Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Profil Tes Fungsi Hati pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Periode Januari - Desember 2012 Parera, Ferdinand I.; Panda, Agnes L.; Kawengian, Ventje
e-CliniC Vol 5, No 1 (2017): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v5i1.15815

Abstract

Abstract: Heart failure is a clinical syndrome characterized by shortness of breath and fatique during activity or at rest, caused by structural abnormalities or heart dysfunction. Left and right heart failure that occur at the same time is called congestive heart failure, and it can also be associated with impaired liver function, such as elevated AST and ALT levels. This study was aimed to obtain the liver function among patients with congestive heart failure at Prof. Dr. R. D. Kandou by using total sampling method. Samples were patients with congestive heart failure at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital in 2012. Data of congestive heart failure patients were divided into liver function, gender, age, congestive heart failure, and New York Heart Association (NYHA) functional category recorded in the outpatient medical records. The results showed that there were 54 patients with congestive heart failure (33 males and 21 females); only 32 of them had liver function test data. Of the 32 patients, 9 patients showed increased liver function test less than twice of normal value and 2 patients had more than twice of normal value of liver function tests. Conclusion: The majority of patients with congestive heart failure had normal liver function test.Keywords: congestive heart failure, liver function test, ALT, AST, NYHA functional classes Abstrak: Gagal jantung merupakan sindrom klinis ditandai dengan sesak napas dan kelambanan (saat aktivitas atau saat istirahat) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau disfungsi jantung. Gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan yang terjadi bersamaan disebut gagal jantung kongestif yang bisa disertai gangguan fungsi hati (peningkatan kadar AST dan ALT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian penderita dengan gagal jantung kongestif disertai gangguan tes fungsi hati di poliklinik jantung. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif. Sampel ialah penderita dengan gagal jantung kongestif di Poliklinik Jantung RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou selama periode Januari-Desember 2012. yang diperoleh dengan metode total sampling. Data penderita gagal jantung kongestif dibagi atas tes fungsi hati, jenis kelamin, kelompok usia, faktor penyebab gagal jantung kongestif, dan klasifikasi fungsional NYHA (New York Heart Association) yang tercantum dalam buku register/rekam medis rawat jalan. Hasil penelitian memperlihatkan sebanyak subjek 54 penderita gagal jantung kongestif (33 laki-laki dan 21 perempuan), tetapi hanya 32 penderita diantaranya yang memiliki data tes fungsi hati. Dari 32 penderita tersebut, 9 penderita mengalami peningkatan kurang dari dua kali nilai normal tes fungsi hati dan 2 penderita lebih dari dua kali nilai normal tes fungsi hati. Simpulan: Sebagian besar penderita dengan gagal jantung kongestif mempunyai tes fungsi hati dalam batas normal.Kata kunci: gagal jantung kongestif, tes fungsi hati, kelas fungsional NYHA
GAMBARAN KADAR HEMATOKRIT DAN HEMOGLOBIN PADA KEJADIAN INFARK MIOKARD AKUT (IMA) DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI - AGUSTUS 2014 Jumalang, Fitri; Rotty, Linda W. A.; Panda, Agnes L.
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.6831

