secara global memberikan dampak buruk terhadap kesejahteraan alam, hewan dan manusia. Perilaku masyarakat terhadap lingkungan merupakan salah satu penyebab masalah lingkungan hidup saat ini, dan masalah lingkungan dapat dikurangi melalui meningkatnya perilaku pro-lingkungan. Keyakinan lingkungan atau cara pandang manusia terhadap lingkungan dapat menjadi salah satu faktor yang menjadi determinan perilaku pro-lingkungan. Usia dewasa awal adalah masa perkembangan di mana individu membentuk cara pandang mengenai dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan keyakinan lingkungan dengan perilaku pro-lingkungan pada dewasa awal. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara keyakinan lingkungan dengan perilaku pro-lingkungan dewasa awal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan survei dalam bentuk kuesioner untuk mengumpulkan data secara daring menggunakan kuesioner. Kuesioner mencakup dua alat ukur, yaitu skala New Ecological Paradigm (NEP) untuk mengukur keyakinan lingkungan dan skala General Ecological Behavior (GEB) untuk mengukur perilaku pro-lingkungan. Partisipan penelitian ini adalah warga negara Indonesia berusia 18 sampai 25 tahun berjumlah 380. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keyakinan lingkungan dengan perilaku pro-lingkungan dewasa awal. Temuan penelitian ini dapat membantu memahami peran kaum muda yaitu dewasa awal dalam mempromosikan perilaku pro-lingkungan.
IMPLEMENTASI MODUL LITERASI DASAR KESEHATAN MENTAL REMAJA MELALUI PENELITIAN TINDAKAN Kathleen Rachel; Anita Novianty
Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin Vol 7 No 1 (2023): Oktober
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/jpm.v7i1.3726

Abstract

Gangguan mental masih menjadi masalah serius di Indonesia, terutama pada kelompok usia remaja. Hingga saat ini, terjadi peningkatan masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, trauma, dan bunuh diri. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk melihat perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah tindakan dari pemberian modul literasi dasar kesehatan mental. Komponen modul yang diimplementasikan terdiri dari identifikasi stres, persepsi emosi, pengenalan isu kesehatan mental, diagram kesehatan mental, diagnosis gangguan mental, dan konsep literasi kesehatan mental. Partisipan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah siswa/I SMP (n=12) dan SMA (n=281) Swasta di DKI Jakarta. Desain pengabdian masyarakat ini didasari dengan penelitian tindakan berbasis partisipasi. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. Ditemukan penyebab stres terbesar pada partisipan berupa tuntutan akademik sebesar 58.36%, pelabelan stres berupa perasaan yang negatif sebesar 23.39%, serta ketepatan penggunaan idiom situasi kesehatan mental sebesar 36.13%. Data dari penelitian ini menunjukan adanya masalah dalam manajemen tanggung jawab akademik partisipan, sebagaimana tuntutan akademik merupakan sumber stres terbesar pada partisipan. Kecilnya persentase pemahaman partisipan terhadap modul literasi kesehatan mental menjadi evaluasi untuk memperdalam teknik implementasi yang relevan terhadap partisipan. Walaupun adanya kekurangan dalam memberikan label situasi kesehatan mental yang abnormal, partisipan mampu menunjukan kemampuan untuk mengidentifikasi situasi abnormal yang dialami pada kehidupan sehari-hari.
Intensi Pencarian Pertolongan Formal Ditinjau dari Stigma Publik Gangguan Mental pada Perempuan Perkotaan Saraswati, Stella Ayu; Novianty, Anita
Psychopolytan : Jurnal Psikologi Vol 7 No 1 (2023): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/psi.v7i1.3715

Abstract

Secara global prevalensi gangguan mental terus meningkat dan menariknya banyak dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Sedang, penanganan profesional untuk masalah gangguan mental seringkali mendapatkan hambatan yang serius dan menjadi ancaman terhadap harga diri individu karena stigma di masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara stigma publik gangguan mental dengan intensi pencarian pertolongan formal pada perempuan perkotaan. Pengambilan sampel partisipan ini menggunakan teknik convenience sampling. Partisipan ini berjumlah 143 perempuan perkotaan, berusia 17-24 tahun, berpendidikan terakhir SMA/SMK dan Sarjana. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah survei online dengan menggunakan dua instrumen yaitu Spanish Version of the Link's Perceived Devaluation and Discrimination Scale dan Skala Intensi Pencarian Pertolongan Formal. Uji korelasi non-parametrik dan uji beda digunakan untuk analisis data.Penelitian ini menemukan korelasi negatif yang signifikan antara stigma publik terkait gangguan mental dengan intensi pencarian pertolongan formal pada perempuan perkotaan (r = -0,208, p = 0,013). Sebagian besar perempuan perkotaan dalam penelitian ini mempunyai stigma publik gangguan mental yang tinggi terhadap pendaftar kerja yang memiliki pengalaman gangguan mental. Implikasi penelitian ini diperuntukkan bagi perusahaan atau layanan sosial untuk mempromosikan layanan dan kegiatan mengenai peduli kesehatan mental dalam konteks ketenagakerjaan.
Motivasi Mengatur Perilaku Makan dan Kecenderungan Gangguan Makan pada Remaja yang Diet Maranatha, Oktavia Kristantia; Novianty, Anita
JURNAL PSIKOLOGI INSIGHT Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/insight.v6i2.64749

