Riesti Triyanti
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

DOMINASI PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI KOTA KENDARI Studi Kasus: Nelayan Bugis Makassar Christina Yuliaty; Riesti Triyanti; Nendah Kurniasari
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 11, No 1 (2016): Juni (2016)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.432 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v11i1.3174

Abstract

Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi etos kerja nelayan Bugis-Makassar yang mempengaruhidominasi mereka dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan di Kota Kendari. Tulisan ini menggunakanpendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancaramendalam menggunakan topik data sebagai pedoman wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi.Analisis data dilakukan dengan menggunakan push-pull theory. Hasil pembahasan menunjukkandominasi nelayan Bugis - Makassar dalam pemanfatan sumberdaya perikanan di Kota Kendari didorongoleh falsafah hidup yang terwujud dalam etos kerja yang tinggi. Etos kerja tersebut tergambar padacurahan waktu kerja, pemanfaatan waktu luang, disiplin dan pandangan ke depan/visioner. Di sisi lain,letak geografis dan masih tersedianya lahan potensial, potensi perikanan yang besar menjadi faktorpenarik berpindahnya nelayan Bugis-Makassar ke Kota Kendari.Title: Domination Fisheries Resources Used in Kendari City Case Study : Bugis Makasarese FishersThis study aims to explore the work ethic of Bugis-Makassar fishermen affecting their dominancein the utilization of fishery resources in Kendari and background history of Kendari ethnic (Tolaki) whoprefer to controled the formal sector and the agricultural sector. This study used a qualitative descriptiveapproach with data collection techniques used in-depth interview with data topic, observation anddocumentation. Data were analyzed by push-pull theory. The results showed the dominance ofBugis - Makassar fishermen in utilization of fishery resources in Kendari driven by a philosophy of lifethat is embodied in a high work ethic. The work ethic is reflected in working hours, use of leisure time,discipline and foresight / visionary. The other side, geographical location, the available potential land andfisheries becomes pull factors for migration of Bugis-Makassar to Kendari.
TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN SKALA KECIL DENGAN PENDEKATAN PENGHIDUPAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN INDRAMAYU Riesti Triyanti; Maulana Firdaus
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 11, No 1 (2016): Juni (2016)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.266 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v11i1.3170

Abstract

Kabupaten Indramayu memiliki jumlah rumah tangga menengah kebawah paling banyak diProvinsi Jawa Barat. Artinya, tingkat kesejahteraan yang dimiliki masih rendah. Penelitian ini bertujuanuntuk mengkaji tingkat kesejahteraan nelayan skala kecil (≤ 5 GT) di Kabupaten Indramayu. Datayang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dengan menggunakanteknik wawancara, observasi dan pencatatan. Analisis data menggunakan pendekatan penghidupanberkelanjutan menggunakan indikator sumber daya keuangan, sosial, manusia dan alam. Tingkatkesejahteraan nelayan dapat dihitung dengan pendekatan penghidupan berkelanjutan yang berfungsiuntuk mengetahui kesejahteraan secara relatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa indeks penghidupannelayan berada pada kategori sedang (54,93%); capaian indikator modal keuangan (83,51%) dengankategori sangat baik; indikator modal alam (60,00%) dengan kategori sedang; indikator modal sosial(13,20%) dengan kategori buruk; dan indikator modal sumber daya manusia (56,65 %) dengan kategorisedang. Oleh karena itu, strategi yang direkomendasikan dalam mewujudkan penghidupan berkelanjutandi Kabupaten Indramayu adalah melalui peningkatan indikator modal sosial seperti peningkatanakses masyarakat terhadap kelembagaan ekonomi, mengoptimalkan kelembagaan masyarakat yangada khususnya dalam setiap program pemerintah, mengintegrasikan kelembagaan informal dengankelembagaan formal, dan mengaktifkan kembali koperasi yang telah ada atau mendirikan koperasiperikanan baru.Title: Welfare Level of Small Scale Fishers Based on Sustainable Livelihood Approach in Indramayu DistrictIndramayu District has a majority of fisher’s household with less prosperity in the West Javaprovince. This study aimed at analyzing the welfare of small-scale fisheries (≤ 5 GT) in IndramayuDistrict. Primary and secondary data were collected by using interviews, observation and recording.Analysis of the data used to determine the level of welfare of fisher’s are using the sustainable livelihoodsapproach using indicators of financial, social, human and natural resources. The welfare level of fisherscountable with sustainable livelihood approach which serves to determine relative welfare. The analyzeresults showed that the fisher livelihood index in middle category (54.93) with performance indicatorsof financial resources (83.51%) with very good categories; indicators of natural resources ( 60.00%)in the medium category; indicators of social resources (13,20%) with bad categories; and indicatorsof human resources (56.65%) with medium category. Therefore, recommendation strategy in order torealize sustainable livelihoods in Indramayu through increasing people’s access to economic institutions;optimize existing community institutions, especially in any government program; institutional integrateinformal with formal institutions; and activated existing cooperatives or built the new cooperative.
Peran Tempat Pelelangan Ikan Panimbang Terhadap Peningkatan Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang Riesti Triyanti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 6, No. 1, Tahun 2011
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1198.777 KB) | DOI: 10.15578/marina.v6i1.5808