Abstract

Abstract: Acute myocardial infarction (AMI) or better known as a heart attack is a condition where the blood supply to a part of the heart stops so that the heart muscle cell death. Acute myocardial infarction is one of the most common diagnosis in developed countries. The rate of initial mortality (30 days) at the IMA is 30% with more than half of the deaths occur before the patient reaches the hospital. Methods - This research is a retrospective descriptive study. Samples were adult patients suffering from acute myocardial infarction who were treated in RSUP Prof. Dr R. D. Kandou. Results - Overview hematocrit and hemoglobin levels in the incidence of acute myocardial infarction in the department of Prof. Dr. RD Kandou Manado period January - August 2014 hemodilution patients get as many as 19 people (61.3%) and patients with normal hematocrit many as 12 people (38.7% ). In addition, for an overview of hemoglobin by age and sex obtained anemia patients by 5 people (16.1%) and patients with normal hemoglobin many as 26 people (83.9%). Conclusions - AMI patients in RSUP Prof. Dr RD Kandou Manado period January-August 2014 are subjected to low hematocrit (hemodilution) and normal hemoglobin.Keywords: acute myocardial infarction, hematocrit, hemoglobinAbstrak: Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung terhenti sehingga sel otot jantung mengalami kematian. Infark miokard akut merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju. Laju mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalah 30% dengan lebih dari separuh kematian terjadi sebelum pasien mencapai Rumah Sakit. Metode - Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif. Sampel penelitian ini adalah penderita dewasa yang menderita infark miokard akut yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Hasil - Gambaran kadar hematokrit dan hemoglobin pada kejadian infark miokard akut di RSUP Prof DR RD Kandou Manado periode januari – agustus 2014 didapatkan pasien hemodilusi sebanyak 19 orang (61,3%) dan pasien hematokrit normal sebanyak 12 orang (38,7%). Selain itu, untuk gambaran hemoglobin berdasarkan umur dan jenis kelamin didapatkan pasien yang anemia sebanyak 5 orang (16,1%) dan pasien hemoglobin normal sebanyak 26 orang (83,9%). Simpulan - Pasien IMA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode januari-agustus 2014 sebagian besar mengalami hematokrit rendah (hemodilusi) dan hemoglobin normal.Kata kunci: infark miokard akut, hematokrit, hemoglobin
GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Sutrisno, Desire; Panda, Agnes L.; Ongkowijaya, Jeffrey
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.7398

Abstract

Abstract: Coronary Heart Disease is a heart disease caused by the narrowing of the coronary arteries, which then disturbs the flow of blood to the myocardium. The result of SKRT done by the Health Department Republic of Indonesia showed that deaths due to CHD kept increasing throughout the years, and this had made CHD as the first most common cause of death. This study aimed to find out about the overview of lipid profile in coronary heart disease patients who had consumed statin and who had not. This was a descriptive method, based on the secondary data that were attained directly from patients in CVBC and Irina F Cardiology Department Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital. The population in this study were patients with coronary heart disease recorded in medical records inn December 2014 and met the inclusion criteria. The results showed that male CHD patients who consumed statin were 64.7% and non-statin 75.0%; the 36-45 age group and >55 were most commonly found in statins group (35.3%), and age of 36-45 (33.3%) in non-statin group. Smoking history in statin group and non-statin were 52.9% and 62.5%; history of hypertension in statin group and non-statin were 76.5% and 62.5%; history of diabetes mellitus in statin group and non-statin group are 11.8% and 33.3%; familial history of heart disease in statin group and non-statin group were 70.6% and 54.2%; the increase total cholesterol in statin group and non-statin group were 52.9% and 54.2%; the increase of triglycerides in statin group and non-statin groups were 0% and 8,3%; the increase in LDL cholesterol in statin group and non-statin group were 29.4% and 25.0%; the decrease of HDL in statin group and non-statin group were 0% and 25.0%; suffered dyslipidemia in statin group and non-statin are 52.9% and 62.5%, high non-HDL level in statin group and non-statin group were 52.9% and 58.3%; history of uric acid in statin group and non-statin group were 64.7% and 62.5%; type of CHD most commonly found in statin group ATS wre 70.6% and non-statin group NSTEMI 45.8%. Based on the results of this study, the CHD risk factors such as smoking, hypertension, family history of heart disease, dyslipidemia, non-HDL levels, uric acid affected the incidence of CHD more than the diabetes mellitus risk factor.Keywords: coronary heart disease, risk factors, lipid profileAbstrak:Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh adanya penyempitan pada arteri koronaria, sehingga aliran darah ke otot jantung menjadi terganggu. Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) departemen kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun kematian yang disebabkan Penyakit Jantung Koroner makin meningkat dan saat ini menduduki urutan pertama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil lipid pada pasien penyakit jantung koroner yang telah menggunakan obat statin dan belum menggunakan obat statin. Metode yang digunakan bersifat deskriptif berdasarkan data sekunder yang didapatkan secara langsung pada pasien yang berada di CVBC dan irina F Jantung RSUP Prof. Dr. R.D.Kandou. Populasi pada penelitian ini yaitu penderita Penyakit Jantung Koroner yang tercatat di rekam medik pada 420Sutrisno, Panda, Ongkowijaya: Gambaran profil lipid...bulan Desember 2014 dan memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini menunjukan bahwa pasien PJK berjenis kelamin laki-laki pengguna statin sebesar 64,7% dan non-statin 75,0%. Pada kelompok statin terbanyak umur 36-45 dan 56 ke-atas serta non-statin pada umur 36-45. Riwayat merokok pada pengguna statin dan non-statin sebesar 52,9% dan 62,5%. Riwayat hipertensi pada pengguna statin dan non-statin sebesar 76,5% dan 62,5%. Pasien PJK yang memiliki riwayat diabetes mellitus pada pengguna statin dan non-statin sebesar 11,8% dan 33,3%, yang memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga pada pengguna statin dan non statin sebesar 70,6% dan 54,2%, peningkatan kolesterol total pada pengguna statin dan non-statin sebesar 52,9% dan 54,2%, peningkatan trigliserida pada pengguna statin dan non-statin sebesar 0% dan 8,3%, peningkatan kolesterol LDL pada pengguna statin dan non-statin sebesar 29,4% dan 25,0%, penurunan HDL pada pengguna statin dan non-statin sebesar 0% dan 25,0%, yang menderita dislipidemia pada pengguna statin dan non-statin sebesar52,9% dan 62,5%, kadar non-HDL yang tinggi pada pengguna statin dan non-statin sebesar 52,9% dan 58,3%, riwayat asam urat pada pengguna statin dan non-statin sebesar 64,7% dan 62,5%. Jenis PJK terbanyak pada pengguna statin ATS sebesar 70,6% dan non-statin NSTEMI sebesar 45,8%. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu faktor resiko seperti merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung dalam keluarga, dislipidemia, kadar non-HDL, asam urat lebih mempengaruhi terjadinya PJK dibandingkan dengan faktor resiko diabetes melitus.Kata kunci: penyakit jantung koroner, faktor risiko, profil lipid
PREVALENSI ANEMIA PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 2013 Rambi, Aaron Ch.; Rotty, Linda W. A.; Panda, Agnes L.
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.6748

