Ismail, Ismail
Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Kemampuan Guru-guru Matematika SMP Kabupaten Ponorogo dalam mengembangkan soal Berpikir Tingkat Tinggi Endah Budi Rahaju; Dini Kinati Fardah; Pradyo Wijayanti; Ismail Ismail
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.351 KB) | DOI: 10.33369/jpmr.v5i1.10640

Abstract

The Creativity Skills of Auditory, Visual, and Kinesthetic Learners in Solving Cube and Cuboid Problems Zakiatus Qurrotul A'yun; Dwi Juniati; Ismail Ismail
Jurnal Riset Pendidikan dan Inovasi Pembelajaran Matematika (JRPIPM) Vol. 4 No. 2 (2021): JRPIPM APRIL 2021 VOLUME 4 NOMOR 2
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jrpipm.v4n2.p146-159

Abstract

study aims to describe the creativity skills of Junior High School students in solving cube and cuboid problems based on student learning styles. The research instruments used were creativity skills tests, a learning style questionnaire, and interviews. As many as three seventh graders who have different learning styles: visual, auditory, and kinesthetic, working on a cuboid/cube problem. Their performances on such a problem were then assessed regarding fluency, flexibility, and novelty. The results showed that the visual learner produced two different solutions with two different methods/strategies and completed his solution by providing a lot of illustrations/representations although they could not be categorized as novelty solutions. Meanwhile, the auditory learner provided two different solutions with two different methods/strategies. More particularly, he determined the appropriate size and found a suitable size by using a three-variable linear equation for the cube and cuboid problem although he produced some mistakes and uncompleted on the work procedures. Lastly, the kinesthetic learner provided two different solutions with one method/strategy, such as by directly determining the various correct sizes for the problem-solution although the answers could not be categorized novelty for creativity skill. Further studies are suggested to involve more participants to get a wider insight on the students creativity for different learning styles.
Pengaruh Self-Regulated Learning terhadap Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Siswa Maura Noverienda Armelia; Ismail Ismail
Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika Vol 5 No 2 (2021): Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika: Volume 5 Nomor 2, In press
Publisher : Mathematics Education Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cendekia.v5i2.687

Abstract

Kemampuan berpikir reflektif merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Namun, Indoneisa termasuk mempunyai kemampuan berpikir reflektif kategori rendah. Dalam meneaikan berpikir reflektif dapat menggunaka strategi pembelajaran self-regulated learning. Tujuan penelitian ini menganlisis adanya pengaruh strategi self-regulated learning terhadap kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Surabaya. Quasi eksperimen merupakan metode yang digunakan. Design yang digunakan yaitu randomized control group posttest only. Yang digunakan sebagai sampel yaitu IX-I dan IX-J. Untuk menentukan sampel yaitu menggunakan cluster random sampling yang terdiri atas kelas eksperimen dan kontrol. Yang dilakukan untuk pengambilan data yaitu melakukan tes mengenai berpikir reflektif setelah pemberian perlakukan yang disesuaikan dengan strategi yang digunakan. Hasil dari penelitian ini adalah adanya pengaruh dari strategi self-regulated learning terhadap kemampuan berpikir reflektif matematis siswa. Dapat dilihat dari uji hipotesis yang memperlihatkan p-value ≤ α (0,05) yang artinya kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi self-regulated learning lebih tinggi apabila dibandingkan kelas control yang menggunakan strategi ekspositori.
Middle School Student Statistical Literacy Based on Adversity Quotient Vicky Firdausi Nuzula; Ismail Ismail
Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika Vol 5 No 2 (2021): Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika: Volume 5 Nomor 2, In press
Publisher : Mathematics Education Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cendekia.v5i2.718

