Edi Sugianto
Sekolah Tinggi Teologi Tabernakel Indonesia, Surabaya

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

REFLEKSI BIBLIS-TEOLOGIS TERHADAP TEOLOGI FEMINIS (BIBLIS-THEOLOGICAL REFLECTION OF FEMINIST THEOLOGY) Edi Sugianto; Christian Ade Maranatha
QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies Vol 1 No 2 (2019): QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies
Publisher : Widya Agape School of Theology and Indonesia Christian Theologians Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1634.775 KB) | DOI: 10.46362/quaerens.v1i2.7

Abstract

The fact of the unbalanced treatment of women in various fields has been a struggle for women for centuries. This is the background of the emergence of the women's movement in the 20th century, including feminism, the emancipation of women and women's liberation, which provides a major change for women in modern society. This women's movement presents a new challenge for Christianity, specifically Feminism Theology, which is a theological movement that seeks to form theological vision and reflection through the perspective of oppressed / oppressed women, as a critique of global culture and siding with social justice for women's rights, both within churches and academic institutions and the wider community that tend to be patriarchal. The history of the development of this theology was pioneered by Letty Mandeville Russell; Mary Daly; Rosemary Radford Ruether; Virginia Ramey Mollenkott; and Elizabeth Schüssler Fiorenza. This theology belongs to three groups, namely: radical feminism theology, emancipation and renewal. The challenge raised by this theology is regarding the concept of the Bible, God, Salvation and the Church from exclusively feminist perspective. Based on biblical-theological reflection on the perspective of feminist theology, a new paradigm in the study of the hermeneutics of the Bible is found, namely the perspectives of feminism that may be overlooked, but still prioritize appropriate methods of interpretation so as to provide objective and biblical understanding. Fakta perlakuan terhadap kaum perempuan yang tidak seimbang dalam berbagai bidang telah menjadi pergumulan kaum perempuan selama berabad-abad. Hal tersebut melatar-belakangi munculnya gerakan kaum perempuan pada abad ke-20, di antaranya feminisme, emansipasi perempuan dan women’s liberation, yang memberikan perubahan besar bagi kaum perempuan dalam masyarakat modern. Gerakan perempuan ini memberikan tantangan baru bagi Kristenan, secara khusus Teologi Feminisme, yaitu suatu gerakan teologi yang berusaha membentuk visi dan refleksi teologis melalui sudut pandang perempuan yang tertekan/tertindas, sebagai kritik budaya global dan memihak keadilan sosial bagi hak azasi perempuan, baik di dalam gereja maupun institusi akademis dan masyarakat luas yang cenderung patriarkal. Sejarah perkembangan dari teologi ini dipelopori oleh Letty Mandeville Russell; Mary Daly; Rosemary Radford Ruether; Virginia Ramey Mollenkott; dan Elizabeth Schüssler Fiorenza. Teologi ini tergolong dalam tiga kelompok, yaitu: teologi feminime yang bersifat radikal, emansipasi dan pembaharuan. Adapun tantangan yang dimunculkan oleh teologi ini adalah berkenaan dengan konsep tentang Alkitab, Allah, Keselamatan dan Gereja dari persektif eksklusif feminis. Berdasarkan refleksi biblis-teologi terhadap perspektif teologi feminisme tersebut, maka ditemukan suatu paradigma baru dalam studi hermeneutik Alkitab, yaitu perspekstif feminisme yang mungkin terabaikan, namun tetap mengutamakan metode penafsiran yang tepat sehingga memberikan pemahaman yang objektif dan biblikal.
Refleksi Pada Relasi Antara Teologi dan Filsafat Dalam Perspektif Teologi Injili Bobby Kurnia Putrawan; Edi Sugianto; Yan Kristianus Kadang
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol 4, No 2 (2020): Juli
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.216 KB) | DOI: 10.46445/ejti.v4i2.218