Abstract

Abstract: Anemia is common in heart failure patients, especially in patients with old age, female, chronic kidney disease, ACE inhibitors (angiotensin-converting-enzyme inhibitors) users and in patients with severe congestive heart failure. Anemia is an independent prognostic factor for mortality. Anemia is characterized by the value of hemoglobin less than 13 g / dl in men and less than 12 g / dl in women. The purpose of this study was to determine the prevalence of anemia in patients with heart failure. This was a descriptive retrospective study. The samples of this study were 834 medical records of hospitalization and ambulatory patients in RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado which had hematology examination results in 2013. The results showed that the prevalence of anemia in heart failure patients was 33.6% and mostly were mild anemia (57%). Although not so significant, the proportion of female patients with anemia were higher (33,57%) than male (33,54%). The over 64 years group has the highest proportion of all age groups. Conclusion: Anemia is common in heart failure patients, especially those aged over 64 years. There was no significant difference between the proportion of women and men who were anemic. Most patients suffered from mild anemia.Keywords: anemia, heart failure, prevalenceAbstrak: Anemia sering ditemukan pada gagal jantung terutama pada pasien yang berusia tua, dengan jenis kelamin perempuan, menderita kelainan ginjal kronik, pengguna ACE inhibitor (angiotensin-converting-enzyme inhibitor) dan pada pasien dengan gagal jantung kongestif yang parah. Anemia merupakan faktor prognostik independen terhadap kematian. Anemia ditandai dengan nilai hemoglobin kurang dari 13 g/dl pada laki-laki dan kurang dari 12 g/dl pada perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi anemia pada pasien gagal jantung. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif. Sampel penelitian ini adalah 834 rekam medis pasien rawat inap dan rawat jalan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang memiliki hasil pemeriksaan hematologi. Hasail penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada pasien gagal jantung adalah 33,6% dan sebagian besar menderita anemia ringan (57%). Walaupun tidak begitu signifikan, proporsi dari pasien perempuan dengan anemia lebih tinggi (33,57%) dibandingkan pria (33,54%). Kelompok umur lebih dari 64 thun memiliki proporsi tertinggi dibadingkan semua kelompok umur. Simpulan: Anemia sering ditemukan pada pasien gagal jantung, terutama yang berusia lebih dari 64 tahun. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara proporsi dari peremuan dan laki-laki yang menderita anemia. Kebanyakan pasien menderita anemia ringan.Kata kunci: anemia, gagal jantung, prevalensi
Hubungan ear lobe crease dengan penyakit jantung koroner Fuzairi, Jacqueline A.; Djafar, Dewi U.; Panda, Agnes L.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.10833

