Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH KOLABORATIF SISWA SMP YANG BERBEDA ADVERSITY QUOTIENT PADA MATERI SEGIEMPAT Erfi Hannania; Tatag Yuli Eka Siswono; Endah Budi Rahaju
JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif) Vol 5, No 2 (2022): JPMI
Publisher : IKIP Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22460/jpmi.v5i2.10353

Abstract

This study aims to describe the collaborative problem solving skills of students SMP with category quitter, camper, dan climber on quadrilateral. Three subjek were selected through adversity response profile questionnaire. The instruments used are problem solving test, observation sheet and interview. The results showed that collaborative problem solving skills at the stage of exploring and understanding the problem, quitter student abilities needed assistance from camper dan quitter students to understand the problems in the problem solving test so that information transfer occurred between group friends. After getting help, at the stage of representing and formulating quitter students can identify and describe problem solving tests in their own language, while camper and climber students do not experience problems in representing and formulating the tests given. At the stage of planning and implementing the camper and climber students communicate about the plans and actions that are being or will be taken. However, quitter students do not communicate about plans and actions that are being or will be taken. At the monitoring and evaluating stage, quitter, camper and climber students monitor the results of their actions and evaluate each other's solutions that have been obtained. At this stage, camper students produce different solutions, and climber students correct these solutions.
BERPIKIR RELASIONAL: PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN GAYA BELAJAR SISWA Malikatun Ngilman Nafiah; Siti Maghfirotun Amin; Endah Budi Rahaju
Jurnal Education and Development Vol 10 No 1 (2022): Vol.10. No.1 2022
Publisher : Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.551 KB)

Abstract

Berpikir relasional adalah aktivitas mental yang ditandai dengan membangun keterkaitan antara unsur-unsur informasi yang diberikan dan konsep matematika yang dimiliki sebelumnya untuk memecahkan masalah matematika. Menurut Patkin & Plaksin terdapat tiga karakteristik berpikir relasional, yaitu: generating insights (interpretations) atau membangun pemahaman (penafsiran), asking questions and presenting hypotheses atau mengajukan pertanyaan dan merumuskan hipotesis, dan generalization through an inductive process atau generalisasi melalui proses induktif. Pada saat melakukan proses berpikir relasional dalam memecahkan masalah geometri, setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam memroses informasi yang diberikan. Cara yang dilakukan siswa dalam menyerap, mengolah, dan mengatur informasi disebut gaya belajar. Gaya belajar berdasarkan pada modalitas sensori terdiri dari tiga, yaitu: visual, auditori, dan kinestetik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatitf dengan penjelasan secara deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan profil berpikir relasional siswa bergaya belajar visual, auditori, dan kinestetik dalam memecahkan masalah geometri. Pemilihan subjek penelitian diawali dengan memberikan angket gaya belajar dan tes pemecahan masalah geometri (TPMG). Subjek penelitian yang dipilih adalah 3 siswa yang memiliki gaya belajar berbeda, kemampuan matematika setara, dan jenis kelamin sama yaitu perempuan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan TPMG serta wawancara berbasis tugas kepada masing-masing subjek. Data penelitian yang dihasikan berupa hasil penyelesaian TPMG dan hasil wawancara. Berdasarkan hasil penelitian, pada karakteristik generalization through an inductive process atau generalisasi melalui proses induktif, subjek visual, auditori, dan kinestetik memiliki persamaan. Semua subjek dapat membuat suatu generalisasi melalui proses induksi yang ditunjukkan dengan membuat kesimpulan mengenai hubungan antara diameter lingkaran dengan panjang selimut tabung dengan menggunakan bahasa mereka masing-masing. Pada karakteristik generating insights (interpretations) atau membangun pemahaman (penafsiran), subjek visual menghasilkan pemahaman dengan menggabungkan analisis analitik dan visualisasi. Pemahaman yang dihasilkan pada TPMG adalah mengenai pengeluaran terendah untuk membeli kertas karton. Pemahaman tersebut diperoleh dari analisis analitik yaitu penghitungan/kalkulasi panjang selimut tabung melalui keliling lingkaran dan visualisasi yaitu menggambarkan sketsa ukuran kertas yang diperlukan pada kertas millimeter block dengan skala tertentu. Sedangkan subjek auditori dan subjek kinestetik, analisis analitik yang dilakukan meliputi menghitung keliling lingkaran, luas alas (lingkaran), dan luas selimut tabung. Selain itu, subjek auditori dan subjek kinestetik tidak menggambarkan sketsa ukuran kertas yang diperlukan pada kertas millimeter block. Pada karakteristik asking questions and presenting hypotheses atau mengajukan pertanyaan dan merumuskan hipotesis, perbedaan terjadi pada merumuskan hipotesis. Subjek auditori dan subjek kinestetik menyebutkan bahwa untuk menyelesaikan TPMG memerlukan total luas alas dan luas selimut tabung, berbeda dengan subjek visual yang menyebutkan bahwa untuk menyelesaikan TPMG cukup dengan menentukan panjang dan lebar lingkaran yang dapat diperoleh dari diameternya dan panjang dan lebar selimut tabung yang dapat diperoleh dari tinggi tabung dan keliling lingkaran.
Perancangan Tugas Pemecahan Masalah tentang Covid-19 untuk Guru Matematika SMP Tatag Yuli Siswono; Endah Budi Rahaju; Pradnyo Wijayanti; Sugi Hartono
CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2021): April
Publisher : Ilin Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31960/caradde.v3i3.702

