Muhammad Obie
Mahasiswa Program Doktor pada Program Studi Sosiologi Pedesaan, Sekolah Pascasarjana, IPB, Dosen pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Sultan Amai, Gorontalo

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

SEJARAH PENGUASAAN SUMBER DAYA PESISIR DAN LAUT DI TELUK TOMINI Obie, Muhammad; Soetarto, Endriatmo; Soemarti, Titik; Saharuddin, Saharuddin
Paramita: Historical Studies Journal Vol 25, No 1 (2015): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v25i1.3422

Abstract

This article aims to analyze the historical milestones of coastal and sea resources management in Tomini Bay. It used a critical theory paradigm with two strategies, namely historical sociology and case studies. The collected data were primary and secondary ones, then were analyzed by using qualitative approach. The analysis results indicated that coastal and sea management in To-mini Bay could be divided into era before 1901, when Bajo Tribe was the sea adventurer in To-mini Bay as well as owning the resources. Since 1901 to independence era of Old Order, Bajo tribe began to settle to coastal area, built houses above the sea surfaces with economic resources coming from fishing and other sea pickings.  During the New Order, precisely from 1977 to Reformation Order, the existence of Bajo Tribe was terribly disturbed by the wood company, fishpond, and conservation policy. In this era, Bajo Tribe faced the resettlement pressure that caused their community was divided, Sea Bajo and Land Bajo.  This reality caused the access of the Land Bajo community to the coastal and sea resources was limited, while the Sea Bajo community was progressively under the pressure of of the expansion of the wood company, fishpond, and conservation policy.Key words: Bajo Tribe, wood company, fishpond, conservation, resettlement, cultural tourismTujuan penelitian ini adalah menganalisis tonggak-tonggak sejarah penguasaan sumber daya pesisir dan laut di Teluk Tomini. Penelitian ini menggunakan paradigma teori kritis, dengan strategi sosiologi sejarah dan studi kasus. Data yang terkumpul berupa data primer dan data sekunder, kemudian dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan sumber daya pesisir dan laut di Teluk Tomini dapat dibagi atas masa sebelum tahun 1901, yang ditandai Suku Bajo sebagai pengembara laut di Teluk Tomini sekaligus me-nguasai sumber daya yang ada. Sejak tahun 1901 sampai masa kemerdekaan (Orde Lama), Suku Bajo mulai hidup menetap dengan membangun rumah di atas permukaan laut, ekonomi bersumber dari menangkap ikan di pesisir dan mengumpulkan hasil-hasil laut lainnya. Memasuki Orde Baru, tepatnya mulai tahun 1977 sampai Orde Reformasi, eksistensi Suku Bajo mulai terganggu dengan masuknya perusahaan kayu, tambak, dan kebijakan konservasi. Di era ini Suku Bajo mengalami tekanan resettlement, menyebabkan komunitas mereka terbelah. Akses komunitas Bajo Darat ke laut menjadi terbatas, sementara komunitas Bajo Laut makin terjepit oleh ekspansi perusahaan kayu, tambak, dan kebijakan konservasi.Kata-kata kunci: Suku Bajo, perusahaan kayu, usaha tambak, konservasi, resettlement, pariwisata budaya  
SEJARAH PENGUASAAN SUMBER DAYA PESISIR DAN LAUT DI TELUK TOMINI Obie, Muhammad; Soetarto, Endriatmo; Soemarti, Titik; Saharuddin, Saharuddin
Paramita: Historical Studies Journal Vol 25, No 1 (2015): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v25i1.3422

Abstract

This article aims to analyze the historical milestones of coastal and sea resources management in Tomini Bay. It used a critical theory paradigm with two strategies, namely historical sociology and case studies. The collected data were primary and secondary ones, then were analyzed by using qualitative approach. The analysis results indicated that coastal and sea management in To-mini Bay could be divided into era before 1901, when Bajo Tribe was the sea adventurer in To-mini Bay as well as owning the resources. Since 1901 to independence era of Old Order, Bajo tribe began to settle to coastal area, built houses above the sea surfaces with economic resources coming from fishing and other sea pickings.  During the New Order, precisely from 1977 to Reformation Order, the existence of Bajo Tribe was terribly disturbed by the wood company, fishpond, and conservation policy. In this era, Bajo Tribe faced the resettlement pressure that caused their community was divided, Sea Bajo and Land Bajo.  This reality caused the access of the Land Bajo community to the coastal and sea resources was limited, while the Sea Bajo community was progressively under the pressure of of the expansion of the wood company, fishpond, and conservation policy.Key words: Bajo Tribe, wood company, fishpond, conservation, resettlement, cultural tourismTujuan penelitian ini adalah menganalisis tonggak-tonggak sejarah penguasaan sumber daya pesisir dan laut di Teluk Tomini. Penelitian ini menggunakan paradigma teori kritis, dengan strategi sosiologi sejarah dan studi kasus. Data yang terkumpul berupa data primer dan data sekunder, kemudian dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan sumber daya pesisir dan laut di Teluk Tomini dapat dibagi atas masa sebelum tahun 1901, yang ditandai Suku Bajo sebagai pengembara laut di Teluk Tomini sekaligus me-nguasai sumber daya yang ada. Sejak tahun 1901 sampai masa kemerdekaan (Orde Lama), Suku Bajo mulai hidup menetap dengan membangun rumah di atas permukaan laut, ekonomi bersumber dari menangkap ikan di pesisir dan mengumpulkan hasil-hasil laut lainnya. Memasuki Orde Baru, tepatnya mulai tahun 1977 sampai Orde Reformasi, eksistensi Suku Bajo mulai terganggu dengan masuknya perusahaan kayu, tambak, dan kebijakan konservasi. Di era ini Suku Bajo mengalami tekanan resettlement, menyebabkan komunitas mereka terbelah. Akses komunitas Bajo Darat ke laut menjadi terbatas, sementara komunitas Bajo Laut makin terjepit oleh ekspansi perusahaan kayu, tambak, dan kebijakan konservasi.Kata-kata kunci: Suku Bajo, perusahaan kayu, usaha tambak, konservasi, resettlement, pariwisata budaya  
KONFLIK ETNIS DI PESISIR TELUK TOMINI: TINJAUAN SOSIO-EKOLOGI POLITIK Obie, Muhammad; Soetarto, Endriatmo; Sumarti, Titik; Saharuddin, Saharuddin
AL-TAHRIR Vol 14, No 2 (2014): Resolusi Konflik Berbasis Multikulturalisme dalam Islam
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/al-tahrir.v14i2.75