Abstract

Abstract: Cardiovascular disease is a huge burden in terms of mortality, disability, and morbidity in this day. Prevention of cardiovascular disease is based on the physical signs. Waist circumference, Ankle Brachial Index (ABI) and Carotid Intima Media Thickness (CIMT) are useful to recognize occult atherosclerosis, so as ear lobe crease. However, medics have less attention about examination of ear lobe crease for detection of coronary artery disease. This study aimed to determine the relation of ear lobe crease and coronary artery disease. This was an analytical observational study with a case control design. The results showed that there were 45 samples for control group and 45 samples for case group. The statistical analysis showed the X2 = 21.78 with a p value <0,001 which indicated that there was a significant correlation between Ear Lobe Crease and Coronary Artery Disease. The OR = 8.9% (95% CI 3.4 -23.3) meant that if a person had ear lobe crease, the possibility of coronary artery disease was 8.9 times higher than a person without ELC. Conclusion: There was a significant correlation between Ear Lobe Crease and Coronary Artery Disease.Keywords: ear lobe crease, coronary artery diseaseAbstrak: Penyakit Kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian, kecacatan dan kesakitan saat ini. Deteksi penyakit kardiovaskular sebagai tindakan pencegahan dapat dilihat melalui pemeriksaan fisik. Pengukuran lingkar pinggang, Ankle Brachial Index (ABI), dan Carotid Intima Media Thickness (CIMT) sangat berguna untuk penanda aterosklerosis subklinis, begitu pula dengan Ear Lobe Crease. Namun sampai saat ini, pemeriksaan Ear Lobe Crease untuk menilai penyakit jantung koroner kurang mendapat perhatian petugas medis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Ear Lobe Crease (ELC) dengan Penyakit Jantung Koroner. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian analitik observasional dengan case control. Hasil penelitian: Sampel penelitian terdiri dari 45 orang untuk kelompok kontrol dan 45 orang untuk kelompok kasus. Berdasarkan uji X2 diperoleh X2 = 21,78 dengan p < 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang sangat bermakna antara Ear Lobe Crease (ELC) dengan Penyakit Jantung Koroner (p < 0,001). Dalam uji ini, juga diperoleh OR = 8,9 (95% CI: 3,4 – 23,3). Odd Ratio (OR) ini menyatakan bahwa bila seseorang ditemukan adanya ELC, maka orang tersebut berisiko 8,9 kali mendapat Penyakit Jantung Koroner dibanding dengan orang tanpa ELC. Simpulan: Terdapat hubungan yang sangat bermakna antara Ear Lobe Crease (ELC) dengan Penyakit Jantung Koroner.Kata kunci: ear lobe crease, penyakit jantung koroner.
Prediksi Tingkat Risiko Penyakit Kardiovaskuler Aterosklerotik pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Emor, Engelin E.; Panda, Agnes L.; Pangemanan, Janry
e-CliniC Vol 5, No 2 (2017): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v5i2.18284