Abstract

Literasi statistik dibutuhkan dalam membaca, menginterpretasi, menyimpulkan serta mengomunikasikan data. Salah satu faktor yang mempengaruhi literasi statistik yaitu Adversity Quotient (AQ) dalam penentuan sikap ketika dihadapkan kesulitan terkait soal literasi statistik. Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan tujuan mendeskripsikan literasi statistik siswa SMP ditinjau dari Adversity Quotient. Subjek terdiri dari 3 siswa yang diambil berdasarkan hasil Adversity Response Profile dengan kategori 1 subjek tipe climber, camper, dan quitter. Kemudian subjek diberi tes soal literasi statistik dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: subjek tipe climber, camper, dan quitter belum mampu menyajikan data dalam bentuk diagram yang sesuai dan membuat kritik dari data. Subjek tipe climber mampu memberikan alasan dengan perhitungan matematis dan menerapkan konsep statistika yang sesuai, sehingga berada di level critical; Subjek tipe camper mampu mengidentifikasi terminologi statistika, namun belum menerapkannya, sehingga berada di level inconsistent; subjek tipe quitter hanya menggunakan imajinasi dan memberikan alasan non-statistik, sehingga berada di level informal.
Perancangan Pembelajaran Pengajuan dan Pemecahan Masalah Matematika Bagi Guru SMP Kabupaten Magetan Tatag Yuli Eko Siswono; Endah Budi Rahaju; Ismail Ismail; Sugi Hartono; Nanda Ayu Indarasati
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 4 (2022): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/aks.v6i4.6619

Abstract

Pengajuan dan pemecahan masalah merupakan pemicu keterampilan berpikir kritis maupun berpikir kreatif yang sesuai dengan tujuan kurikulum saat ini.  Kedua konsep tersebut perlu diimplementasikan dalam pembelajaran, sehingga para guru perlu dibekali keterampilan merancang pembelajaran tersebut sekaligus memahami konsep masalah, pemecahan dan pengajuan masalah. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan program pelatihan guru untuk memantapkan pemahaman guru tentang pemahaman konten dan desain pembelajaran berbasis pengajuan dan pemecahan masalah matematika. Guru yang terlibat adalah 22 guru SMP yang ditugaskan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan. Metode pelaksanaan terdiri dari tahap persiapan dengan melakukan koordinasi dengan mitra dan tim pelatih untuk merancang instrumen dan materi pelatihan. Tahap pelaksanaan terdiri dari kegiatan tatap muka dan kegiatan mandiri dengan diawali pemberian angket untuk analisis awal (pra-tes), pemberian materi pelatihan, praktik penyusunan soal, presentasi, dan kegiatan mandiri merancang perangkat pembelajaran.  Tahap selanjutnya evaluasi dan tindak lanjut dilakukan dengan pemberian angket akhir pelatihan (pasca-tes) dan angket refleksi kegiatan. Hasil pelatihan menunjukkan 81,8% guru mampu memahami konsep dan mendesain pembelajaran berbasis pengajuan dan pemecahan masalah. Hasil evaluasi kegiatan guru menunjukkan 95,45% guru cenderung mengatakan baik dan menyarankan kegiatan perlu ditindaklanjuti.
Profil Berpikir Relasional Siswa SMA dalam Menyelesaikan Masalah SPLTV Ditinjau dari Self Efficacy Nia Nur Fauziyah; Ismail Ismail
MATHEdunesa Vol 11 No 3 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 3 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.619 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p699-709

Abstract

Aktivitas mental seseorang di mana ia harus dapat mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan informasi baru yang diberikan untuk menyelesaiakan suatu masalah matematika disebut sebagai berpikir relasional yang dapat dipengaruhi oleh keyakinan diri seseorang (self efficacy). Mendeskripsikan profil berpikir relasional siswa SMA dalam menyelesaikan masalah SPLTV ditinjau dari self efficacy merupakan tujuan penelitian ini, serta masing-masing satu siswa self efficacy tinggi dan self efficacy rendah sebagai subjek penelitian. Deskriptif kualitatif adalah jenis penelitian ini, serta instrumen penelitiannya yaitu angket self efficacy, tes penyelesaian masalah SPLTV, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa SMA dengan self efficacy tinggi telah melaksanakan aktivitas berpikir relasional dalam menyelesaikan masalah SPLTV dengan mengidentifikasi pernyataan yang diketahui dan pertanyaan yang ditanyakan dalam permasalahan, kemudian menghubungkannya dengan pengetahuan yang dimilikinya pada tahap memahami masalah, siswa dapat mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan informasi yang diperolehnya dari permasalahan pada tahap membuat rencana dan melaksanakan rencana penyelesaian. siswa dapat membangun keterkaitan antara hasil jawaban dengan informasi pada permasalahan pada tahap memeriksa kembali. Sedangkan siswa SMA dengan self efficacy rendah telah melaksanakan aktivitas berpikir relasional pada tahap memahami masalah dengan menentukan pernyataan yang diketahui dan pertanyaan yang ditanyakan dalam permasalahan dan membentuk relasi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan informasi yang diperolehnya dari permasalahan, pada tahap membuat rencana dan melaksanakan rencana penyelesaian siswa dapat menghubungkan informasi dalam permasalahan dengan pengetahuan yang dimilikinya, pada tahap memeriksa kembali siswa belum dapat menghubungkan hasil penyelesaian yang diperoleh dengan informasi yang terdapat pada permaasalahan. Oleh karena itu, diharapkan guru dapat memberikan soal nonrutin dengan gabungan antar konsep matematika sehingga dapat melatih berpikir relasional dan kemampuan penyelesaian masalah siswa. Kata Kunci: Berpikir Relasional, Penyelesaian Masalah, Self Efficacy
Profil Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal AKM Numerasi Ditinjau dari Gaya Kognitif Visualizer dan Verbalizer Fajar Wahyu Hidayat; Ismail Ismail
MATHEdunesa Vol 11 No 3 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 3 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (644.44 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p684-698

