Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Kajian Kriteria Hisab Global Turki dan Usulan Kriteria Baru MABIMS dengan Menggunakan Algoritma Jean Meeus Nursodik, Nursodik
Al-Ahkam Volume 28, Nomor 1, April 2018
Publisher : Faculty of Shariah and Law, State Islamic University (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.847 KB) | DOI: 10.21580/ahkam.2018.18.1.2353

Abstract

In Indonesia, the issue of the beginning of the month always invites polemic differences in the beginning of the month. Especially those related to fasting, Idul Fitri, and Arafah days. Because, many criteria for determining the beginning of the month. And have the disagreement to unite the calendar in an integrated way. This paper examines global criteria Turkey 2016 and has compared them with the New-MABIMS criteria that use astronomical algorithms Jean Meeus. How suitability of both criteria and Implementation to serve as an integrated Islamic calendar reference. The problems were discussed trough comparative study by testing some parameters on cities in the world. In this paper was presented that frequency of conformity values within 100 years in the New-MABIMS criteria is better than Turkey criteria to be made Unified Islamic calendars references. As for Turkey criteria, there are many cases, if implemented in Indonesia.[]Di Indonesia, persoalan penentuan awal bulan selalu mengundang polemik perbedaan dalam mengawali bulan. Khususnya yang berhubungan penentuan awal puasa, hari raya, dan hari arafah. Salah satu penyebabnya karena banyaknya kriteria penentuan awal bulan dan tidak adanya kesepakatan untuk menyatukan kalender secara terpadu. Artikel ini dimaksud untuk mengkaji kriteria hisab global dan perbandingannya dengan usulan Kriteria Baru MABIMS (KBM) dengan menggunakan algoritma Jean Meeus. Bagaimana kesesuaian kedua kriteria tersebut dan implementasi kedua teori tersebut untuk dijadikan sebagai rujukan kalender Islam terpadu. Permasalahan tersebut dibahas melalui studi komparatif dengan menguji beberapa parameter pada beberapa kota di dunia. Dalam artikel ini menunjukkan frekuensi nilai kesesuaian Kriteria Baru MABIMS selama 100 tahun memiliki potensi lebih baik untuk dijadikan rujukan kalender Islam Terpadu. Adapun untuk kriteria hisab global Turki terdapat banyak kasus jika di­implementasikan di Indonesia.
Tinjauan Fikih dan Astronomi Kalender Islam Terpadu Jamāluddīn ‘Abd Ar-Rāziq serta Pengaruhnya terhadap Hari Arafah Nursodik, Nursodik
Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam Vol 10 No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Syariah IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2710.455 KB) | DOI: 10.24090/mnh.v10i1.922

Abstract

Diskursus perumusan kalender Islam menjadi sangat penting adanya, mengingat setiap peradaban manusia dituntut untuk menciptakan suatu sistem kalender yang dapat mengatur tatanan waktu dalam kehidupan sosial (muamalah) maupun keagamaan (ibadah). Dalam Islam sendiri kalender menjadi salah satu fungsi utama dalam hal untuk penetapan awal bulan kamariah, khususnya Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah. Adapun persoalan yang terjadi dalam penentuan awal bulan selalu mengundang polemik yang nyaris mengancam persatuan dan kesatuan umat. Salah satunya dengan banyaknya kriteria penentuan awal bulan dan tidak adanya kesepakatan untuk menyatukan kalender secara global. Tulisan ini membahas gagasan pemikiran Jamāluddīn ‘Abd ar-Rāziq tentang kalender Islam global.Astronom dari Maroko ini mengusulkan konsep kalender Islam Terpadu (Unifikatif) dengan prinsip “satu hari satu tanggal dan satu tanggal satu hari di seluruh dunia”.Tulisan ini juga difokuskan untuk menelusuri pemikiran kalender Islam internasional terpadu Jamāluddīn ‘Abd ar-Rāziq dalam sudut pandang astronomi dan fikih dan pengaruhnya terhadap penyatuan hari arafah di dunia Islam.
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER KELAS XI SMK MA’ARIF 9 KEBUMEN nursodik nursodik
Auto Tech: Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif Universitas Muhammadiyah Purworejo Vol 4, No 2 (2014): Jurnal Auto Tech
Publisher : Pendidikan Teknik Otomotif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (539.945 KB) | DOI: 10.37729/autotech.v4i2.1299

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan keaktifan belajar siswa dengan metode Numbered Head Together ( NHT ) pada mata pelajaran kelistrikan otomotif kelas XI otomotif 3 SMK Ma’arif 9 Kebumen tahun pelajaran 2013 / 2014. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI otomotif 3 yang berjumlah duapuluh delapan siswa. Instrument yang digunakan untuk  mengumpulkan data adalah angket keaktifan siswa. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan prosentase keaktifan belajar siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa prosentase keaktifan belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 74,07% atau sejumlah 20 siswa, dan pada siklus II keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 77,78% atau sejumlah 21 siswa.   Kata kunci: keaktifan belajar, Numbered Head Together.
Study of Verses of the Hisab Rukyah in Astronomical Perspective Nursodik Nursodik
Al-Mizan (e-Journal) Vol. 14 No. 1 (2018): Al-Mizan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (580.929 KB) | DOI: 10.30603/am.v14i1.930