Abstract

Abstract: Atherosclerotic cardiovascular disease is caused by the accumulation of plaque on the artery wall causing dysfunction of anatomical and hemodynamic system of the heart and blood flow. There are many risk factors that cause atherosclerotic cardiovascular disease which are divided into modifiable and unmodifiable risk factors. Prevention of this disease can be achieved with early detection, such as prediction the risk level of 10 years ahead of atherosclerotic cardiovascular disease by using the Framingham Risk Score (FRS). This study was aimed to obtain the risk level of atherosclerotic cardiovascular disease in patients at Internal Medicine Polyclinic of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado by using their medical records from September to October 2017. This was a descriptive study with a cross sectional design. There were 100 samples obtained by using conclusive sampling technique. Of the 100 patients, 42 (42%) patients had low risk, 27 (27%) patients had moderate risk, and 31 (31%) patients had high risk of atherosclerotic cardiovascular disease in 10 years ahead. Conclusion: In this study, the highest percentage was in patients with low risk, followed by patients with high risk, and moderate risk.Keywords: ASCVD, Framingham Risk Score, Risk of atherosclerotic cardiovascular sisease. Abstrak: Penyakit kardiovaskuler aterosklerotik adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya timbunan plak pada dinding arteri sehingga menyebabkan gangguan fungsional, anatomis serta sistem hemodinamis jantung dan pembuluh darah. Terdapat banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit kardiovaskuler aterosklerotik yang dibagi menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan deteksi dini, salah satunya yaitu dengan memrediksi tingkat risiko 10 tahun kedepan terjadinya penyakit kardiovaskuler aterosklerotik dengan menggunakan Framingham Risk Score. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko penyakit kardiovaskuler ateroskerotik pada pasien di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang menggunakan data rekam medik pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode September - Oktober 2017. Sampel penelitian berjumlah 100 orang dengan teknik pengambilan conclusive sampling. Terdapat 42 pasien (42%) dengan tingkat risiko rendah, 27 pasien (27%) dengan risiko sedang, dan 31 pasien (31%) dengan risiko tinggi terkena penyakit kardiovaskuler aterosklerotik 10 tahun kedepan. Simpulan: Pada studi ini, persentase tertinggi ialah pasien dengan tingkat risiko rendah terjadinya penyakit kardiovaskuler aterosklerotik, diikuti tingkat risiko tinggi dan risiko sedang.Kata kunci: ASCVD, Framingham Risk Score, tingkat risiko penyakit kardiovaskuler aterosklerotik
HUBUNGAN GAGAL JANTUNG DAN GANGGUAN FUNGSI HATI Masola, Adhytia B. C. P.; Panda, Agnes L.; Kawengian, Ventje
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.2.2016.13779

Abstract

Abstract: Heart failure is characterized by perfusion malfunction to fulfill the metabolism of the body caused by malfunction of heart pumps. It is oftenly associated with non-cardiac symptoms, such as liver dysfunction marked by increasing of liver function tests inter alia AST and ALT. This was a descriptive retrospective study using total sampling method. Subjects were medical records of heart failure patients who were hospitalized in Internal Medicine Department of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado in 2013. Data included name, age, NYHA classification, as well as AST and ALT levels of heart failure patients. There were 36 subjects consisted of 23 males and 13 females. Based on NYHA classification, there were 24 patients with third class of NYHA and 12 patients with fourth class of NYHA. Most patients had increased AST and ALT levels over 100 U/L. The chi-square test analyzing the relationship between NYHA and AST-ALT showed a p-value of 0.058. Conclusion: There was a relationship between heart failure and liver dysfunction, however, it was not statistically significant.Keywords: heart failure, liver dysfunction, NYHA Class, AST, ALTAbstrak: Gagal jantung ditandai oleh ketidakmampuan perfusi sistemik memenuhi metabolisme tubuh yang disebabkan disfungsi pompa jantung. Gagal jantung dapat disertai gejala gangguan nonkardiak seperti gangguan fungsi hati ditandai dengan naiknya tes fungsi hati seperti AST dan ALT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gagal jantung dan gangguan fungsi hati. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan metode total sampling. Subjek penelitian ialah pasien gagal jantng di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou, Manado tahun 2013 yang diperoleh dengan metode total sampling. Data penderita gagal jantung berupa nama, jenis kelamin, usia, kelas NYHA, kadar AST, dan ALT diperoleh dari rekam medik. Jumlah subyek sebanyak 36 orang, terdiri dari 23 laki-laki dan 13 perempuan. Hasil penelitian memperlihatkan jumlah pasien gagal jantung kelas III NYHA 24 orang dan kelas IV NYHA 12 orang. Kebanyakan penderita mengalami peningkatan AST dan ALT diatas 100 U/L. Analisis uji chi square terhadap kelas gagal jantung NYHA dengan AST dan ALT mendapatkan OR 3,6 dengan nilai p=0,058 (p<0,05). Simpulan: Terdapat hubungan antara gagal jantung dan gangguan fungsi hati walau secara statistik tidak bermakna.Kata kunci: gagal jantung, gangguan fungsi hati, kelas NYHA, AST, ALT
Gambaran kelainan katup jantung pada pasien infark miokard di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2015-31 Desember 2015 Tumbel, Mawarni I.S.; Panda, Agnes L.; Pangemanan, Janry
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14715