Abstract

Kabupaten Pandeglang adalah daerah penghasil ikan ekonomis tinggi terbesar di Provinsi Banten. Kontribusi perikanan tertinggi berasal dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panimbangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis peran Tempat Pelelangan Ikan (TPI) khususnya TPI Panimbang dalam mendukung peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Pandeglang. Penelitian dilakukan pada Bulan Juli dan Agustus Tahun 2010, di Desa Panimbang Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data primer menggunakan teknik wawancara, sedangkan data sekunder secara studi kepustakaan (desk study). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TPI Panimbang selain berperan dalam peningkatan produksi perikanan melalui retribusi/pemungutan perikanan, juga berperan sebagai objek pariwisata melalui pesta laut ‘nadran’, sehingga berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Pandeglang.
Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang dan Bandeng: Studi Kasus di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu Riesti Triyanti; Hikmah Hikmah
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 1, No. 1, Tahun 2015
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.848 KB) | DOI: 10.15578/marina.v1i1.1007

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha budidaya polikultur udang windu dengan ikan bandeng. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan mix method research (kuantitatif dan kualitatif). Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden. Sampel responden ditentukan secara simple random sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis kelayakan usaha dan analisis deskriptif untuk faktor pendukung dan penghambat usaha budidaya. Hasil penelitian menyatakan bahwa kelayakan usaha budidaya polikultur udang windu dengan ikan bandeng ini layak untuk dijalankan. Namun, usaha ini masih memiliki hambatan usaha berupa benih yang kurang berkualitas, kondisi saluran irigasi yang buruk, konstruksi kolam yang belum memenuhi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), harga pakan yang mahal, adanya penyakit pada udang dan terbatasnya pengetahuan pembudidaya tentang teknologi budidaya udang dan bandeng. Untuk meningkatkan kualitas dari hasil budidaya udang dan bandeng di Indramayu diperlukan penguatan sistem dan manajemen CBIB penetapan standarisasi harga bahan baku dan kualitas pakan, penguatan sistem dan manajemen standarisasi dan modernisasi sarana perikanan budidaya dan penguatan manajemen sumber daya manusia dan kelembagaan non-bisnis dan bisnis pembudidaya.
Rantai Pemasaran Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Kabupaten Blitar, Jawa Timur Riesti Triyanti; Maharani Yulisti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 7, No. 1, Tahun 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1739.84 KB) | DOI: 10.15578/marina.v7i1.4593

