Freshty Yulia Arthatiani
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KINERJA EKSPOR TUNA INDONESIA : SUATU PENDEKATAN ANALISIS BAYESIAN Risna Yusuf; Freshty Yulia Arthatiani; Hertria Maharani
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2017): JUNI 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (620.463 KB) | DOI: 10.15578/jksekp.v7i1.5746

Abstract

Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui strategi penetrasi pasar tuna di pasar tujuan ekspor utama Indonesia. Penelitian berlangsung pada bulan March – Juli 2014 dengan metode pengumpulan data berupa studi literatur, survey dan wawancara ke informan kunci. Analisis data dilakukan menggunakan pendekatan bayesian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar tuna Indonesia dominan ke pasar Jepang sebesar 54%, diikuti pasar USA 24% dan pasar UE 23%. Selanjutnya komoditas dominan yang diperdagangkan adalah Tuna Kaleng dengan probabilitas sebesar 54%, yang diikuti Tuna Segar sebesar 26% dan Tuna beku sebesar 24%. Untuk daerah ekspor, lokasi ekspor dengan probabilitas tertinggi berasal dari Jakarta yaitu sebesar 49%, diikuti Surabaya sebesar 36% dan Bitung sebesar 15%. Sedangkan lokasi ekspor tersebut mendapat pasokan dari berbagai daerah. Ketiga lokasi ekspor berasal dari enam daerah dengan probabilitas Jakarta (14%), Sukabumi (21%), Jawa Timur (4%), Bitung (19%), Maluku (14%) dan Bali (26%). Pada level ini armada penangkapan yang dominan digunakan untuk ekspor tuna terdiri dari armada motor tempel (22%), dengan menggunakan jenis alat tangkap tuna handline (31% ) sebagai alat tangkap yang dominan. Oleh karena itu, untuk menjaga dan mempertahankan konsistensi kinerja tuna Indonesia, diperlukan suatu strategi pemasaran yang tepat yaitu strategi penetrasi pasar dimana pada strategi ini diperlukan berbagai  upaya yang tepat agar market share perikanan tuna Indonesia terus meningkat. Salah satu upaya tersebut adalah dengan melakukan aspek penelusuran bahan baku tuna dengan memperhatikan daerah baik daerah yang mengekspor maupun daerah asal ikan tersebut ditangkap dan jumlah armada serta alat tangkap yang digunakan dalam proses penangkapan tuna Indonesia disamping upaya-upaya lain dari sisi hulu sampai hilir. Title: Performance of export tuna indonesia: A bayesian analysis approachThe purpose of this study was to determine the opportunity of Indonesian tuna in the main export markets. The study held in March -July 2014, with data collection methods such as desk study, surveys and interviews with key informants. Data collected consist primary and secondary data. Secondary data obtained from various government agencies and local institutions that related to the field fisheries are statistical data commodity export volume tuna, the policy related to tuna commodities data. Data analysis done by using bayesian approach. Results of the study showed that dominant Indonesia tuna market are Japan (54 %), followed by the USA (24 %) and the EU (23 %). The major trading are Tuna Cans with probability of 54 %, which followed Fresh Tuna 26% and Tuna canning 24 %. For the region exports, location exports with highest probability came from Jakarta that is equal to 49 %,  followed by Surabaya 36% and Bitung  15 %. This location export was getting supply from various areas. The three location exports came from six districts with probability from Jakarta (14 %), Sukabumi (21 %), East Java (4 %), Bitung (19 %), Maluku (14 %) and Bali (26 %).  In this level, a dominant fishing vehicle used for the export tuna consists of fleet outboard motors (22%), using fishing equipment type of tuna handline (31% ) as fishing equipment dominant. Therefore, to maintain the consistency of Indonesia's tuna performance, an appropriate marketing strategy is needed, which is a market penetration strategy in which this strategy is required to make appropriate efforts to increase the market share of Indonesia’s tuna. One of the efforts is by doing traceability  aspect of tuna raw material by paying attention to the area of both exporting area and the origin of area, the number of vehicle  and fishing gear used in order to catch tuna. 
Assesment Blue Economy: Implementasi Integrated Multi-Tropic Aquaculture (IMTA) pada Kawasan KIMBis Cakradonya di Banda Aceh Armen Zulham; Estu Sri Luhur; Joni Haryardi; Freshty Yulia Arthatiani
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 8, No. 2, Tahun 2013
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1498.504 KB) | DOI: 10.15578/marina.v8i2.3021