Abstract

The pros and cons of philosophy and theology have a reputation in the history of Chris-tianity. The importance of understanding philosophy and its importance can be explained correctly. Re-flections on the relationship between philosophy and theology will help Christians sharpen and develop their theology, especially evangelical theology. Therefore, philosophy and theology need to be har-moniously correlated in knowing God through His truth, by always thinking of God and advancing God's word through the perspective of evangelical theology. Philosophy and theology are mutually reinforcing and sharpening. Meanwhile, the relationships offered are mutually constructive in their task as a means of knowing God and also to build insight into the evangelical Christian world. Relasi pro dan kontra mengenai filsafat dan teologi telah tergores di dalam sejarah ke-kristenan. Pentingnya memahami filsafat dan  teologi sangatlah penting, sehingga dapat merelasikan ke-duanya secara tepat. Refleksi terhadap relasi antara filsafat dan teologi akan membantu orang Kristen untuk menajamkan dan mengembangkan teologinya, khusus teologi injili. Oleh sebab itu, filsafat dan teologi perlu direlasikan secara harmonis di dalam mengenal Allah melalui kebenaran-Nya, dengan senantiasa bersikap takut akan Allah dan menghargai firman Allah melalui perspektif teologi injili. Keilmuan filsafat dan teologi saling menguatkan dan menajamkan. Adapun relasi yang dimaksud ialah keduanya digunakan saling membangun dalam tugasnya sebagai sarana pengenalan akan Allah serta sebagai kerangka untuk membangun wawasan dunia Kristen yang injili.
Studi Karakteristik Tipologi Alkitab Dan Relevansinya Bagi Hermeneutika Tabernakel Musa dan Keimamatannya Sugianto, Edi
Jurnal Teologi Injili Vol. 4 No. 2 (2024): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi ATI Anjungan Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55626/jti.v4i2.138

Abstract

Alkitab adalah tulisan yang diilhamkan Allah yang bermanfaat untuk pendewasaan orang percaya. Namun terkadang ada bagian Alkitab yang dipandang tidak relevan. Penyataan di dalam Perjanjian Lama tidak jarang dianggap sudah usang dan kuno sehingga kurang diminati bahkan diabaikan. Salah satu penyataan tersebut adalah mengenai Tabernakel/Kemah Suci Musa. Tabernakel Musa merupakan penyataan Allah tentang pola keselamatan yang disediakan Allah bagi pemulihan relasi manusia dengan Allah. Studi tentang Tabernakel seringkali dianggap usang, karena itu semua telah digenapi di dalam Yesus Kristus. Selain itu, pengajaran tentang Tabernakel juga ada yang dinilai terlalu alegoris karena melihat makna rohani dari setiap detail dari Tabernakel. Penelitian ini berusaha menutupi research knowledge gap dari penelitian terdahulu tentang bagaimana makna Tabernakel Musa dapat diselidiki dengan pendekatan Tipologis, dengan cara menguraikan karakteristik atau aspek Tipologi yang Alkitabiah dan relevansinya terhadap hermeneutika Tabernakel Musa. Untuk itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif, yaitu hermeneutik dengan pendekatan interpretatif. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan penafsiran tipologi Alkitab memiliki kategori atau karakteristik yang bersifat historis, profetis, kristologis-soteriologis, eklesiologis, dan eskatologis. Pendekatan penafsiran tipologis sangat relevan bagi hermeneutik Tabernakel Musa dengan segala system keimamatannya, sebab Tabernakel memenuhi prinsip-prinsip karakteristik tersebut. Untuk itu, sebagai rekomendasi penelitian selanjutnya dapat melakukan studi tipologis secara mendetail terhadap komponen atau perabotan Tabernakel Musa dan keimamatannya, guna semakin mengenal pribadi dan karya keselamatan Kristus serta semakin memahami bagaimana orang percaya hidup sebagai Tabernakel rohani.
From Temptation to Sin: A Theological Study of Human Moral Struggles Sugianto, Edi
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol 9 No 1 (2025): March
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46445/ejti.v9i1.850