Abstract

The discourse of the verses of the Qur’an regarding the reckoning (hisab) and determining date by sighting of moon (rukyat) did not find passages that describe implicitly on an initial determination by using the lunar month of reckoning, but explicitly there are several verses in the Qur'an that mention reckoning in relation to the existence position of the moon and sun. The correlation or relationship verses of the Koran to the concept of astronomy (reckoning rukyah) based on the interpretations and asbab al-nuzul show harmony with the science of astronomy. Therefore, the science of astronomy is needed as a tool for understanding the verses of Allah in the Qur'an and in the universe. Thus signaling a clear and complete information about the procedure of reckoning and rukyat preliminary determination of the Moon in the Qur'an now we'll get to bridge the bridge between the message of the Qur'an and as-Sunnah (proposition syar'i), rukyat or observation and reckoning is required a comprehensive understanding of the objective - scientific paradigm in understanding the concept of reckoning and rukyah as a single entity that can not be separated.
PROBLEMATIKA PENERAPAN NEO MABIMS DALAM PENENTUAN AWAL BULAN RAMADAN, SYAWAL DAN DZULHIJJAH 1443 H DI INDONESIA Hariyono Hari Yono; Nursodik Nursodik
Jurnal Al-Fatih Vol 4 No 2 (2021): Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2021
Publisher : STIT Al-Ittihadiyah Labuhanbatu Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The problem of unification of the Hijri calendar which is still a question mark whether it can be realized, especially in Indonesia because of differences in the method or method in determining the initial change of the Hijri Month. In Indonesia, each Islamic Organization has quite different methods and criteria in determining the beginning of the Hijri Month, such as Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyyah, Islamic Association (PERSIS), Naqsabandiyah, AnNadzir, Washiliyah and Aboge. So then, this is the result of the emergence of differences in the beginning of fasting Ramadan, fasting Arafah, Eid al-Fitr and Eid al-Adha in Indonesia dragging on until now. Meanwhile, the government as the sole authority has made various efforts to unify the Hijri calendar in Indonesia, namely with the criteria for Neo Visibility Hilal MABIMS (3-6.4) which was just ratified on December 8, 2021. This research is a qualitative research in the form of field research, this type of research is field research, namely research whose object is about the symptoms or events that occur in community groups. However, the fact is that the difference in starting the Lunar month in Indonesia is caused by various factors, namely: Visibility factor, Nash factor, and Political factor.
SERTIFIKASI ARAH KIBLAT DI KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH nursodik, nursodik
Madani: Jurnal Pengabdian Ilmiah Vol. 1 No. 1 (2018): MADANI Jurnal Pengabdian Ilmiah
Publisher : LP2M IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (985.4 KB) | DOI: 10.30603/md.v1i1.715

Abstract

Di Indonesia, problematika umat mengenai kiblat masih mengakar di masyarakat. Banyak ditemukan masjid dan mushalla yang kiblatnya berbeda. Sebagai akibat perbedaan tersebut sering terjadi perselisihan atau sengketa antar kelompok. Di Kudus, daerah yang terkenal dengan ketokohan falaknya di Indonesia ditemukan adanya permasalahan mengenai sertifikasi arah kiblat yang dilakukan oleh tim Badan Hisab Rukyah Daerah masih mengundang gejolak di tengah masyarakat. Hal ini karena adanya anggapan atau respon remeh dan sikap acuh masyarakat saat pembangunan dan penentuan arah kiblat masjid, musala, ataupun surau. Mereka cenderung menyerahkan sepenuhnya pada tokoh-tokoh dari kalangan yang menjadi figur yang berpengaruh, berkarisma, dan berwibawa diantara mereka. Tulisan ini merupakan hasil pengabdian masyarakat, Dimana sumber data yang ada dalam tulisan ini dari masyarakat langsung, dan wawancara informan. Hasil pengabdian masyarkat ini menunjukan beberapa pandangan dari kalangan masyarakat seperti takmir dan tokoh masyarakat peran dan langkah yang dilakukan oleh tim Badan hisab Rukyah dalam melakukan sertifikasi arah kiblat. Mereka menginginkan adanya proses pendekatan mufakat antar masyarakat, ulama, dan takmir masjid setempat sebelum diadakannya pengukuran arah kiblat.
PENGARUH PEMAHAMAN FATWA MUI TERHADAP MINAT BELI MASYARAKAT MUSLIM PADA PRODUK ISRAEL DAN YANG TERAFILIASI Ardi, Unggul Suryo; Raharjo, Raharjo; Nursodik, Nursodik
Al-Mizan (e-Journal) Vol. 20 No. 2 (2024): Al-Mizan (e-Journal)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30603/am.v20i2.4810

Abstract

The conflict between Palestine and Israel has caused mixed responses in society. This war which claimed tens of thousands of lives gave rise to various humanitarian actions, one of which was the response of the Indonesian Ulama Council (MUI) which issued a fatwa regarding the legal status of support for the Palestinian struggle, namely a fatwa discussed the clause regarding the prohibition on consuming Israeli and affiliated products. This research aims to identify how much influence the understanding of MUI Fatwa No. 83 of 2023, regarding the Muslim community's buying interest in Israeli and affiliated products. This quantitative research uses a data collection technique in the form of a questionnaire distributed via Google Forms to the Muslim community in Semarang, and the data analysis technique used is simple regression using the W-Stats version 2.0 program to process the data. This research uses 1 independent variable, namely Understanding MUI Fatwa No. 83 in 2023, and 1 dependent variable, namely buying interest. Data was obtained from questionnaires distributed to 50 subjects from the Semarang Muslim community who were selected using a probability sampling technique using a simple random sampling method and measured using a Likert scale. The research results show the influence of understanding MUI Fatwa No. 83 Yr. 2023 is a significant year for the lack of public interest in purchasing Israeli and affiliated products. Where the regression coefficient value is 2.011% (0.02) which is smaller than 5% (0.05). The public's understanding of fatwas that influence purchasing interest in Israeli products and affiliated ones is a behavior or attitude in line with Ibn al-Qayyim's concept of saddu al-dzari'ah. In this context, avoiding the purchase or consumption of such products serves as a means of preventing potential harm (mafsadat) and danger (mudharat).