Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Perancangan Video Dokumenter “Agents of Change” Kurnia Setiawan; Ruby Chrissandi
VISUAL Vol 14, No 2 (2019)
Publisher : FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN - UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jurnal.v14i2.4508

Abstract

Abstract— Perancangan video dokumenter “Agents of Change” adalah bagian dari penelitian produk terapan dengan judul “Karakteristik Agen Perubahan untuk Menciptakan Tatanan Masyarakat yang Lebih Baik”. Hasil penelitian tulisan, poster foto dan video yang dibuat dalam rangka memperingati 20 tahun peristiwa reformasi 98 yang akan jatuh pada bulan Mei 2018. Video dokumenter “Agents of Change” menampilkan refleksi sejumlah agen perubahan (aktivis 98) terhadap peristiwa reformasi dan kondisi Indonesia saat ini. Tokoh yang diangkat adalah perwakilan dari partisipan penelitian. Proses perancangan video melalui tahapan pra produksi, produksi dan paska produksi, bekerjasama dengan mahasiswa tugas akhir Fakultas Seni Rupa dan Desain Program Studi Desain Komunikasi Visual, peminatan multimedia. Pesan yang disampaikan video “Agents of Change” adalah tentang solidaritas di dalam keberagaman. Diharapkan melalui video tersebut dapat menginspirasi dan mendukung penyadaran bahwa esensi Indonesia adalah kebhinnekaan. Kita Indonesia, berbeda itu biasa.
PENANAMAN NILAI – NILAI PANCASILA BAGI GENERASI MUDA TIONGHOA Kurnia Setiawan; Ninawati Lihardja; Meiske Yunithree
VISUAL Vol 15, No 2 (2020)
Publisher : FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN - UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jurnal.v15i2.11094

Abstract

Pancasila berperan sebagai pemersatu bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan dan merupakan dasar negara hasil konsensus para pendiri bangsa. Meskipun demikian, sejak dahulu sampai sekarang pernah terjadi berbagai pergolakan yang ingin menggantikan Pancasila sebagai dasar negara. Hal ini semakin mengkhawatirkan pada masa sekarang dengan semakin menguatnya politik identitas dan intoleransi di masyarakat demi kepentingan kekuasaan. Sejak reformasi 98 ada kebebasan dan kebangkitan kesadaran politik bagi etnis Tionghoa. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana penanaman nilai – nilai Pancasila bagi orang muda Tionghoa melalui kegiatan lokakarya kebangsaan “API PANCASILA” dengan menggunakan pendekatan experiential learning. Penelitian akan merekam proses lokakarya yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Penelitian bersifat deskriptif kualitatif, menggunakan metode observasi dan wawancara. Pendekatan experiential learning yang diterapkan memberikan kesempatan peserta untuk aktif berpartisipasi aktif selama acara. Melalui beragama aktivitas suasana lokakarya menjadi hidup dan menumbuhkan antusiasme peserta. Semua peserta mengakui ppentingnya ideology Pancasila sebagai pemersatu bangsa. Adapun ketika mereka melalukan eksposure (observasi dan wawancara) dengan berbagai kelompok masyarakat di Jakarta, ternyata ada perbedaan dalam tingkat pemahaman mereka tentang Pancasila.Keyword: Pancasila, experiential learning, generasi muda Tionghoa
PEMANTAPAN NILAI-NILAI KEBANGSAAN BAGI ETNIS TIONGHOA Kurnia Setiawan; Ninawati Lihardja; Meiske Yunithree
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i2.3626.2021

Abstract

Pancasila values need to be understood and practiced in everyday life. The INTI (Indonesian Chinese) Association conducts training on "Consolidating Pancasila Values (Taplai)". The joint Taplai activity of Chinese organizations was the first to be held. This study wanted to find out whether the Taplai Training could increase the knowledge, understanding and nationalistic attitudes of the training participants. The socialization of the Taplai activity was conducted in front of 13 organizations from various Chinese organizations, businessmen, professionals, and several non-Chinese representatives. The research used a mixed method of quantitative and qualitative through distributing questionnaires pre-test and post-test, observation and interviews. Based on the results of data collection through questionnaires and interviews from 91 participants, it can be concluded that the Taplai training can increase knowledge about the values of Pancasila and foster a sense of nationality. In general, all subjects understood national values that refer to the four pillars, namely Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika and NKRI, several participants who were interviewed all gave positive testimonies about the experience and benefits of the Taplai training for them. Nilai-nilai Pancasila perlu dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, Perhimpunan INTI (Indonesia Tionghoa) melaksnakan pelatihan “Pemantapan Nilai-Nilai Pancasila (Taplai)”. Kegiatan Taplai gabungan organisasi Tionghoa merupakan yang pertama kali diadakan. Penelitian ini ingin mengetahui apakah Pelatihan Taplai dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan sikap nasionalisme peserta pelatihan. Sosialisasi kegiatan Taplai di hadapan 13 organisasi yang berasal dari berbagai organisasi Tionghoa, pengusaha, profesional, dan beberapa perwakilan non Tionghoa. Penelitian menggunakan metode campuran antara kuantitatif dan kualitatif melalui penyebaran kuesioner pre-test dan post-test, observasi serta wawancara. Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara dari 91 peserta, dapat disimpulkan pelatihan Taplai dapat meningkatkan pengetahuan tentang nilai-nilai Pancasila dan menumbuhkan rasa kebangsaan. Pada umumnya semua subyek memahami tentang nilai-nilai kebangsaan yang mengacu pada empat pilar, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI, beberapa peserta yang diwawancara semua memberikan kesaksian yang positif tentang pengalaman dan manfaat pelatihan Taplai bagi mereka.
Discrimination Narrative and Chinese Indonesians’ National Identity: Is There Any Correlation? Ninawati Ninawati; Kurnia Setiawan; Meiske Yunithree Suparman
Proceedings Series on Social Sciences & Humanities Vol. 2 (2021): Proceedings of Psychology in Individual and Community Empowerment to Build New Normal
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.608 KB) | DOI: 10.30595/pssh.v2i.112

