Tikkyrino Kurniawan
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ANALISIS PENENTUAN INDIKATOR KUNCI DALAM PENGHITUNGAN INDEKS KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN Subhechanis Saptanto; Tikkyrino Kurniawan; Hertria Maharani Putri; Tajerin Tajerin
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2017): JUNI 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.551 KB) | DOI: 10.15578/jksekp.v7i1.5748

Abstract

Indeks kesejahteraan masyarakat kelautan perikanan merupakan salah satu indeks yang secara cepat dapat mengukur tingkat kesejahteraan yang bergerak di sektor kelautan dan perikanan. Di dalam indeks kesejahteraan terdapat indikator-indikator kunci yang menjadi penentu kesejahteraan masyarakat kp. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah menganalisis indikator-indikator kunci dalam penghitungan indeks kesejahteraan masyarakat kp sehingga dapat dihasilkan suatu strategi baik yang bersifat pemeliharaan maupun perbaikan pada provinsi-provinsi di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari instansi di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Februari 2017 hingga April 2017. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur dan mendatangi langsung instansi yang terkait dengan data. Metode analisis data digunakan metode data panel kausalitas Granger. Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis indikator-indikator yang menjadi kunci untuk dilakukan perbaikan dan perawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator kunci di bidang sosial antara lain XS1 (kelembagaan usaha KUB Tangkap), XS4 (Kelembagaan usaha Garam Rakyat), XS5 (kelembagaan Pokmaswas) , XS7 (masyarakat adat, tradisional dan lokal yang direvitalisasi) dan XS9 (pelaku usaha mikro yang manidir di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil) dan indikator di bidang ekonomi yaitu XE1 (Nilai Tukar Nelayan), XE8 (Rata-rata pendapatan petambak garam/bulan) dan XE11 (struktur ongkos usaha perikanan).  Title: Analysis Of The Key Indicators Determination In The Calculation Of Community Marine And Fisheries Welfare IndexThe marine fisheries community welfare index is one of the indices that can rapidly measure the level of welfare moving in the marine and fisheries sector. In the index of welfare, there are key indicators that determine the welfare of the fisheries and marines community. The purpose of writing this paper is to analyze the key indicators in calculating the community welfare index fisheries and marines so that it can produce a good strategy that is maintenance and improvement in the provinces in Indonesia. The data used in this study is secondary data sourced from agencies in the scope of the Ministry of Marine Affairs and Fisheries. The study was conducted from February 2017 to April 2017. The data collection method was done by literature study and went directly to the related institution with the data. Data analysis method used Granger causality data panel method. This method can be used to analyze the key indicators for improvement and maintenance. The results of the study indicate that key social indicators include XS1 (KUB Capture Business Institution), XS4 (People's Salt Business Institution), XS5 (institutional Pokmaswas), XS7 (indigenous, traditional and local community revitalized) and XS9 (micro business actors (XE1 (Fisherman Exchange Rate), XE8 (Average salt farm income / month) and XE11 (fishery cost structure).
STATUS KEBERLANJUTAN INTRODUKSI TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN DI KABUPATEN INDRAMAYU Tikkyrino Kurniawan; Mei Dwi Erlina
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 6, No 1 (2016): JUNI 2016
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2331.148 KB) | DOI: 10.15578/jksekp.v6i1.2609