Abstract

Pada saat ini dunia pendidikan telah memasuki era abad ke-21, dimana semua kemampuan yang akan dimiliki siswa semuanya berorientasi pada kemampuan yang bernama “The Four C’s” atau 4C, kemampuan tersebut yaitu critical thinking, creativity, communication, dan collaboration. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana gambaran berpikir kritis siswa yang memiliki gaya kognitif visualizer dan gaya kognitif verbalizer dalam menyelesaikan soal AKM Numerasi. Penelitian ini mengambil dua orang subjek yang memiliki jenis kelamin yang sama, tingkat kemampuan matematika yang setara, dan gaya kognitif yang berbeda. Data berpikir kritis dan data hasil wawancara masing-masing dikumpulkan menggunakan tes tulis dan wawancara. Dari ini peneliti ini menghasilkan bahwa siswa visualizer mampu memenuhi semua kategori berpikir kritis dalam menyelesaikan soal AKM Numerasi, yaitu kategori klarifikasi, asesmen, inferensi, dan strategi, sedangkan siswa verbalizer hanya mampu memenuhi beberapa kategori berpikir kritis saja, yaitu kategori asesmen dan inferensi.
Profil Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking Skills Ditinjau dari Tingkat Kecemasan Matematika Siti Makrufah; Ismail Ismail
MATHEdunesa Vol 11 No 3 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 3 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (942.043 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p868-883

Abstract

Berpikir kritis adalah aktivitas mental individu untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dengan mempertimbangkan, mengevaluasi, dan menghubungkan informasi dengan fakta atau informasi lain dari berbagai sumber untuk tujuan membuat keputusan yang rasional. Ada beberapa faktor yang memengaruhi proses berpikir kritis matematis seseorang, salah satunya adalah adanya perbedaan kecemasan matematika. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan profil berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal High Order thinking Skills (HOTS) ditinjau dari tingkat kecemasan matematika. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini dari 2 siswa kelas VIII dengan tingkat kemampuan matematika dan jenis kelamin sama antara lain siswa dengan kecemasan matematika rendah dan siswa dengan kecemasan matematika tinggi. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan tes kemampuan matematika, angket kecemasan matematika (AKM), tes pemecahan masalah (TPM), dan wawancara. Selanjutnya data pemecahan masalah yang diperoleh dianalis menggunakan kriteria berpikir kritis menurut Enis yang disingkat dengan FRISCO yaitu Focus (Fokus), Reason (Alasan), Inference (Kesimpulan), Situation (Situasi), Clarity (Kejelasan), dan Overview (Meninjau Kembali). Pada hasil penelitian didapat bahwa siswa yang berkecemasan matematika rendah menunjukkan semua kriteria berpikir kritis Fokus, Reason, Inference, Situation, Clarity, Overview dalam menyelesaikan soal HOTS level menganalisis(C4), level mengevaluasi (C5), sekaligus level mencipta(C6). Namun siswa berkecemasan matematika tinggi menjukkan semua kriteria berpikir kritis Fokus, Reason, Inference, Situation, Clarity, Overview dalam menyelesaikan soal HOTS level menganalisis(C4), menunjukkan kriteria berpikir kritis kritis Focus, Reason, Overview dalam menyelesaikan soal HOTS level mengevaluasi (C5), dan menunjukkan kriteria berpikir kritis kritis Reason saja dalam menyelesaikan soal HOTS level mencipta (C6). Hal ini menunjukkan bahwa siswa berkecemasan matematika rendah memiliki proses berpikir kritis lebih baik dibandingkan siswa berkecemasan matematka tinggi. Kata Kunci : Berpikir Kritis, High Order thinking Skills, Kecemasan Matematika
Kemampuan Numerasi Siswa MA dalam Menyelesaikan Soal Setara Asesmen Kompetensi Minimum pada Konten Aljabar Afifa Nur Arofa; Ismail Ismail
MATHEdunesa Vol 11 No 3 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 3 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1111.29 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p779-793

