Nurlaili Nurlaili
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERAN PEREMPUAN NELAYAN DALAM USAHA PERIKANAN TANGKAP DAN PENINGKATAN EKONOMI RUMAH TANGGA PESISIR TELUK JAKARTA Nurlaili Nurlaili; Rizky Muhartono
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 12, No 2 (2017): DESEMBER 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.063 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v12i2.6481

Abstract

Teluk Jakarta memiliki wilayah pesisir yang menjadi salah satu sumber mata pencaharian. Salah satu aktor pada wilayah pesisir adalah kaum perempuan. Perempuan pesisir memiliki peran penting dalam rumah tangga nelayan. Pada aktivitas ekonomi rumah tangga, perempuan pesisir ikut berkontribusi bahkan terkadang mendominasi. Tulisan ini menggambarkan peran perempuan nelayan dalam rumah tangga nelayan pesisir Teluk Jakarta. Penelitian dilakukan di Teluk Jakarta di dua kecamatan yaitu Cilincing dan Penjaringan, tiga Kelurahan di Cilincing (Marunda, Cilincing dan Kalibaru) dan dua kelurahan di Penjaringan (Kamal Muara dan Muara Angke). Metode analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data adalah wawancara terstruktur, wawancara mendalam (indepth interview), observasi dan diskusi kelompok terbatas (Focus Group Discussion/FGD). Kajian studi literatur juga dilakukan untuk memperkaya tulisan. Perempuan pesisir Teluk Jakarta memiliki peran dalam aktivitas usaha perikanan. Pada usaha perikanan tangkap, perempuan berperan pada tahap persiapan yaitu mempersiapkan perbekalan melaut (ransum) dan membantu perbaikan jaring, pasca melaut yaitu memilah hasil tangkapan ikan dan memasarkannya. Pada kegiatan budidaya kerang hijau, perempuan pesisir di Teluk Jakarta berperan pada tahap pasca panen yaitu memilah kerang hijau, mengupas (memipil), merebus dan memasarkannya. Pada usaha pengolahan hasil perikanan, perempuan pesisir Teluk Jakarta berperan pada keseluruhan proses pengolahan ikan dan pemasarannya. Peran perempuan yang strategis dalam tiap tahapan kegiatan usaha perikanan menjadikan perempuan sebagai titik tumpu dalam program pembangunan. Melihat besarnya peran perempuan dalam kegiatan usaha perikanan, maka dalam setiap program pemberdayaan masyarakat di pesisir Teluk Jakarta harus melibatkan perempuan. Title:Role of Women Fisheries in Fishery and Establishment of Household Economics Jakarta BayJakarta Bay has a coastal area of which become one of the sources of livelihood. One of the actors in coastal areas is women. Coastal women play significant role in the fisher’s household. They contribute even dominate the fishers daily household activities. This paper describes the role of women fishers in the coastal of Jakarta Bay. The research was conducted in Jakarta Bay in two sub-districts (Cilincing and Penjaringan), three urban villages in Cilincing (Marunda, Cilincing and Kalibaru) and two urban villages in Penjaringan (Kamal Muara and Muara Angke). Data were collected through structured interview, in depth interview, observation and focus group discussion. Data were analyzed using qualitative descriptive method. Furthermore, this paper enriched with literature review. Coastal women of Jakarta Bay play significant roles in fishery business activity. In the capture fisheries, they prepare food and supplies before sailing and help repairing the net, thereafter, they sort the fish catch and sell them. Women also play their role in shellfish cultivation especially in the post-harvest stage such as sorting out the green shell, peeling, boiling and selling. While in the processing business of fishery products, the women of Jakarta Bay coast play their role in the whole process of fish processing and its marketing. Therefore, women in Jakarta Bay become a fulcrum of the development program, and it is necessary to involve women in every community empowerment program on the coast of Jakarta Bay.
HUTANG SEBAGAI PENGIKAT HUBUNGAN NELAYAN DAN ‘PENGAMBE’ DI KABUPATEN JEMBER, PROVINSI JAWA TIMUR Rizky Muhartono; Nurlaili Nurlaili
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 13, No 2 (2018): DESEMBER 2018
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.939 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v13i2.6869