Abstract

Banyak teknologi yang telah diintroduksikan oleh KIMBis Indramayu dari tahun 2011 hingga 2014. Tapi tidak semua teknologi tersebut diadaptasikan oleh stakeholder. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat seberapa banyak teknologi yang telah diaplikasikan oleh stakeholder dan apa saja kendala-kendalanya. Kegiatan ini dilaksanakan mulai bulan Januari – Desember 2015. Lokasi PEK SIS TAL Indramayu di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan FGD, observasi, pengamtatan di lapangan dan wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur, studi literatur dan dokumentasi yang terkait. Metode analisa PEK SIS TAL selain menggunakan analisis deskriptif, juga menggunakan analisis kuantitatif. Kesimpulan penelitian ini adalah Hasil FGD menunjukkan bahwa secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa, teknologi yang diintroduksikan sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sederhana sehingga seharusnya sudah diterapkan oleh stakeholder dimasyarakat. Teknologi yang paling banyak diadopsi adalah pada sektor budidaya (37%), tambak garam (25%) dan nelayan (25%). Teknologi yang berhasil diintroduksikan adalah teknologi budidaya terutama pada budidaya air payau. Implikasi kebijakan yang dapat disarankan adalah harus dibuat persyarakat standar SDM yang dapat menerima teknologi atau melakukan pengkategorian penerima teknologi (adopter), sehingga penerapan teknologi dapat diterapkan secara maksimal. Selain standar kemampuan, pemilihan penerima teknologi juga harus melihat kemauan dan pengalaman usaha. Hal ini harus diseleksi dengan baik agar teknologi dapat diadopsi dan diterapkan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraanya serta yang telah mendapatan introduksi teknologi dapat menjadi Trainer of Trainer (TOT) sehingga teknologi yang telah diintroduksikan dapat disebar luaskan oleh mereka. Title: The Effectiveness on Introductions on Marine And Fisheries Technology on Indramayu’s Fisheries Science and Business Clinical (KIMBis) LocationMarine technology and fisheries have been introduced by KIMBis Indramayu from 2011 to 2014. While not all of these technologies adopted by the Community users. The aims of this study are (1) to analyze the sustainability of marine and fisheries technology that were introduced in Indramayu District and (2) to analyze the effectiveness of marine and fisheries technology in Indramayu District. This study was conducted from January to Desember 2015 in Indramayu District, West Java Province. The data were collected by FGD, field observations and interviews using a structured questionnaire, literature, and related documentations. The analytical methods are using both descriptive and quantitative methods. The fisheries business activities have utilized and implemented technology such as aquaculture (37%), salt farming (25%), and capture fisheries (25%), while the least using technology are fisheries product processing activity (13%). Most of them have already adopted by the community, even more there are technologies that have undergone diffusion the marine and fisheries technology in Indramayu are effective. 
Dampak Peningkatan Investasi untuk Pengembangan Industri Pengolahan Produk Perikanan Indonesia Terhadap Perekonomian Nasional Tajerin Tajerin; Tikkyrino Kurniawan; Maulana Nuradhi Wicaksana
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 1, No. 2, Tahun 2015
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (759.895 KB) | DOI: 10.15578/marina.v1i2.2075

Abstract

Industri pengolahan produk perikanan Indonesia merupakan sektor usaha yang sangat potensial dan strategis untuk terus dikembangkan. Industri ini didukung ketersediaan sumber daya perikanan, sumber daya manusia serta peluang pasar domestik dan internasional yang sangat besar. Di samping itu, adanya tuntutan diversifikasi produk, menjadikan industri ini sangat penting dalam pembangunan ekonomi nasional; dan pengembangannya ke depan memerlukan dukungan investasi dan dukungan lainnya dari berbagai pihak. Untuk itu, penelitian ini bertujuan menganalisis dampak pengembangan industri pengolahan produk periknanan terhadap pembentukan output, nilai tambah, pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja dalam perekonomian nasional. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari sumber BPS berupa Tabel Input-Output Tahun 2012 yang dimutakhirkan, yang telah mengalami proses disagregasi dan agregasi di sektor industri pengolahan produk perikanan. Analisi data dilakukan dengan menggunakan pendekatan Model Input-Output dengan melakukan simulasi dampak peningkatan investasi untuk pengembangan industri pengolahan produk perikanan Indoensia sebesar 100% dari sebesar Rp328.057,2 juta pada kondisi awal total investsi pada tahun 2012 dan setelah dilakukan injeksi meningkat menjadi sebesar Rp 656.114,4 juta. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pengembangan industri pengolahan produk perikanan Indonesia melalui peningkatan investasi sebesar 100% memberikan dampak terhadap perekonomian nasional berupa meningkatkan output ekonomi sebesar 0,83% (Rp107,97 trilyun); Nilai Tambah Bruto sebesar 0,48% (Rp61,64 trilyun); pendapatan masyarakat sebesar 0,09% (Rp11,33 trilyun) dan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,004% (503 ribu orang). Untuk itu, sudah semestinya pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) secara sungguh-sungguh melakukan dan mendorong upaya pengembangan industri pengolahan produk perikanan Indonesia ke depan baik di lingkup KKP maupun secara sinergi dengan Lembaga Kementerian (LK) lain (di luar KKP), Khususnya yang ditujukan bagi peningkatan investasi secara siignifikan, seperti dengan memberikan berbagai iklim usaha investasi yang kondusif berupa kemudahan-kemudahan serta program dan kegiatan bagi peningkatan kapasitas para pelaku usaha dan kinerja organisasi (perusahaan) yang tekait.
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Garam Rakyat untuk Mendukung Industri Garam di Indonesia Mei Dwi Erlina; Tikkyrino Kurniawan
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 1, No. 2, Tahun 2015
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.933 KB) | DOI: 10.15578/marina.v1i2.2071