Abstract

Abstract Diet is an effort to lose weight that is mostly done by adolescents for various reasons. However, certain reasons can make adolescents regulate their eating behavior excessively, in which leads to the tendency of eating disorders. The purpose of this study was to find out the relationship between motivation to regulate eating behavior with the tendency of eating disorders in adolescents who go on a diet. This study hypothesized that non-self-determined motivation would be positively associated with the tendency of eating disorders and the opposite result for self-determined motivation. Participants were 47 adolescent dieters (11 men, 36 women) with a range of 12-22 years old. Participants completed the online questionnaire. The results showed there was no significant relationship between motivation to regulate eating behavior with the tendency of eating disorders. However, there was a significant relationship between introjected and identified regulation with the tendency of eating disorders. Keywords: diet, eating disorders, motivation, eating behavior, adolescentsAbstrak Diet merupakan usaha menurunkan berat badan yang banyak dilakukan oleh remaja dengan berbagai alasan. Akan tetapi, alasan diet tertentu dapat membuat remaja mengatur perilaku makannya secara berlebihan, sehingga mengarah menjadi kecenderungan gangguan makan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara motivasi mengatur perilaku makan dengan kecenderungan gangguan makan pada remaja yang melakukan diet. Hipotesis pada penelitian ini terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi yang tidak ditentukan sendiri dengan kecenderungan gangguan makan, dan hasil sebaliknya pada motivasi yang ditentukan sendiri. Penelitian ini menggunakan kuesioner online kepada 47 remaja (11 laki-laki, 36 perempuan), dengan kisaran usia 12-22 tahun yang sedang diet. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi mengatur perilaku makan yang ditentukan sendiri dan tidak ditentukan sendiri dengan kecenderungan gangguan makan. Akan tetapi, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara bentuk pengaturan terintrojeksi dan teridentifikasi dengan kecenderungan gangguan makan.Kata kunci: diet, gangguan makan, motivasi, perilaku makan, remaja 
Hubungan antara Ketidakpuasan Bentuk Tubuh dengan Objektifikasi Diri pada Remaja Pengguna Instagram Candra, Irene Aprillia; Novianty, Anita
Jurnal Sains Psikologi Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um023v11i12022p34-49

Abstract

Ketidakpuasan bentuk tubuh adalah penilaian negatif individu terhadap bentuk tubuhnya dikarenakan adanya kesenjangan antara tubuh sebenarnya dan ideal individu. Salah satu alasan terjadinya ketidakpuasan bentuk tubuh individu adalah karena objektifikasi diri, yaitu ketika individu melihat dirinya sebagai objek yang diperhatikan. Hipotesis penelitian, yaitu terdapat hubungan antara setiap dimensi objektifikasi diri dengan ketidakpuasan bentuk tubuh pada remaja pengguna Instagram. Penelitian ini melibatkan 312 orang remaja pengguna Instagram berusia 18–24 tahun dan mengikuti konten selebriti, olahraga, atau juga model. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan kuesioner daring berisi skala Objectified Body Consciousness (OBCS) untuk mengukur objektifikasi diri dan skala Body Dissatisfaction Scale (BDS) untuk mengukur ketidakpuasan bentuk tubuh. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi metode koefisien korelasi Spearman. Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan positif antara objektifikasi diri dimensi pengawasan tubuh serta dimensi internalisasi pandangan budaya dan rasa malu terhadap tubuh dengan ketidakpuasan bentuk tubuh, sedangkan tidak ditemukan hubungan antara objektifikasi diri dimensi keyakinan untuk mengontrol penampilan dengan ketidakpuasan bentuk tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa semakin individu memperhatikan tubuhnya secara konstan, maka semakin individu tidak puas dengan tubuhnya dan semakin individu menginternalisasi pandangan mengenai standar ideal yang ada dan merasa malu terhadap tubuhnya, maka semakin individu tidak puas dengan tubuhnya.
Hubungan Kecanduan Internet dengan Prestasi Belajar Siswa-siswi SMP X Tyas Karina; Anita Novianty
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi Vol 4 No 2 (2018): 2018
Publisher : Psikologi UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jippuhamka.v4i2.9246

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecanduan internet dengan prestasi belajar siswa-siswi SMP X. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VI dan VII berjumlah 252 orang (120 laki-laki, 132 perempuan, dengan rentan usia 12-14 tahun). Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan Skala Kecanduan Internet dari Kuss dkk (2014) dengan reliabilitas 0,7 untuk mengukur kecanduan internet dan nilai rapor untuk mengukur prestasi belajar. Data dianalisis menggunakan Product Moment Correlation. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kecanduan internet dengan prestasi belajar pada siswa siswi SMP X (r = -0,096, p = 0,129). Hasil uji korelasi dari per-mata pelajaran dengan kecanduan internet menununjukkan adanya hubungan negatif pada mata pelajaran Agama & Budi Pekerti (r = -0,144, p= 0,022) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (r = -0,154, p = 0,014), sedangkan mata pelajaran lain tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kecanduan internet. Abstract. This research aimed to determine the relationship between internet addiction and learning achievements of junior high school students. The participants in this study were 252 students at grade VI and VII, consisted of 120 males, 132 females, aged 12-14 years old. Data collection used the Internet Addiction Scale by Kuss et al (2014) ( = 0,7) to measure internet addiction and school academic report to measure learning achievement. Data were analyzed using Product Moment Correlation. The results showed relationship between internet addiction and learning achievement was not significant (r = -0,096, p = 0,129). On the other hand, there was significant relationship between internet addiction towards some material subjects such as Religion & Character Subject (r= -0,144; p= 0,022) and Social Sciences Subject (r= -0.154; p= 0.014).