Abstract

Abstrak: Kegiatan pelatihan ini bertujuan memberikan bekal kemampuan guru dalam membuat tugas pemecahan masalah dengan konteks Covid-19 dan penilaiannya, serta implementasinya dengan pembelajaran daring dengan bantuan aplikasi GoogleClassroom. Kegiatan diikuti 31 guru Matematika SMP Kabupaten Sidoarjo meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut kegiatan. Kegiatan diawali dengan pemberian uji awal berupa pertanyaan terbuka untuk identifikasi awal peserta, dan uji pasca pelatihan, serta angket refleksi kegiatan. Analisis dilakukan secara deskriptif menunjukkan bahwa diakhir kegiatan peserta memiliki kemampuan dalam memahami masalah, tugas pemecahan masalah, penilaian pemecahan masalah, dan tugas membuat tugas pemecahan masalah konteks Covid-19, serta mengimplemntasikan dalam pembelajaran daring melalui GoogleClassroom. Pendapat peserta secara umum bermanfaat dan dapat dilanjutkan pada tahun berikutnya. Abstract. This training activity aims to provide teachers with the ability to make assignments of mathematical problems solving in the context of Covid-19 and its assessments, and to implement them in on-line learning with the Google Classroom application. The activity was attended by 31 Junior High School Mathematics teachers in Sidoarjo Regency including three stages, namely preparation, implementation, evaluation and follow-up of activities. The activity begins with presenting a pre-test in the form of open-ended questions to answer participants' initial, and post-training tests, as well as activity reflections. The analysis was carried out descriptively showing that at the end of the activity the participants had the ability to understand mathematical problem, tasks of problem solving, assessment of mathematical problem solving in the context of Covid-19, as well as implementing learning through Google Classroom. General opinion of participants point out that this activities are useful and could be continue the next year
Pendampingan Perancangan Pembelajaran Inovatif untuk Menghadapi Tuntutan Abad 21 Bagi Guru-Guru Matematika SMP Kabupaten Nganjuk Endah Budi Rahaju; Abdul Haris Rosyidi; Siti Khabibah; Ika Kurniasari; Ahmad Wachidul Kohar
Jurnal Pengabdian Masyarakat IPTEKS Vol 7, No 2 (2021): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT IPTEKS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/jpmi.v7i2.3829

Abstract

Saat ini guru matematika didorong untuk dapat merancang pembelajaran yang diarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran matematika dan menjawab tantangan kecakapan abad 21, yaitu kemampuan berpikir logis, kritis, analitis, kreatif, cermat, teliti, serta mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan program pelatihan guru yang dapat mendorong guru untuk mendesain pembelajaran yang sesuai dengan tantangan tersebut, seperti dengan model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). Program pelatihan yang dirancang dalam PKM berfokus pada tujuan utama yaitu merancang pembelajaran berbasis proyek pada materi SMP. Mitra yang dipilih adalah guru-guru SMP yang tergabung dalam MGMP Kabupaten Nganjuk sebanyak 52 guru, yang mana peserta diminta untuk membuat rancangan pembelajaran matematika inovatif berbasis projek. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan pendampingan mendapat respon positif dari peserta berdasarkan hasil angket yang diberikan dan membuka peluang guru untuk menghasilkan rancangan pembelajaran sesuai dengan yang ditugaskan
Perancangan Pembelajaran Pengajuan dan Pemecahan Masalah Matematika Bagi Guru SMP Kabupaten Magetan Tatag Yuli Eko Siswono; Endah Budi Rahaju; Ismail Ismail; Sugi Hartono; Nanda Ayu Indarasati
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 4 (2022): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/aks.v6i4.6619