Abstract

Sin has damaged human relationships with God, fellow beings, and the universe. It could only be resolved by God's grace. Even believers who have been redeemed still have the potential to fall into sin when faced with temptation. The purpose of this research is to discover and describe the pattern of human fall into sin and the efforts of believers in resisting temptation and fighting sin. This study employs a qualitative theological research method with text analysis. The findings reveal that the pattern of falling into sin begins with temptation, which enters through the five senses and is then processed by the human mind and heart. The response is subsequently expressed in thoughts, feelings, and actions. A sinful heart tends to lead a person toward sin, whereas a heart filled with God's Word is more likely to overcome trials and endure tests of faith. Therefore, believers must fill and guard their hearts with God’s Word so that their hearts, minds, and will align with His will and are reflected in actions that glorify Him.
Perspektif Kristosentris Terhadap Perabotan dan Perkakas Tabernakel: Suatu Makna Rohani Bagi Orang Percaya Budiono, Paulus; Kusuma, Setio Dharma; Utami, Sri Ayu Dyah; Sugianto, Edi; Saputra, Sion
Skenoo : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 3 No. 1 (2023): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tabernakel Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55649/skenoo.v3i1.56

Abstract

Penyataan Tabernakel yang cukup mendominasi dalam Alkitab menunjukkan pentingnya studi perihal Tabernakel. Pembahasan akademis literatur bahasa Indonesia tentang Tabernakel masih sangat sedikit dibandingkan dengan pembahasan secara praktika khotbah. Penyataan Allah ini perlu dipahami gereja dalam menghidupi kehendak Tuhan. Tabernakel memberikan suatu gambaran keselamatan Allah dalam Yesus Kristus. Karena itu, artikel ini bertujuan untuk membahas perabotan dan perkakas Tabernakel dari perspektif Kristosentris sebagai pembelajaran rohani bagi orang percaya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan kajian pustaka teologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Allah melalui Tabernakel menyatakan diri-Nya dan diam di tengah-tengah umat-Nya. Pelayanan dalam Tabernakel merupakan gambar bayang keselamatan yang dikerjakan-Nya dalam Yesus Kristus. Ketiga belas perabotan dan perkakas yang ada di dalam Tabernakel memiliki makna rohani masing-masing yang menunjuk pada Yesus Kristus (Kristosentris). Orang percaya perlu menghidupi makna rohani yang dinyatakan. Sementara itu, penelitian lebih lanjut tentang Tabernakel perlu dilakukan guna pemahaman yang semakin progresif & komprehensif.
Studi Teologis Frasa “Keduanya Menjadi Satu Daging” Sebagai Analogi Konsep Keberadaan Allah Tritunggal Sugianto, Edi
Jurnal Teologi Injili Vol. 3 No. 2 (2023): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi ATI Anjungan Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55626/jti.v3i2.57

Abstract

Konsep Allah Tritunggal adalah suatu misteri tentang Allah yang tidak mudah dipahami oleh manusia yang terbatas, sehingga seringkali menimbulkan polemik baik secara internal maupun eksternal Kristen. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjelaskan konsep Allah Tritunggal dalam beragam ilustrasi yang biasanya diambil secara implisit dari Alkitab, bahkan juga dari wahyu umum. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara eksplisit tentang analogi konsep keberadaan Allah Tritunggal dalam teks Alkitab, secara spesifik dari frasa “Keduanya Menjadi Satu Daging”. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan interpretatif terhadap wawasan biblikal dan literatur terpercaya yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frasa “Keduanya Menjadi Satu Daging” menggambarkan manusia sebagai gambar dan rupa Allah. Kejamakan pribadi (suami-istri) yang satu daging dalam pernikahan mencerminkan keberadaan kejamakan Pribadi (Bapa, Anak, dan Roh Kudus) dalam hakikat Allah yang Esa. Aspek ontologis dan ekonomis dalam relasi suami-istri juga mencerminkan relasi yang ada dalam Allah Tritunggal. Kasih yang mengikat suami istri juga merefleksikan relasi kasih kekal dari Allah Tritunggal. Jadi, frasa yang dinyatakan tersebut setidaknya meneguhkan kebenaran pengajaran Allah Tritunggal sejauh Allah menyatakan diri-Nya.
Perspektif Wawasan Dunia Kristen Terhadap Tabernakel (Tempat Kudus Allah) dan Implikasinya Bagi Orang Percaya Sugianto, Edi
Jurnal Teologi Injili Vol. 4 No. 1 (2024): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi ATI Anjungan Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55626/jti.v4i1.68