Abstract

Pemasaran merupakan salah satu subsistem penting dalam sistem minabisnis. Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan perpindahan tempat dan kepemilikan barang dan jasa dari sentra pra produksi ke konsumen. Kegiatan pemasaran bertujuan untuk memenuhi permintaan konsumen serta memberikan keuntungan bagi pembudidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi rantai pemasaran ikan koi (Cyprinus carpio) di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pemasaran ikan koi dimulai dari tahap pra produksi, produksi, pedagang dan eksportir. Setiap rantai terdapat pelaku usaha kunci dan nilai/keuntungan yang relatif dinamis karena tergantung pada nilai estetika terhadap ikan koi. Untuk memperkuat rantai pemasaran ikan koi diperlukan pembentukan kelembagaan keuangan untuk menertibkan sistem pembayaran terhadap pembelian ikan koi yang seringkali merugikan pembudidaya. Penelitian ini juga menyarankan perlunya menghidupkan kembali koperasi yang telah dibentuk agar pemasaran ikan koi dikoordinir dan harganya standar.
Profil Usaha Budidaya Ikan Lele di Kabupaten Bogor Tikkyrino Kurniawan; Riesti Triyanti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 6, No. 2, Tahun 2011
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (851.705 KB) | DOI: 10.15578/marina.v6i2.5812

Abstract

Penetapan kawasan Minapolitan untuk meningkatkan produksi perikanan menjadi 353% pada 2014 memerlukan kesiapan infrastruktur dan kebijakan dilapangan. Kabupaten Bogor telah ditetapkan sebagai kawasan Minapolitan budidaya air tawar dengan lele sebagai komoditas utama. Namun Pengembang biakan lele membutuhkan perbandingan satu banding satu, sehingga untuk menghasilkan berat lele tertentu menbutuhkan pakan yang cukup banyak. Untuk itu perlu adanya evaluasi setiap tahunnya untuk melihat kesiapan program Minapolitan tersebut khususnya Minapolitan Budidaya. Sedangkan pemilihan responden bersifat random purposive sampling. Analisis deskriptif yang dipakai untuk menjelaskan keadaan dan gejala yang terjadi. Penelitian berlangsung di Kabupaten Bogor. Dengan tingginya harga pangan dan rendahnya harga jual, maka banyak pembudidaya di kabupaten bogor yang gulung tikar dan tidak sanggup untuk melanjutkan budidaya lele tersebut. Operasional untuk produksi lele tersebut tidak menutupi karena luas lahan yang tidak begitu besar dan jumlah lahanya yang sedikit menyebabkan biaya pakan cukup tinggi karena tidak di beli dalam jumlah banyak. Pembesaran yang bertahan adalah milih perseorangan dan mempunyai jumlah kolam yang lebih dari 5 unit. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah perlu diadakannya pelatihan kembali cara pembudidaya yang baik dan benar, memperkuat kelembagaan pembudiaya, membentuk lembaga pemasaran yang bisa menyetabilkan harga dan meningkatkan harga jual ke pasaran, serta menyetabilkan harga bahan pakan agar dapat meningkatkan daya saing penjualan lele.
Tataniaga Ikan Kerapu Hidup di Kawasan Segitiga Batam, Tanjung Pinang dan Singapura (BaTaSi) : Tinjauan Aspek Sosiologi Sastrawidjaja Sastrawidjaja; Riesti Triyanti; Hikmah Hikmah
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 7, No. 2, Tahun 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1913.45 KB) | DOI: 10.15578/marina.v7i2.5762