Abstract

Salah satu prinsip dari ekonomi biru (blue economy) adalah memanfaatkan limbah berbagai usaha kelautan dan perikanan pada masyarakat menuju zero waste. Tiga prinsip lain yang mendukung pencapaian zero waste adalah teknologi yang digunakan harus inovatif dan adaptif, usaha tersebut harus memiliki inklusi sosial dan mampu mendorong multiplier effect yang luas dalam perekonomian. Dengan empat prinsip tersebut pada tahun 2013, KIMBis Cakradonya di Banda Aceh melakukan implementasi ekonomi biru dengan menggunakan teknologi Integrated Multitropic Aquaculture (IMTA). Teknologi ini mengutamakan budidaya kepiting soka sebagai komoditas target, diintegrasikan dengan komoditas bandeng dan rumput laut sebagai komoditas non-target. Tulisan ini bertujuan untuk memberi gambaran hasil pelaksanaan implementasi prinsip ekonomi biru dengan menggunakan teknologi IMTA. Hasil implementasi menunjukkan bahwa kondisi perairan kawasan implementasi IMTA sangat baik untuk dikembangkan budidaya kepiting soka, rumput laut dan bandeng secara terpadu. Sementara itu, data pertambahan berat kepiting soka selama 45 hari adalah: 11 gram per ekor dengan tingkat kematian 10%. Pertambahan berat rumput laut menunjukkan hasil yang sangat baik karena mengalami pertambahan 100% dibandingkan dengan berat awal penanaman. Namun, ikan bandeng tidak mengalami pertumbuhan yang cukup baik bila dibandingkan dengan pertumbuhan nener bandeng dibesarkan di kolam pada umumnya. Penerapan prinsip Blue Economy pada budidaya kepiting soka berpotensi menghasilkan limbah cangkang kepiting sekitar 1 kuintal per hektar per hari, sehingga jika usaha ini berkembang sekitar 100 hektar akan terdapat potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sebanyak 100 kuintal per hari (10 ton). Implementasi Blue Economy ini sangat bergantung pada tingkat partisipasi para pemangku kepentingan di luar satker litbang. Oleh sebab itu, hasil kegiatan ini mengusulkan perlu dilakukan sosialisasi lanjutan kepada SKPD dan masyarakat, termasuk enterpreneur agar level partisipasi mereka dalam kegiatan KIMBis berada pada level involvement. Dengan level partisipasi tersebut maka implementasi blue economy dapat memenuhi prinsip-prinsip minimize waste, inklusi sosial, teknologi inovatif dan adaptif serta memiliki multiplier effect yang luas.
Diseminasi dan Adopsi Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (Studi Kasus: Kegiatan Iptekmas BBRP2BKP di Yogyakarta) Christina Yuliaty; Freshty Yulia Arthatiani; Zahri Nasution
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 6, No. 1, Tahun 2011
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1199.558 KB) | DOI: 10.15578/marina.v6i1.5807

Abstract

Diseminasi inovasi Teknologi pengolahan hasil perikanan merupakan salah satu kegiatan yang tertuang dalam bentuk Iptekmas di lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kelautan dan Perikanan. Makalah ini bertujuan memaparkan hasil evaluasi diseminasidan adopsi inovasi teknologi pengolahan tersebut di wilayah Yogayakarta. Kegiatan Iptekmas ini dilakukan oleh Balai Besar Riset pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP) pada tahun 2009 dan dievaluasi hasilnya pada tahun 2010. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif terkait dengan kriteria tepat guna bagi suatu inovasi teknologi. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pengolah hasil perikanan yang menerima inovasi teknologi. Teknik analisis data yang digunakan deskripsi kualitatif. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa inovasi teknologi pengolahan hasil perikanan yang didiseminasikan pada tahun 2009 telah diadopsi oleh penerima teknologi sesuai dengan kebutuhannya. Teknologi tersebut berupa inovasi peralatan dan metode pengolahan. Inovasi teknologi yang diadopsi dapat secara mudah diadopsi dan secara ekonomi telah menguntungkan serta meningkatkan pendapatan penerima teknologi. Di sisi lain diperlukan adanya difusi inovasi teknologi serupa kepada pengolah lainnya sehingga mereka mendapatkan manfaat yang sama.