Abstract

ABSTRAKNelayan memiliki keterbatasan modal untuk memenuhi kebutuhan investasi dan biaya operasional. Kondisii ini berimplikasi terhadap kelangsungan usaha yang dimiliki. Salah satu strategi yang dilakukan oleh nelayan untuk memenuhi kebutuhan modal adalah dengan cara berhutang. Sumber hutang nelayan didapat dari ‘pengambe’. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji permasalahan hutang sebagai pengikat hubungan nelayan dan ‘‘pengambe’.. Penelitian dilakukan pada tahun 2015 di Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur. Data primer dan sekunder digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan studi literatur. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan membutuhkan ‘pengambe’ untuk menambah kekurangan modal untuk membeli perahu, alat tangkap, dan pemasaran ikan. ‘pengambe’ menjadi penolong, namun ikatan hutang membuat nelayan terikat dan tidak dapat bebas menentukan harga. Rekomendasi yang diberikan adalah perlu diperkuat program pemberdayaan ekonomi dan lembaga permodalan di lokasi sehingga dapat bersinergi dengan ‘pengambe’ . ‘pengambe’ menjadi salah satu aktor yang harus dilibatkan dalam rancangan dan implementasi pengembangan kelembagaan ekonomi masyarakat lokal. Pengalihan wewenang dan dan tanggung jawab ‘pengambe’ kepada lembaga permodalan lokal harus dilakukan secara perlahan dan bertahap sehingga tidak menimbulkan konflik kepentingan. ‘pengambe’  tidak kehilangan mata pencaharian dan nelayan dapat menjadi mandiri mengakses modal seiring dengan peningkatan kemampuannya merencanakan dan mengelola keuangan.Title: Debt As A Binding Relationship Between Fishers And ‘Pengambe’ In The Jember Regency, East Java ProvinceABSTRACTFishers have limited capital to fulfill the need of investment and operational costs of fishing activity. These conditions imply to the sustainability of their business. Debt is one of fishers’ strategy to meet the capital needs, and it is obtained from the ‘‘pengambe’. Purpose of the study was to evaluate debt problems as a binding relationship between fishers and ‘‘pengambe’. Research was conducted in 2015 in Jember Regency, East Java Province. This study used primary and secondary data and they were collected through in-depth interviews and literature studies. Data were analyzed with qualitative descriptive method. The results showed that fishers need ‘pengambe’ to provide them with capital to buy boats, fishing gear and fish marketing. ‘Pengambe’ is a helper for the fishers, but they become strictly bounded and consequently incapable to determine fish prices. This study recommends the necessity to encourage economic empowerment program and local capital institutions to have a mutual relationship with ‘pengambe’.  ‘Pengambe’ should be involved in local economic institution development design and implementation. Authority transfer and responsibility of ‘pengambe’ to the local capital institution should be executed in a gradual step to avoid conflict of interest. Therefore, ‘pengambe’ not lose their livelihoods and fishers able to self-access capital along with ability improved to plan and manage their finance. 
PERAN PEREMPUAN BAJO DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN TANGKAP DI WURING, KECAMATAN ALOK BARAT, KABUPATEN SIKKA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR Nurlaili Nurlaili; Sonny Koeshendrajana
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 5, No 2 (2010): DESEMBER (2010)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3105.594 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v5i2.5801

Abstract

Kaum perempuan Bajo di Wuring, Sikka, Nusa Tenggara Timur sangat berperan dalam usaha penangkapan, pengolahan, dan pemasaran ikan hasil tangkapan. Fenomena unik ini tidak dijumpai pada masyarakat nelayan suku lain. Kajian ini membahas peran kaum perempuan Bajo dalam usaha perikanan dan sektor domestik yang dilakukan pada bulan Oktober – November 2009 di daerah Wuring Lama, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara mendalam. Data dianalisa dengan menggunakan analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa peranan perempuan Bajo sangat besar dalam keseluruhan proses melaut dilihat dari curahan waktu yang digunakan perempuan Bajo dalam sektor perikanan. Curahan waktu perempuan Bajo sebagai anak buah kapal (ABK) lampara sebanyak 14 jam per hari dan sebagai penjual ikan hasil tangkapan sebanyak 11 jam per hari. Tittle: Role of Bajo Women in Fisher’s Household of the Wuring, Alok Barat sub-District, Sikka District, Nusa Tenggara Timur Province.Bajo women in Wuring, Sika, East Nusa Tenggara play significant roles in capturing, processing, and marketing fisheries products. This exclusive phenomenon is not entitled to other fishing communities. This research examines role of Bajo women in fishing business and domestic sector that was held on October - November 2009 in the Wuring Lama in Wuring-Wolomarang village, Alok Western Sub-district, Sikka, East Nusa Tenggara Province. This research use a case study method by applying observation and in-depth interviews for data collection. It applies a descriptive analysis. The results of this research show that significant roles of Bajo women in the whole fishing process based on flow of time spent of Bajo women in the fisheries sector. Time spent of Bajo women as member of fishing vessel crew is 14 hours per day as 11 hours per day as fish seller.
PELUANG PENERAPAN KONSEP BLUE ECONOMY PADA USAHA PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR Achmad Zamroni; Nurlaili Nurlaili; Cornelia Mirwantini Witomo
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 4, No 2 (2018): DESEMBER 2018
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6476.751 KB) | DOI: 10.15578/marina.v4i2.7388