Abstract

Abstract: Myocardial infarction is divided into STEMI (ST elevation myocardial infarction) and NSTEMI (Non ST elevation myocardial Infarction). According to location, infarction consists of inferior, lateral, and aortal. Inferior infarction often causes mitral valve and aortal abnormality due to papillary muscles rupture. This study was aimed to obtain the description of heart valve abnormality in myocardial infarction patients at Prof. Dr. R. D Kandou Hospital Manado from January 2015 to December 2015. This was a retrospective study with a cross sectional design. The results showed that there were 20 cases (90.9%) of NSTEMI and 2 cases (9.1%) of STEMI. The most location of infarction was inferior accounted for 10 cases (45.5%). The most heart valve abnormalities were combination abnormality accounted for 16 cases (72.7%); most were mild MR (5 cases; 55.6%), mild PR (5 cases; 55.6%), and mild TR (3 cases; 33.3%) in NSTEMI cases dominated by male cases (54.5%) and age group 56-66 years (40.9%), and combination of 4 major risk factors (59.1%).Keywords: description, heart valve abnormality, myocardial infarction Abstrak: Infark miokard terbagi menjadi STEMI (ST elevation myocardial infarction) dan NSTEMI (Non ST elevation myocardial infarction). Infark berdasarkan lokasi terdiri atas inferior, lateral, anterior dan aorta. Infark inferior sering menyebabkan kelainan katup mitral dan aorta akibat ruptur muskulus papilaris. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelainan katup jantung pada pasien infark miokard di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2015 - 31 Desember 2015. Jenis penelitian ialah retrospektif dengan desain potong lintang. Hasil penelitian mendapatkan 20 kasus (90,9%) NSTEMI dan 2 kasus (9,1%) STEMI. Lokasi infark terbanyak yaitu inferior sebanyak 10 kasus (45,5%), didapati kelainan katup terbanyak yaitu kombinasi sebanyak 16 kasus (72,7%), dengan derajat terbanyak yaitu MR mild 5 kasus (55,6%), PR mild 5 kasus (55,6%) dan TR mild sebanyak 3 kasus (33,3%) pada pasien NSTEMI, yang didominasi oleh pasien laki-laki (54,5%), usia 56 – 66 tahun (40,9%), yang memiliki 4 faktor resiko mayor (59,1%). Kata kunci: gambaran, kelainan katup, infark miokard.
Hubungan derajat merokok dengan kejadian infark miokard di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Wagiu, Mutiara B.; Pangemanan, Janry A.; Panda, Agnes L.
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14555

