Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Hubungan Likuiditas, Solvabilitas dengan Rentabilitas pada Koperasi Peternakan Bandung Selatan Lilia Hanifatunnisa; Eri Cahrial; Enok Sumarsih
Jurnal Agristan Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Agristan
Publisher : Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37058/agristan.v3i2.3703

Abstract

Keberhasilan sistem agribisnis didukung oleh koperasi sebagai salah satu lembaga penunjang agribisnis. Salah satu keberhasilan koperasi dapat dilihat dari produktivitas koperasi. Rentabilitas merupakan bagian pengukuran produktivitas koperasi. Rentabilitas pada Koperasi Peternakan Bandung Selatan dari tahun 2008 sampai 2017 mengalami penurunan dan dikategorikan tidak baik. Rentabilitas berhubungan dengan likuiditas dan solvabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas Koperasi Peternakan Bandung Selatan; menganalisis hubungan likuiditas, solvabilitas dengan rentabilitas Koperasi Peternakan Bandung Selatan; mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan penurunan rentabilitas Koperasi Peternakan Bandung Selatan. Metode penelitian adalah studi kasus. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dengan teknik pengambilan data wawancara dan dokumentasi. Data dianalisa menggunakan Koefisien Konkordans Kendall W dan korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan likuiditas Koperasi Peternakan Bandung Selatan selama 10 tahun dari tahun 2008 sampai 2017 dikategorikan sangat tidak baik, sedangkan untuk solvabilitas dan rentabilitas dikategorikan tidak baik; terdapat hubungan likuiditas, solvabilitas dengan rentabilitas Koperasi Peternakan Bandung Selatan secara simultan. Secara parsial tidak ada hubungan yang signifikan antara likuiditas dengan rentabilitas dan ada hubungan yang kuat antara solvabilitas dengan rentabilitas Koperasi Peternakan Bandung Selatan; penurunan rentabilitas terjadi karena kenaikan SHU relatif jauh lebih kecil dibandingkan kenaikan modal sendiri, aktivitas penjualan yang belum optimal, belum maksimalnya penggunaan modal untuk menciptakan penjualan, dan terlalu besarnya beban operasional serta beban lain-lain.  
FAKTOR-FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KOTA TASIKMALAYA Suprianto Suprianto; Eri Cahrial; Hendar Nuryaman
Jurnal Agristan Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Agristan
Publisher : Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.264 KB) | DOI: 10.37058/ja.v1i1.1364

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor pendorong dan menyusun rekomendasi pengendalian alih fungsi lahan sawah di Kota Tasikmalaya. Metode yang digunakan adalah deskriptif survey. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Luas lahan pertanian Kota Tasikmalaya 12.519 hektar, terdiri dari lahan sawah 5.993 hektar dan lahan pertanian bukan sawah 6.526 hektar. Berdasarkan sistem pengairannnya terdiri dari sawah irigasi 5.055 hektar dan sawah tadah hujan 938 hektar. Selama tahun 2008-2015 tercatat alih fungsi lahan sawah seluas 222 hektar. Fakta dilapangan luas sawah yang beralih fungsi lebih luas dari yang tercatat, karena cukup banyak lahan sawah yang tidak tercatat resmi beralih fungsi. Faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan sawah terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi Faktor Teknis, Ekonomis dan Sosial. Sementara faktor eksternal meliputi laju pertumbuhan penduduk, kebijakan pembangunan pemerintah daerah yang secara spasial termuat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Rekomendasi pengendalian alih fungsi lahan sawah disusun berbasiskan pada faktor-faktor yang menyebabkan alih fungsi lahan sawah tersebut.
Pola pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan hewani Dari jenis ikan di indonesia Yenyen Husnayaen; Eri Cahrial; Hendar Nuryaman; Enok Sumarsih
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh Vol 8, No 3 (2021): September 2021
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/jimag.v8i3.6200

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola konsumsi serta menganalisis tingkat keragaman dan keseimbangan konsumsi pangan hewani penduduk Indonesia menurut wilayah perkotaan dan perdesaan, kemudian mengidentifikasi peranan ikan dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan hewaninya. Metode penelitian menggunakan studi kasus yang merupakan bagian dari studi deskriptif dengan teknik studi literatur berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2019-2020. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pola konsumsi pangan hewani di Indonesia pada tahun 2019-2020 adalah ikan-daging-telur-susu baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Tingkat keragaman dan keseimbangan konsumsi pangan hewani di Indonesia masih belum ideal (PPH pangan hewani <24), dimana kelompok kategori rendah mendominasi masyarakat perdesaan sedangkan kelompok kategori cukup mendominasi masyarakat perkotaan. Pangan ikan berperan dalam upaya pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan hewani di Indonesia baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah perdesaan, dimana tingkat konsumsi ikan merupakan yang tertinggi dibandingkan konsumsi pangan hewani lainnya.
Pemasaran Cabai Rawit Varietas Ori 212 dari Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis sampai Pasar Caringin Kota Bandung Sri Mulyaningsih; Eri Cahrial; Rina Nuryati
Jurnal Agristan Vol 4, No 2 (2022): Jurnal Agristan
Publisher : Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37058/agristan.v4i2.5480