Abstract

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah memutuskan bahwa usaha garam dari hulu sampai hilir memiliki prospek usaha yang stategis. Kebijakan ini tidak hanya memperhatikan kuantitas dan kualitas garam, tetapi juga memperhatikan aspek sosial ekonomi para petambak, pengumpul, pengolah, pedagang garam. Selain itu, aspek kelembagaan(Kelompok Usaha Pegaraman dan Koperasi Garam) agar terjadi peningkatan kesejahteraan, pemasaran, harga jual garam, serta impor garam. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Melakukan kajian tentang kinerja kelembagaan dan pelaku usaha garam rakyat; (2) Melakukan kajian tentang upaya pembentukan badan penyangga garam untuk mengawasi produksi dan distribusi garam; (3) Melakukan kajian terkait dengan kinerja POKJA pegaraman pada masing-masing lokasi; dan (4) Melakukan kajian tentang upaya penguatan kelembagaan koperasi sebagai lembaga penyangga garam di lokasi. Metode analisis data yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Pengambilan responden/sampel ditentukan secara sengaja (purposive), lokasi penelitian adalah lokasi sentra garam di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas kelembagaan garam rakyat yang menopang industri garam di indonesia diklasifikasikan menjadi dua, yaitu terhadap kelembagaan yang ada dan menciptakan kelembagaan yang baru Kedua jenis peningkatan kapasitas kelembagaan garam rakyat tersebut tidak serta merta untuk dijalankan secara bersamaan. Penguatan kelembagaan yang sudah ada merupakan prioritas disertai dengan perbaikan kelemahan-kelemahan yang ada dan penambahan tugas dan tanggungjawab dalam kerangka meningkatkan peran garam rakyat dalam industri pergaraman nasional.
Profil Usaha Budidaya Ikan Lele di Kabupaten Bogor Tikkyrino Kurniawan; Riesti Triyanti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 6, No. 2, Tahun 2011
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (851.705 KB) | DOI: 10.15578/marina.v6i2.5812

Abstract

Penetapan kawasan Minapolitan untuk meningkatkan produksi perikanan menjadi 353% pada 2014 memerlukan kesiapan infrastruktur dan kebijakan dilapangan. Kabupaten Bogor telah ditetapkan sebagai kawasan Minapolitan budidaya air tawar dengan lele sebagai komoditas utama. Namun Pengembang biakan lele membutuhkan perbandingan satu banding satu, sehingga untuk menghasilkan berat lele tertentu menbutuhkan pakan yang cukup banyak. Untuk itu perlu adanya evaluasi setiap tahunnya untuk melihat kesiapan program Minapolitan tersebut khususnya Minapolitan Budidaya. Sedangkan pemilihan responden bersifat random purposive sampling. Analisis deskriptif yang dipakai untuk menjelaskan keadaan dan gejala yang terjadi. Penelitian berlangsung di Kabupaten Bogor. Dengan tingginya harga pangan dan rendahnya harga jual, maka banyak pembudidaya di kabupaten bogor yang gulung tikar dan tidak sanggup untuk melanjutkan budidaya lele tersebut. Operasional untuk produksi lele tersebut tidak menutupi karena luas lahan yang tidak begitu besar dan jumlah lahanya yang sedikit menyebabkan biaya pakan cukup tinggi karena tidak di beli dalam jumlah banyak. Pembesaran yang bertahan adalah milih perseorangan dan mempunyai jumlah kolam yang lebih dari 5 unit. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah perlu diadakannya pelatihan kembali cara pembudidaya yang baik dan benar, memperkuat kelembagaan pembudiaya, membentuk lembaga pemasaran yang bisa menyetabilkan harga dan meningkatkan harga jual ke pasaran, serta menyetabilkan harga bahan pakan agar dapat meningkatkan daya saing penjualan lele.