Abstract

Pengajuan dan pemecahan masalah merupakan pemicu keterampilan berpikir kritis maupun berpikir kreatif yang sesuai dengan tujuan kurikulum saat ini.  Kedua konsep tersebut perlu diimplementasikan dalam pembelajaran, sehingga para guru perlu dibekali keterampilan merancang pembelajaran tersebut sekaligus memahami konsep masalah, pemecahan dan pengajuan masalah. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan program pelatihan guru untuk memantapkan pemahaman guru tentang pemahaman konten dan desain pembelajaran berbasis pengajuan dan pemecahan masalah matematika. Guru yang terlibat adalah 22 guru SMP yang ditugaskan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan. Metode pelaksanaan terdiri dari tahap persiapan dengan melakukan koordinasi dengan mitra dan tim pelatih untuk merancang instrumen dan materi pelatihan. Tahap pelaksanaan terdiri dari kegiatan tatap muka dan kegiatan mandiri dengan diawali pemberian angket untuk analisis awal (pra-tes), pemberian materi pelatihan, praktik penyusunan soal, presentasi, dan kegiatan mandiri merancang perangkat pembelajaran.  Tahap selanjutnya evaluasi dan tindak lanjut dilakukan dengan pemberian angket akhir pelatihan (pasca-tes) dan angket refleksi kegiatan. Hasil pelatihan menunjukkan 81,8% guru mampu memahami konsep dan mendesain pembelajaran berbasis pengajuan dan pemecahan masalah. Hasil evaluasi kegiatan guru menunjukkan 95,45% guru cenderung mengatakan baik dan menyarankan kegiatan perlu ditindaklanjuti.
Kemampuan Pemecahan Masalah Kontekstual Materi Program Linear Siswa SMA Bergaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent Nicki Fabasti Asmah; Endah Budi Rahaju
MATHEdunesa Vol 11 No 3 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 3 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.046 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.pPDF_720-731

Abstract

Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memenuhi proses menemukan jawaban berdasarkan tahap pemecahan masalah. Masalah yang dipecahkan dapat berupa masalah kontekstual. Kemampuan pemecahan masalah kontekstual siswa dapat dipengaruhi oleh gaya kognitif, yaitu field dependent (FD) dan field independent (FI). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah siswa FD dan FI ketika memecahkan masalah matematika kontekstual materi program linear. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Instrumen yang digunakan yaitu GEFT (Group Embeded Figure Test), Tes Pemecahan Masalah, dan pedoman wawancara. Subjek penelitian adalah 2 siswa SMA kelas XI IPS dengan kemampuan setara. Hasil penelitian ini menunjukkan siswa FD dan FI dapat melakukan 4 tahap pemecahan masalah dalam memecahkan masalah matematika kontekstual pada materi program linear. Siswa FD pada saat memahami masalah telah membaca permasalahan dengan cermat dan dibaca sekali, sedangkan siswa FI membaca berulang kali. Siswa FD dapat menentukan apa yang diketahui, tetapi mereka tidak dapat menentukan apa yang ditanyakan. Sedangkan siswa FI tidak menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanyakan dalam permasalahan. Siswa FD dan FI dapat merencanakan penyelesaian permasalahan. Siswa FD dan FI menuliskan langkah pemecahan serta hasil akhir. Siswa FD dan FI dalam pembentukan kesimpulan dapat menjawab permasalahan dengan benar. Siswa FD memastikan langkah yang dilakukan sudah benar dengan memeriksa kembali dan melakukan perhitungan ulang, sedangkan siswa FI memeriksa kembali dengan membaca ulang permasalahan dan melakukan perhitungan ulang. Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi guru sebaiknya mengingatkan siswa untuk menuliskan informasi yang ada pada suatu permasalahan dan apa yang ditanyakan.Kata Kunci: kemampuan pemecahan masalah, masalah matematika kontekstual, gaya kognitif, field dependent, field independent.
Students' Mathematical Literacy Processes on PISA-Like Tasks with The Domain of Space and Shape Pradnya Paramitha Solikhah; Endah Budi Rahaju; Nina Rinda Prihartiwi
MATHEdunesa Vol 11 No 3 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 3 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.629 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p732-743