Abstract

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan sebuah penilaian kompetensi mendasar seperti literasi membaca dan numerasi siswa yang diperlukan dalam kehidupan. Pada penelitian ini akan dibahas tentang kemampuan numerasi yang memuat tiga konteks dan tiga proses kognitif pada konten aljabar. Penelitian dengan pendekatan kualitatif deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan numerasi siswa dalam menyelesaikan soal yang setara dengan AKM. Subjek penelitian ini yaitu 36 siswa Madrasah Aliyah 1 Pasuruan kelas XI MIA-1 tahun ajaran 2021/2022. Subjek diberikan tes berupa soal setara AKM yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan numerasi yang kemudian diambil sebanyak 3 siswa untuk dilaksanakannya wawancara. Berdasarkan hasil dan wawancara, siswa kemampuan numerasi rendah dapat menentukan prosedur dan fakta dan dapat menyelesaikan permasalahan aljabar yang bersifat rutin dalam konteks personal. Dalam konteks sosial budaya dapat menyebutkan konsep aljabar yang digunakan dan pada konteks saintifik dapat menyebutkan fakta. Siswa kemampuan numerasi sedang dapat memahami fakta dan prosedur pada konteks personal, menyebutkan konsep pada konteks sosial budaya dan dapat meyebutkan fakta pada konteks saintifik, dapat menyelesaikan permasalahan aljabar yang bersifat rutin dalam konteks personal dan sosial budaya serta menyelesaikan masalah aljabar yang bersifat tidak rutin dalam konteks personal. Siswa kemampuan numerasi tinggi dapat menentukan prosedur dan fakta dalam konteks personal, dapat menentukan konsep pada konteks sosial budaya dan dapat menentukan fakta pada konteks saintifik. Dalam masalah yang bersifat rutin, dapat menyelesaikan masalah aljabar dari ketiga konteks sedangkan dalam masalah aljabar yang tidak rutin, siswa dapat menyelesaikan pada konteks personal dan saintifik. Oleh karena itu untuk meningkatkan kesiapan siswa dalam menghadapi AKM disarankan dalam kegiatan belajar mengajar guru memberikan banyak latihan soal yang setara AKM dengan konten aljabar.
Profil Berpikir Kritis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah SPLDV Ditinjau dari Gaya Belajar Ni'amatul Aulia Nur Fitri; Ismail Ismail
MATHEdunesa Vol 11 No 3 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 3 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.513 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p948-957

Abstract

Berpikir kritis merupakan proses berpikir seseorang dalam mengolah informasi yang diperoleh hingga mendapatkan simpulan yang valid. Untuk mengidentifikasi proses berpikir kritis siswa salah satunya bisa dengan kegiatan pemecahan masalah. Salah satu faktor yang memberi pengaruh terhadap berpikir kritis ialah gaya belajar yang digunakan oleh siswa. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan profil berpikir kritis siswa SMP dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan linear dua variabel yang ditinjau dari gaya belajar kinestik, auditorial, dan visual. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga siswa yang mempunyai gaya belajar yang berbeda, memiliki jenis kelamin yang sama dan kemampuan matematika yang setara. Penelitian ini juga menggunakan pedoman wawancara, tes berpikir kritis, dan angket gaya belajar sebagai instrumen penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik pada proses pengenalan, siswa menentukan pokok permasalahan dengan tepat. Pada proses analisis, siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik menentukan strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dan membuat kesimpulan. Pada proses evaluasi, siswa dengan gaya belajar visual, audirorial, dan kinestetik mengecek kembali perhitungan dan langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan masalah. Pada proses memikirkan alternatif penyelesaian, siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik memikirkan alternatif penyelesaian lain dalam memecahkan permasalahan. Sedangkan siswa dengan gaya belajar auditorial tidak memikirkan alternatif penyelesaian lain.