Abstract

Penyataan Tabernakel yang dominan di Alkitab mengindikasikan suatu hal penting yang perlu diperhatikan. Tabernakel telah diselidiki dengan berbagai perspektif baik secara akademis maupun praktis, namun tulisan tentang topik ini di Indonesia masih sedikit. Artikel ini bertujuan melihat penyataan Alkitab tentang Tabernakel sebagai tempat kudus Allah dari perspektif wawasan dunia Kristen guna memperkaya literatur di Indonesia. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan interpretatif. Penelitian ini menemukan bahwa dalam Creation, Tabernakel nyata melalui dunia yang diciptakan Allah dengan Taman Eden sebagai tempat Kudus-Nya, dimana Allah hadir dan manusia dapat berelasi serta bersekutu secara harmonis dengan-Nya. Selanjutnya, dalam Fall, Tabernakel memperlihatkan dosa sebagai sesuatu yang memisahkan manusia dengan Allah, sehingga perlu perantara untuk menghampiri-Nya. Kemudian, pada Redemption, Tabernakel merupakan sarana dan prasarana yang disediakan Allah agar manusia dapat kembali berelasi dan bersekutu dengan-Nya, yaitu pola penebusan dalam Tabernakel Musa yang digenapi dalam pribadi dan karya Kristus, serta diproklamasikan melalui gereja yang telah ditebus-Nya. Lalu, pada consummation, Tabernakel adalah Allah sendiri di dalam taman Firdaus kekal, dimana relasi dan persekutuan manusia dengan Allah dipulihkan secara sempurna. Hal ini berimplikasi bagi orang percaya untuk bersyukur dengan mempersembahkan hidup dan memproklamasikan penyelamatan Allah. Akhirnya, topik Tabernakel tentang Yesus Sang Tabernakel sejati dalam karya keselamatan perlu terus diselidiki, sehingga semakin memperkaya literatur khususnya berbahasa Indonesia.
Sakramen Perjamuan Kudus sebagai Tanda Perjanjian dan Antisipasi Eskatologis Pesta Kawin Anak Domba Lunardi, Jeconiah; Sugianto, Edi
Jurnal Teologi Injili Vol. 5 No. 2 (2025): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi ATI Anjungan Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55626/jti.v5i2.188

Abstract

Gereja adalah Mempelai Kristus yang yang relasinya digambarkan dalam metafora pernikahan dan disimbolkan melalui sakramen Perjamuan Kudus. Gereja adalah mempelai wanita Kristus, terikat dalam perjanjian ilahi yang berakar dari Perjanjian Lama. Namun dalam praktiknya belum sepenuhnya dipahami maknanya oleh umat Allah. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan bagaimana Sakramen Perjamuan Kudus menunjukkan cicipan Pesta Kawin Anak Domba yang akan datang dan mengingatkan umat akan janji kedatangan Kristus kembali. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif dengan pendekatan interpretatif dan riset kepustakaan. Tulisan ini menghasilkan temuan: Pengajaran Mempelai menekankan hubungan eskatologis antara Kristus dan Gereja sebagai mempelai; Sakramen Perjamuan Kudus berfungsi sebagai tanda perjanjian yang kelihatan, tindakan simbolis dan bentuk kehadiran Kristus; sintesa dua teori ini menghasilkan temuan bahwa sakramen Perjamuan Kudus merupakan antisipasi dari Pesta Kawin Anak Domba di akhir zaman. Sehingga orang percaya sebagai mempelai wanita Kristus lebih menghayati ketika mempraktikkan Perjamuan Tuhan yaitu memperingati Karya Kristus serta memberitakan-Nya dalam perkataan dan perbuatan hingga kedatangan-Nya yang kedua kali.