Abstract

Mathematical literacy is defined as the ability possessed by an individual in formulating, employing, and interpreting mathematics in a variety of contexts. This research aims to describe the mathematical literacy processes of Junior High School students in solving PISA-like problems on space and shape content. The method in this research used qualitative descriptive. The research subject was students of the ninth grade in SMP Negeri 2 Krembung on Sidoarjo, which consisted of twenty-nine students. The instruments used were test and interview. The results showed that the students’ mathematical literacy was classified as less for the process of formulating. Some students still find many difficulties, such as difficulty in determining the strategy used in solving the problem as well as errors in calculation and drawing conclusion. The students’ mathematical literacy was classified as quite good for the process of employing. Students understand the intent of the problem and know what strategy used, although there were some minor errors in calculation or drawing a conclusion. The students’ mathematical literacy was classified as very lacking in the process of interpreting. Students only guess because students were still unable to understand the meaning of the questions and what strategies were used to solve the given problems to answer questions.
Profil Berpikir Relasional Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Auditori Ana Agustini; Endah Budi Rahaju
MATHEdunesa Vol 11 No 3 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 3 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.813 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p794-811

Abstract

Abstrak Berpikir relasional dalam memecahkan masalah matematika merupakan kemampuan berpikir untuk memahami potongan-potongan informasi yang tampak berbeda namun sebenarnya memiliki keterkaitan objek dari informasi yang diketahui pada soal menjadi bentuk simbol dan angka dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya untuk memecahkan masalah matematika. Dalam memecahkan masalah dapat dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya adalah gaya belajar siswa. Dalam penelitian ini gaya belajar yang digunakan berdasarkan cara individu memecahkan masalah berfokus pada subjek penelitian dengan gaya belajar auditori. Gaya belajar auditori yaitu gaya belajar yang mengandalkan indra pendengaran dalam proses mengingat dan menganalisis sebuah informasi yang didapatkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan profil berpikir relasional dalam memecahkan masalah matematika pada siswa SMA dengan gaya belajar auditori. Subjek dari penelitian ini adalah 3 siswa SMA kelas XI yang memiliki gaya belajar auditori dan tuntas dalam menyelesaikan masalah matematika yang diberikan. Berdasarkan hasil analisis data ketiga siswa dengan gaya belajar auditori mampu melaksanakan aktivitas berpikir relasional dalam memecahkan masalah matematika pada tahapan memahami masalah dengan mengidentifikasi unsur penting dalam masalah dan membangun relasi dalam setiap unsur dan antar unsur yang diketahui siswa. Pada tahap membuat rencana dalam pemecahan masalah siswa auditori mampu membangun relasi dalam memilih strategi penyelesaian. Pada tahap melaksanakan strategi yang telah dipilih dalam memecahkan masalah siswa auditori mampu menggunakan aturan untuk memecahkan masalah serta menjelaskan keterkaitan hubungan operasi hitung bilangan, meskipun masih terdapat kesalahan dalam pengerjaan karena kurangnya ketelitian siswa. Pada tahap terakhir siswa auditori belum mampu dalam memeriksa kembali hasil dan tidak melakukan aktivitas berpikir relasional. Kata Kunci: Berpikir Relasional, Masalah Matematika, Gaya Belajar Auditori Abstract Relational thinking in solving mathematical problems is the ability to think to understand pieces of information that look different but actually have object relations from the information known in the problem into the form of symbols and numbers with previous knowledge to solve mathematical problems. In solving problems, it can be influenced by several things, one of which is student learning styles. In this study, the learning style used is based on the way individuals solve problems focusing on research subjects with auditory learning styles. Auditory learning style is a learning style that relies on the sense of hearing in the process of remembering and analyzing the information obtained. This study uses a qualitative descriptive approach that aims to explain the profile of relational thinking in solving mathematical problems in high school students with auditory learning styles. The subjects of this study were 3 high school students in class XI who have an auditory learning style and are thorough in solving the given math problems. Based on the results of data analysis, the three students with auditory learning styles are able to carry out relational thinking activities in solving mathematical problems at the stage of understanding the problem by identifying important elements in the problem and building relationships within each element and between elements. At the stage of making plans in solving problems, auditory students are able to build relationships in choosing resolution strategies. At the stage of implementing the strategies that have been chosen in solving problems, auditory students are able to use rules to solve problems and explain the relationship between numbers, although there are still errors in the work due to the lack of student accuracy. At the last stage, auditory students have not been able to re-examine the results and do not carry out relational thinking activities. Keywords: Relational Thinking, Math Problems, Auditory Learning Style
Miskonsepsi Siswa SMP pada Materi Grafik Fungsi Kuadrat Sherina Ayu Salsabilah; Endah Budi Rahaju
MATHEdunesa Vol 11 No 3 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 3 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (606.441 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p924-937