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui saluran, fungsi, biaya, keuntungan, margin pemasaran, dan farmer’s share, serta efisiensi pemasaran cabai rawit. Metode penelitian menggunakan survei, penentuan responden dengan snowball sampling terdiri dari 3 orang pedagang pengumpul, 5 orang pedagang besar, dan 14 orang pedagang pengecer. Lokasi penelitian di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis dari November 2021-Juli 2022. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga saluran pemasaran, yaitu: Saluran I: Produsen → Pedagang pengumpul → Pedagang besar Panumbangan → Pedagang besar Cikurubuk → Pedagang pengecer → Konsumen akhir; Saluran II: Produsen → Pedagang pengumpul → Pedagang besar Caringin → Pedagang Pengecer → Konsumen akhir; Saluran III: Produsen → Pedagang pengumpul → Pedagang pengecer → Konsumen akhir. Fungsi pemasaran yang dilaksanakan yaitu fungsi pertukaran berupa penjualan dan pembelian dilakukan seluruh lembaga pemasaran pada masing-masing saluran, Semua lembaga pemasaran pada setiap saluran melaksanakan fungsi fisik berupa pengangkutan, sedangkan penyimpanan hanya dilakukan pedagang besar Cikurubuk, pedagang besar Caringin dan pedagang pengecer di setiap saluran. Fungsi fasilitas berupa pembiayaan, penanggungan risiko, dan informasi pasar dilakukan seluruh lembaga pemasaran pada masing-masing saluran, sedangkan sortasi hanya dilakukan pedagang besar Cikurubuk, pedagang besar Caringin, dan pedagang pengumpul serta pedagang pengecer di setiap saluran. Biaya saluran pemasaran I, II, dan III yaitu Rp11.666,91/kg, Rp9.558,42/kg, dan Rp8.410,46/kg. Keuntungan saluran pemasaran I, II, dan III yaitu Rp18.333,09/kg, Rp19.191,58/kg, dan Rp19.589,54/kg. Margin pemasaran saluran I, II, dan III adalah Rp30.000/kg, Rp28.750/kg, dan Rp28.000/kg. Farmer’s share saluran I, II, dan III adalah 60 persen, 61,54 persen, dan 62,16 persen. Saluran pemasaran I, II, dan III sudah efisien.
Food Supply Chain Networking: Implementasi Rantai Pasok Pada Kemitraan Petani Cabai Besar dengan Lembah Pasir MasDi Kota Tasikmalaya Dwi Apriyani; Eri Cahrial; Thaufan, S.Pd., M.Pd
Prosiding Seminar Nasional Kusuma Vol 2 (2024): Prosiding Seminar Nasional Kusuma
Publisher : LPPM UWKS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Petani yang bermitra dengan Perkumpulan Lembah Pasir Mas mendapatkan bantuan pemanfaatan lahan, pasokan bibit, pupuk, pestisida, dan pembinaan selama proses produksi cabai besar. Sebagai gantinya, lembaga mendapatkan bagi hasil 40% dari keuntungan bersih atas penjualan cabai petani. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi riil rantai pasok cabai besar berbasis pola kemitraan dengan pendekatan Food Supply Chain Networking. Metode: Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif dengan kerangka lima variabel yang diteliti antara lain struktur rantai pasok, manajemen rantai pasok, sumber daya rantai pasok, proses bisnis rantai pasok, dan sasaran rantai pasok. Teknik penentuan responden menggunakan metode purposive dan snowball sampling dengan jumlah petani mitra sebanyak 15 orang, 3 pengelola LPM, 1 pedagang besar, dan 1 pedagang kecil. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa model rantai pasok merujuk pada sasaran pasar dimana tujuan akhirnya adalah ke Pasar Caringin Bandung, Kampung Rambutan Jakarta Timur, dan Jagasatru Cirebon. Hubungan kerjasama antara petani dengan LPM berbentuk kemitraan jenis Inti-Plasma. Secara umum manajemen rantai pasok banyak didominasi oleh LPM. Struktur rantai pasok terdiri dari petani-LPM-Pedagang Besar-Pedagang Kecil. Proses bisnis yang dijalankan cenderung menggunakan sudut pandang cycle view. Sumber daya fisik terkait sarana dan prasarana budidaya mayoritas dimiliki LPM dan dapat dipinjam petani. Sementara itu, petani memiliki sumber daya tenaga yang menjadi modal utama untuk kegiatan budidaya usahatani. Kesimpulan: kondisi umum rantai pasok cabai besar pada Perkumpulan Lembah Pasir Mas sudah terhubung dan saling memiliki ketergantungan antar pelaku rantai pasok. Akan tetapi bentuk kerjasama masih sederhana serta terbatas pada ruang lingkup pasokan produk dan penyediaan sarana prasarana produksi.