Abstract

Ikan kerapu hidup telah menjadi merek dagang (brand) dan ikon bagi masyarakat daerah sekitar kepulauan Batam, Tanjung Pinang dan Singapura (BaTaSi). Keunggulan ikan kerapu hidup adalah harganya yang sangat tinggi dan pangsa pasarnya tak terbatas. Pasar kerapu semakin meluas seiring meningkatnya minat penduduk Asia Timur untuk mengonsumsi ikan ini. Tingginya permintaan ekspor membuat konsumen luar negeri rela pergi ke sentra-sentra produksi kerapu di sejumlah perairan Indonesia terutama Kepulauan Batam dan Tanjung Pinang. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek sosiologi dari tataniaga pemasaran ikan kerapu hidup di Batam, Tanjungpinang dan Singapura (BaTaSi). Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil Kajian menunjukkan bahwa dalam jalur tataniaga ikan kerapu di kawasan segitiga BaTaSi didominasi oleh dua etnis yaitu Tionghoa dan Melayu dengan strata sosial yang tinggi serta menggambarkan hubungan sosial diantara keduanya dalam hal jaringan sosial, perdagangan, dan kemitraan bisnis Ikan kerapu hidup. Adanya kepercayaan dan kebiasaan mengkonsumsi ikan kerapu saat Hari Raya Imlek menjadikan harga ikan kerapu jauh lebih tinggi dibandingkan hari-hari biasanya.
Peran Kelembagaan Dalam Mendukung Program Minapolitan Budidaya Di Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta Maharani Yulisti; Riesti Triyanti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 7, No. 1, Tahun 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.447 KB) | DOI: 10.15578/marina.v7i1.4595

Abstract

Pengembangan kawasan minapolitan yang memanfaatkan potensi wilayah dengan memberi peluang pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis perikanan memerlukan sinergitas dari potensi yang ada secara utuh, menyeluruh, berdaya saing dan berkelanjutan. Upaya in memerlukan campur tangan pemerintah dan dukungan masyarakat dalam membangun kelembagaan yang dapat mendukung program minapolitan. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelembagaan yang mendukung program minapolitan perikanan budidaya yang ada di Kabupaten Sleman D.I. Yogyakarta. Kelembagaan formal yang ada di Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta diantaranya lembaga penguatan modal (Unit Pelayanan Pengembangan/UPP Bidang Perikanan, Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Unit Desa/KUD, Badan Usaha Kredit Perdesaan/BUKP, lembaga kredit dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat/PNPM), lembaga penyuluhan dan lembaga perbenihan (Balai Benih Ikan atau BBI). Kelembagaan non formal yang sudah berfungsi baik yang erat kaitannya dengan program minapolitan diantaranya kelembagaan penyedia input, kelembagaan penyedia modal, kelembagaan pelaku usaha (pembudidaya, pembenih, pendeder), kelembagaan pengolah hasil perikanan, kelembagaan pemasaran ikan, serta kelembagaan penyedia informasi dan teknologi. Peran kelembagaan formal dan informal sangat penting untuk kegiatan budidaya perikanan pada level menengah ke bawah diantaranya untuk menstabilkan harga terutama saat pasokan ikan berlebih, pemenuhan kebutuhan modal, input usaha dan sarana produksi ikan.
TOTAL NILAI EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN GORONTALO UTARA, PROVINSI GORONTALO Riesti Triyanti; Maulana Firdaus; Radityo Pramoda
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 14, No 3 (2017): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (945.111 KB) | DOI: 10.20886/jpsek.2017.14.3.219-236

Abstract

Mangrove forest is the main life-supporting ecosystem in coastal and marine areas. Little information is available on quantifying of mangrove function as well as its benefit. The study is conducted to quantify the totalvalue of the mangrove ecosystem in North Gorontalo Regency. Data were collected through interviews with users and non-users of the resources along with secondary data such as the amount of carbon storage and cost of standard construction of break water for mangrove ecosystem. Data were analyzed by using economic valuation techniques for calculating total value of the mangrove ecosystem. The results showed that the ecological valuewas Rp18,205,000,890/hectare/year, the economic value was Rp40,716,063/hectare/year, while the social and cultural values was Rp20,341,259/hectare/year. Hence, the total value of mangrove ecosystem in North Gorontalo Regency amounts to Rp18,266,058,212/hectare/year. This shows the importance of the mangrove resources in term of its values that needs to be informed to the decision-makers, so that it can be managed in a sustainable way with proper benefits and costs consideration.