Abstract

Abstract: Coronary heart disease (CHD) is a disorder of heart function caused by constriction of coronary blood vessels which can manifest as myocardial infarction. Acute myocardial infarction, which is known as “heart attack”, is the commonest cause of death in industrial countries. Smoking is one of the various causes of cardiovascular diseases and also the commonest cause of death around the world. According to epidemiologic studies data, there is a simultaneous increase of cigarette consumption and prevalence of myocardial infarction every year. This study was aimed to obtain the correlation between level of smoking and incidence of myocardial infarction at Prof. Dr. R. D Kandou Hospital Manado. This was an observational analytical study with a cross sectional design. Samples were myocardial infarction patients at inpatient wards in Prof. Dr. R. D Kandou Hospital Manado from January 2015 to October 2016 and non-infarction samples with smoking behavior. The Chi-Square test showed that there was a correlation between the level of smoking rated by Brinkman Index and myocardial infarction incidence (p=0.001). Conclusion: There was a correlation between level of smoking and incidence of myocardial infarction at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado.Keywords: smoking severity, myocardial infarction Abstrak: Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner yang dapat bermanifestasi sebagai infark miokard. Aktivitas merokok termasuk salah satu penyebab dari penyakit kardiovaskular dan merupakan penyebab paling umum kematian di seluruh dunia. Data studi penelitian epidemiologi memperlihatkan adanya peningkatan konsumsi rokok setiap tahunnya yang bersamaan dengan meningkatnya angka kejadian infark miokard. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara derajat berat merokok dengan kejadian infark miokard di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah analitik observasional dengan desain potong lintang. Sampel penelitian ialah pasien penderita infark miokard di Ruang Rawat Inap RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado mulai dari bulan Januari 2015-Oktober 2016 serta sampel non infark dengan kebiasaan merokok. Hasil uji Chi-Square menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara derajat berat merokok, yang dinilai berdasarkan indeks Brinkman, dengan kejadian infark miokard (p=0,001). Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara derajat merokok dengan kejadian infark miokard di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Kata kunci: berat merokok, infark miokard
Gambaran jumlah leukosit pada pasien infark miokard akut di RSUP Prof. Dr. R. D.Kandou Manado periode Januari-Desember 2015 Sitepu, Ade M.; Djafar, Dewi U.; Panda, Agnes L.
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14467

Abstract

Abstract: Coronary heart disease (CHD) is the leading cause of death in the world and marked by the existence of atherosclerotic plaque at the coronary artery that progressively blocks the blood stream to myocardium resulting in myocardial infarction. Elevated of leukocyte count typically indicates an infection or inflammation, and has a role in vascular injury and atherogenesis that is a development of an atherosclerotic ruptured plaque and trombosis. This study was aimed to obtain the profile of leukocyte count in patient with acute myocardial infarction (AMI) at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from January to December 2015. This was an observational descriptive study with a retrospective approach using data of medical records of AMI patients who came to Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from January to Desember 2015. The results showed that of totally 63 medical records of patients with AMI, there were 45 samples that fulfilled the inclusion criteria. The majority patients were in the age group 46-60 years, males, the risk factor was a combination of several major risks, and NSTEMI as the type of type of infarction. There were 57,77% of leukocyte count results ranged 10,000-14,900/mm3 and 8,88% were ≥15,000/mm3. Conclusion: There was an increase in the leukocytes count in more than half of the samples. Keywords: acute myocardial infarction, leukocyte, inflammation Abstrak: Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian tersering di dunia dan ditandai adanya plak aterosklerosis pada arteri koroner yang secara progresif menghalangi aliran darah ke miokardium yang berakibat terjadinya infark miokard. Peningkatan jumlah leukosit secara tipikal mengindikasikan adanya suatu infeksi dan peradangan, serta juga berperan pada cedera vaskular dan aterogenesis yang merupakan perkembangan dari suatu ruptur plak aterosklerosis dan trombosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran jumlah leukosit pada pasien IMA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou periode Januari sampai Desember 2015. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan pendekatan retrospektif menggunakan data rekam medik pasien IMA yang berobat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2015 dengan eksklusi riwayat infeksi minimal 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Hasil penelitian mendapatlan 45 sampel dengan mayoritas kelompok usia 46-60 tahun, jenis kelamin laki-laki, faktor risiko kombinasi beberapa faktor risiko mayor, dan jenis infark NSTEMI. Sebanyak 57,77% hasil pemeriksaan leukosit berkisar 10.000-14.900/mm3 dan 8,88% pada ≥15.000/mm3. Simpulan: Lebih dari setengah jumlah sampel mengalami peningkatan jumlah leukosit.Kata kunci: infark miokard akut, leukosit, peradangan