Abstract

Conflicts have colored human history and occurred in various places. The ranges of conflict vary, from international, national to local scales. There can be economical, political, territorial and other sorts of conflict. One example of common type of the conflicts in Indonesia is local ethnic conflict between Indonesian local government and Bajo ethnic over marine territory at Tomini bay. This research aims not only to analyze this conflict at Tomini bay area but also to explore its causes, types, and resolution. The research uses critical theory and applies historical sociology and case study. The data is analyzed through qualitative method. The research shows that the ethnic conflict at Tomini bay was stimulated by the local government decision to give a license to a timber company and fishing industry at the bay. This policy has threatened Bajo’s social and economic systems at the bay and triggered authority, economy and knowledge conflicts. Intensive dialogues have been conducted to resolve the conflicts but have not yielded significant resolution. The best solution to terminate the conflict and give legal certainty over the use of the bay area is that the conflicting zones must be mapped justly and all interests are accommodated equally.
Modernisasi dan Pergeseran Praktik Kearifan Lokal pada Pertanian Jagung di Provinsi Gorontalo Hunowu, Momy; Tamu, Yowan; Obie, Muhammad; Badu Pakuna, Hatim
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 9 No. 2 (2021): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22500/9202134841

Abstract

Modernisasi teknologi pertanian telah mendominasi aktivitas pertanian di Gorontalo. Tulisan ini mendeskripsikan perubahan praktik pertanian jagung dari berbasis kearifan lokal dan solidaritas sosial menjadi berbasis teknologi. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menjadikan 25 petani sebagai partisipan untuk didalami pengetahuannya dan diamati aktivitas pertaniannya. Penelitian ini menemukan bahwa praktik pertanian berbasis kearifan lokal sudah tidak ditemukan lagi. Kearifan lokal ini terdiri dari tradisi mopo’a huta dan panggoba sebagai sistem pertanian yang berbasis solidaritas sosial dan ramah lingkungan. Tradisi ini berganti dengan sistem pertanian modern yang dianggap lebih efektif dengan hasil produksi yang melimpah. Modernisasi di dalam sistem pertanian selain memberikan efek yang baik juga telah mengakibatkan banyak perubahan, baik secara ekonomi, sosial budaya dan ekologi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sebagai akibat dari modernisasi pertanian jagung: 1) telah terjadi pergeseran tenaga kerja dan modal, 2) terjadi pergeseran kearifan lokal, dan 3) terjadi degradasi lingkungan dan ketimpangan sosial.
Analisis Sentimen Terhadap Pengungsi Rohingya Di Aceh Menggunakan Algoritma Naive Bayes dan Support Vector Machine Obie, Muhammad; M. Abu Jihad Plaza R.
Sienna Vol 5 No 2 (2024): Sienna Volume 5 Nomor 2 Desember 2024
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Kotabumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47637/sienna.v5i2.1430

Abstract

Krisis kemanusiaan di Myanmar pada 2017 menyebabkan gelombang pengungsi Rohingya mencari perlindungan di negara-negara tetangga, termasuk Indonesia. Aceh menjadi salah satu daerah transit bagi pengungsi Rohingya, namun tidak selalu disambut dengan baik oleh sebagian masyarakat setempat. Terdapat dukungan bahkan penolakan terhadap pengungsi Rohingya di Aceh, bukan hanya dari masyarakat setempat tetapi juga masyarakat Indonesia yang memperhatikan isu ini, seperti yang tercermin dalam berbagai komentar dan opini di media sosial seperti X dan Youtube. Oleh karena itu, diperlukan analisis sentimen melalui platform media sosial tersebut untuk memahami pandangan masyarakat terhadap isu pengungsi Rohingya di Aceh. Penelitian ini menggunakan metode SEMMA yang terdiri atas sample, explore, modify, model dan assess. Algoritma klasifikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah algoritma naive bayes dan algoritma support vector machine (SVM). Algoritma klasifikasi Naive Bayes mendapatkan akurasi sebesar 53,57% sedangkan algoritma klasifikasi support vector machine mendapatkan akurasi sebesar 68,40%. Algoritma support vector machine lebih unggul 14,83% dari algoritma naive bayes sehingga algoritma support vector machine memiliki performa yang lebih baik pada penelitian ini dibandingkan dengan algoritma naive bayes.