Abstract

Tantangan pengembangan ekonomi biru di Lombok adalah menurunnya habitat terutama rumput laut, terumbu karang dan bakau, karena tingginya tekanan ekonomi yang menyebabkan orang terlibat dalam eksploitasi sumber daya perikanan. Tujuan riset adalah mereview penerapan konsep “Ekonomi Biru” pada usaha perikanan budidaya di Kabupaten Lombok Timur. Data dan informasi dikumpulkan melalui penelusuran dokumen, laporan riset dan publikasi ilmiah terkait topik kajian. Dokumen-dokumen tersebut dianalisis secara konten (content analysis) dan direview dari aspek sosial dan ekonomiyang dijelaskan secara kualitatif. Hasil review menunjukkan bahwa 6 (enam) usaha perikanan dapat memberikan efek berganda yaitu budidaya lobster, budi daya rumput laut, pengolahan kepiting, pengolahan limbah kepala ikan, dan tambak garam mempunyai peluang menciptakan efek berganda, artinya keenam usaha tersebut dapat menciptakan alternatif mata pencaharian yang bisa berdampak pada peningkatan ekonomi rumah tanggaTitle:  Prospects of the Implementation of Blue Economy Concept on An opportunity Fisheries Bussiness in East Lombok DistrictThe challenge of developing a blue economy in Lombok is the decline of habitats, especially seaweed, coral reefs and mangroves, due to the high economic pressure that causes people to be involved in exploitation of fisheries resources. The aim of the research is to review the application of the concept of “Blue Economy” in aquaculture businesses in East Lombok District. Data and information were collected through documents investigation, research reports and scientific publications related to the topic of the study. These documents were analyzed using content analysis and reviewed from the social and economic aspects qualitatively described. The result shows that the review indicates that 6  (six) fisheries businesses can provide multiple effects namely lobster aquaculture, seaweed farming, crab processing, fish head waste treatment, and salt farming have the opportunity to create multiple effects, meaning that the six businesses can create alternative livelihoods that can has an impact on improving the household economy
KEMITRAAN PEMASARAN RUMPUT LAUT DALAM UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DAN LOMBOK TENGAH, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Siti Hajar Suryawati; Nurlaili Nurlaili; Cornelia Mirwantini Witomo; Achmad Zamroni
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 3, No 1 (2017): JUNI 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.708 KB) | DOI: 10.15578/marina.v3i1.6920

Abstract

ABSTRAKModel pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi di Lombok Timur (Lotim) dan Lombok Tengah (Loteng) adalah model yang berbasis kemitraan. Model ini mengakomodir kesepakatan kerjasama berbasis pasar yang melibatkan pembudidaya dan juga pengolah melalui KIMBis Lotim dan Mitra KIMBis Loteng. Pembudidaya sebagai produsen primer komoditi rumput laut dengan  para pengolah yang melakukan proses penambahan nilai melalui kegiatan pengolahan dan pemerintah sebagai regulator, mediator dan fasilitator bagi kedua belah pihak, disertai rincian komitmen dan tanggung jawab pada tiap pihak yang terlibat, untuk menjamin bahwa: (1) pembudidaya menerima bagian nilai (farmer’s share) yang adil dari hasil usahanya; (2) pembudidaya bisa mendapatkan pendapatan rutin; dan (3) pengolah mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang sesuai. Sampai akhirnya produk yang dihasilkan diterima oleh konsumen akhir dengan mendapat jaminan produk olahan yang sehat dan harga yang terjangkau. Selain itu implementasi model ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir khususnya pembudidaya rumput laut, serta mengurangi kerugian karena malpraktek pedagang dalam penentuan harga beli. Title: Marketing Partnership for Poverty Reduction in East Lombok District and Central Lombok, West Nusa Tenggara ProvinceRegional economic development model based on adaptive location technology in East Lombok (Lotim) and Central Lombok (Loteng) is a partnership model. This model accommodates a market-based cooperation agreement involving farmers and processor through KIMBis Lotim and Mitra KIMBis Loteng. Farmers as primary producers of seaweed commodities with processor undertaking additional processingthrough processing and government as regulator, mediator and facilitator for both parties. They work together with commitment and responsibility to each party involved, to ensure: (1) the farmer receives a share (farmer’s share) fair from business results; (2) farmers get routine income; and (3) processor get raw materials with appropriate quality. Until finally the resulting product is accepted by the final consumer with a guaranteed healthy processed products and affordable prices. The implementation of this model is expected to improve the community welfare in coastal areas, especially seaweed farmers, and reducelosses due to malpractice traders in the determination of purchasing price.