Abstract

Miskonsepsi pada siswa dapat terjadi apabila siswa tidak memahami secara baik dan benar mengenai konsep matematika beserta keterkaitan antar konsep. Pengetahuan awal siswa yang tidak dipertimbangkan dan dipersiapkan dengan baik menyebabkan miskonsepsi semakin kompleks, khususnya pada materi grafik fungsi kuadrat. Dalam mengukur sebuah miskonsepsi dapat digunakan metode CRI (Certainty of Response Index), yakni tingkat kepastian atau keyakinan yang dapat diukur melalui soal-soal yang diberikan kepada responden. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa kelas IX di salah satu SMPN di daerah taman dalam menyelesaikan soal grafik fungsi kuadrat dan mengetahui faktor penyebab miskonsepsi yang dialami siswa kelas IX dalam menyelesaikan soal grafik fungsi kuadrat menggunakan tes CRI dan wawancara terhadap subjek miskonsepsi. Pendekatan penelitian digunakan dengan metode kualitatif. Populasi penelitian yaitu siswa kelas IX-F SMPN 3 Taman berjumlah 30 siswa dengan diberikan tes CRI tentang materi grafik fungsi kuadrat. Dari hasil tes CRI, ditemukan 3 siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi grafik fungsi kuadrat. Hasil penelitiannya adalah miskonsepsi dalam menentukan konsep prasyarat atau konsep awal persamaan fungsi kuadrat, miskonsepsi terjadi pada penulisan symbol dan atribut yang digunakan dalam rumus persamaan fungsi kuadrat, dan miskonsepsi dalam menerapkan rumus persamaan fungsi kuadrat. Sedangkan faktor penyebab miskonsepsi adalah ketidaksiapan siswa sebelum pembelajaran berlangsung yang berkaitan dengan konsep awal bentuk persamaan fungsi kuadrat. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan evaluasi bagi pengajar matematika untuk memperhatikan kembali dengan baik kondisi pemahaman siswa, khususnya dalam pemahaman materi grafik fungsi kuadrat agar tidak terjadi miskonsepsi. Kata kunci: Miskonsepsi, Grafik Fungsi Kuadrat, CRI
Miskonsepsi Peserta Didik pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Ditinjau dari Tingkat Kecerdasan Logis Matematis Inta Diananda; Endah Budi Rahaju
MATHEdunesa Vol 12 No 1 (2023): Jurnal Mathedunesa Volume 12 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.512 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v12n1.p1-21

Abstract

Kecerdasan logis matematis ialah kemampuan perhitungan matematis, melakukan penyelesaian masalah dengan berpikir logis dan bernalar, serta memiliki ketajaman terkait pola-pola dan hubungan-hubungan. Tingkatan kecerdasan logis matematis terbagi menjadi 3, dimana ketiga tingkat kecerdasan logis matematis dapat mempengaruhi perbedaan miskonsepsi yang dialami peserta didik saat memecahkan masalah. Miskonsepsi sendiri merupakan suatu pemahaman konsep yang tidak sejalan dengan pemahaman konsep yang dikemukakan para ahli dan sistem persamaan linear dua variabel merupakan salah satu materi yang sering mengalami miskonsepsi. Penelitian ini penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan memberi deskripsi miskonsepsi peserta didik pada materi SPLDV ditinjau dari tingkat kecerdasan logis sistematis. Pedoman wawancara, tes miskonsepsi, serta tes kecerdasan logis matematis menjadi instrumen pada penelitian ini. Subjek penelitian yang terpilih terdiri dari satu orang dengan kecerdasan logis matematis rendah, satu orang sedang, serta satu orang tinggi. Hasil dari penelitian ini adalah peserta didik dengan kecerdasan logis matematis tingkat tinggi dan sedang mengalami miskonsepsi ketika mengaplikasikan metode penyelesaian SPLDV menggunakan metode eliminasi. Akan tetapi, peserta didik dengan kecerdasan logis matematis tingkat rendah mengalami miskonsepsi ketika menuliskan model matematika dalam menentukan nilai konstanta. Hasil penelitian ini harapannya bisa menjadi evaluasi guru guna memberi perhatian lebih mengenai pemahaman peserta didik terkait konsep penulisan model matematika SPLDV dan pengaplikasian metode penyelesaian SPLDV seperti gabungan, substitusi, elimisasi, atau metode grafik. Kata Kunci: miskonsepsi, sistem persamaan linear dua variabel, kecerdasan logis matematis