Cornelia Mirwantini Witomo
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

POTENSI EKONOMI PARIWISATA KABUPATEN PULAU MOROTAI Cornelia Mirwantini Witomo; Andrian Ramadhan
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 13, No 1 (2018): JUNI 2018
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.416 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v13i1.6959

Abstract

ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung potensi ekonomi pariwisata Kabupaten Pulau Morotai. Kabupaten Pulau Morotai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Bahari menjadikan pariwisata sebagai salah satu sumber pemasukan daerah karena atraksi wisata yang ada berdasarkan potensi sumber daya alam dan peninggalan sejarah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif metode deskritif dan desk study. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis benefit transfer dari hasil penelitian sebelumnya di Kabupaten Pulau Morotai yang menggunakan metode travel cost method (TCM). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, daya tarik wisata di Kabupaten Pulau Morotai adalah wisata alam seperti wisata alam bawah laut, wisata pantai serta wisata budaya dari hasil peninggalan sejarah diantaranya peninggalansejarah Perang Dunia II. Berdasarkan hasil perhitungan daya tarik wisata di Kabupaten Pulau Morotai potensi ekonomi Pariwisata Kabupaten Pulau Morotai adalah Rp13.295.140.000. Nilai ini disumbang dari wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Pulau Morotai selama 4 -11 hari. Memasukan potensi ekonomi dalam dokumen perencanaan pengembangan pariwisata Kabupaten Pulau Morotai merupakan salah satu dasar dasar untuk membuka pintu investasi baik untuk menanamkan modal dalam pengembangan pariwisata.Title: Economic Potential of Tourism at the Morotai Island RegencyABSTRACTThis research aims to calculate economic potential of tourism at Morotai Island Regency. Regency of Morotai has tourist attraction due to its natural resources and historical heritage. It is branded as Special Economic Zone (KEK) of Marine Tourism and make tourism as one of the source of its regional income. This research used descriptive qualitative and desk study method. The data is analyzed using benefit transfer analysis from the previous research which uses travel cost method (TCM). Based on interview and observation, marine tourism such as underwater travel, beach and cultural attraction, is a leading tourist attraction at Morotai Island Regency. Tourist attraction calculates the number of economic potential of tourism at Regency of Morotai Island amount IDR 13.295.140.000. It is contributed mostly from domestic and foreign travelers who traveled to Morotai Island for 4 to 11 days. Therefore, economic  potential of tourism will lead to investment in tourism development.
PELUANG PENERAPAN KONSEP BLUE ECONOMY PADA USAHA PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR Achmad Zamroni; Nurlaili Nurlaili; Cornelia Mirwantini Witomo
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 4, No 2 (2018): DESEMBER 2018
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6476.751 KB) | DOI: 10.15578/marina.v4i2.7388

Abstract

Tantangan pengembangan ekonomi biru di Lombok adalah menurunnya habitat terutama rumput laut, terumbu karang dan bakau, karena tingginya tekanan ekonomi yang menyebabkan orang terlibat dalam eksploitasi sumber daya perikanan. Tujuan riset adalah mereview penerapan konsep “Ekonomi Biru” pada usaha perikanan budidaya di Kabupaten Lombok Timur. Data dan informasi dikumpulkan melalui penelusuran dokumen, laporan riset dan publikasi ilmiah terkait topik kajian. Dokumen-dokumen tersebut dianalisis secara konten (content analysis) dan direview dari aspek sosial dan ekonomiyang dijelaskan secara kualitatif. Hasil review menunjukkan bahwa 6 (enam) usaha perikanan dapat memberikan efek berganda yaitu budidaya lobster, budi daya rumput laut, pengolahan kepiting, pengolahan limbah kepala ikan, dan tambak garam mempunyai peluang menciptakan efek berganda, artinya keenam usaha tersebut dapat menciptakan alternatif mata pencaharian yang bisa berdampak pada peningkatan ekonomi rumah tanggaTitle:  Prospects of the Implementation of Blue Economy Concept on An opportunity Fisheries Bussiness in East Lombok DistrictThe challenge of developing a blue economy in Lombok is the decline of habitats, especially seaweed, coral reefs and mangroves, due to the high economic pressure that causes people to be involved in exploitation of fisheries resources. The aim of the research is to review the application of the concept of “Blue Economy” in aquaculture businesses in East Lombok District. Data and information were collected through documents investigation, research reports and scientific publications related to the topic of the study. These documents were analyzed using content analysis and reviewed from the social and economic aspects qualitatively described. The result shows that the review indicates that 6  (six) fisheries businesses can provide multiple effects namely lobster aquaculture, seaweed farming, crab processing, fish head waste treatment, and salt farming have the opportunity to create multiple effects, meaning that the six businesses can create alternative livelihoods that can has an impact on improving the household economy
KEMITRAAN PEMASARAN RUMPUT LAUT DALAM UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DAN LOMBOK TENGAH, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Siti Hajar Suryawati; Nurlaili Nurlaili; Cornelia Mirwantini Witomo; Achmad Zamroni
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 3, No 1 (2017): JUNI 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.708 KB) | DOI: 10.15578/marina.v3i1.6920

Abstract

ABSTRAKModel pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi di Lombok Timur (Lotim) dan Lombok Tengah (Loteng) adalah model yang berbasis kemitraan. Model ini mengakomodir kesepakatan kerjasama berbasis pasar yang melibatkan pembudidaya dan juga pengolah melalui KIMBis Lotim dan Mitra KIMBis Loteng. Pembudidaya sebagai produsen primer komoditi rumput laut dengan  para pengolah yang melakukan proses penambahan nilai melalui kegiatan pengolahan dan pemerintah sebagai regulator, mediator dan fasilitator bagi kedua belah pihak, disertai rincian komitmen dan tanggung jawab pada tiap pihak yang terlibat, untuk menjamin bahwa: (1) pembudidaya menerima bagian nilai (farmer’s share) yang adil dari hasil usahanya; (2) pembudidaya bisa mendapatkan pendapatan rutin; dan (3) pengolah mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang sesuai. Sampai akhirnya produk yang dihasilkan diterima oleh konsumen akhir dengan mendapat jaminan produk olahan yang sehat dan harga yang terjangkau. Selain itu implementasi model ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir khususnya pembudidaya rumput laut, serta mengurangi kerugian karena malpraktek pedagang dalam penentuan harga beli. Title: Marketing Partnership for Poverty Reduction in East Lombok District and Central Lombok, West Nusa Tenggara ProvinceRegional economic development model based on adaptive location technology in East Lombok (Lotim) and Central Lombok (Loteng) is a partnership model. This model accommodates a market-based cooperation agreement involving farmers and processor through KIMBis Lotim and Mitra KIMBis Loteng. Farmers as primary producers of seaweed commodities with processor undertaking additional processingthrough processing and government as regulator, mediator and facilitator for both parties. They work together with commitment and responsibility to each party involved, to ensure: (1) the farmer receives a share (farmer’s share) fair from business results; (2) farmers get routine income; and (3) processor get raw materials with appropriate quality. Until finally the resulting product is accepted by the final consumer with a guaranteed healthy processed products and affordable prices. The implementation of this model is expected to improve the community welfare in coastal areas, especially seaweed farmers, and reducelosses due to malpractice traders in the determination of purchasing price.