Abstract

Chinese Indonesian have been often treated as an outsider within the Indonesian society. Such a situation had happened for a long time. The discriminative experience of Chinese Indonesian came in the form of racial stereotypes and prejudice. In this study, we analyze the correlation between the discrimination narrative and Chinese Indonesian’s national identity. We collected our data through a questionnaire and involved 126 students in Jakarta as our subjects. The questionnaire consists of a national identity variable composed of four dimensions, namely fundamental (6 items, reliability 0.675), instrumental (4 items, reliability 0.520), natural (4 things, reliability 0.798), actualization (4 items, reliability 0.639). Discrimination narrative variables consist of master narrative (10 items, reliability 0.832) and counter-narrative (8 items, reliability 0.781). The selection of those subjects was made using the convenience sampling technique. We employed the correlational method to analyze the data. Our analysis showed that master narrative was not correlated with National Identity with a p-value = 0.179 (> 0.05). Meanwhile, the narrative counter correlates with National Identity with a value of p = 0.008 (<0.05) and a correlation coefficient of 0.234. This means that if someone accepts a counter-narrative statement, it will add value to their National Identity.
PEMBUATAN NARASI PERAN ETNIS TIONGHOA PADA MASA PERANG DI INDONESIA Kurnia Setiawan
PROSIDING SERINA Vol. 1 No. 1 (2021): PROSIDING SERINA III 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1418.596 KB) | DOI: 10.24912/pserina.v1i1.17605

Abstract

Sejalan dengan era reformasi yang semakin terbuka dan memberikan kesempatan etnis Tionghoa untuk turut berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial, budaya, dan politik pasca Orde Baru, masih menyisakan beberapa pertanyaan, salah satunya adalah apakah etnis Tionghoa turut mengambil bagian dalam sejarah perang di Indonesia ? Hal ini hampir  tidak pernah diangkat/ dibahas dalam ranah publik. Oleh karena itu Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Tarumanagara  berkolaborasi dengan mitra Perhimpunan Indonesia Tionghoa mengangkat tema ”Peran Etnis Tionghoa dalam Perang di Indonesia” melalui Festival Agen Perubahan Indonesia 2021, yang di dalamnya ada kegiatan lomba, pameran dan webinar. Festival Agen Perubahan Indonesia (API) 2021 merupakan kegiatan berkelanjutan yang telah dilaksanakan pada tahun 2019 dan 2020 dengan tema yang berbeda setiap tahunnya. Khalayak sasaran Festival API adalah orang muda yang berpotensi sebagai agen perubahan masa depan. Melalui Festival API diharapkan dapat menginspirasi dan menumbuhkan semangat untuk berkarya dan membangun Indonesia melalui karya poster Essay yang dilombakan. Para tokoh Tionghoa yang diangkat sebagai subyek pada poster dapat menjadi sarana untuk pembelajaran sejarah yang hilang/ dihilangkan pada era Orde Baru dan dapat sebagai model dan teladan bagi generasi muda saat ini. Metode yang digunakan melalui Design Thinking (Hasso Platner, Stanford). Mahasiswa desain lintas kampus diajak untuk merespon tema dengan menggunakan media poster untuk menyampaikan apresiasi dan pesan kepada publik berdasarkan studi yang telah dilakukan.Tahapan design thinking; empathy, define, ideate, prototype, test. Kegiatan Festival Api memperoleh animo besar, Panglima TNI bersedia memberikan sambutan, dihadiri oleh banyak partisipan dan pemenang lomba bahkan berasal dari mahasiswa non Tionghoa. Hasil dari Festival Api / luaran berupa artikel ilmiah, pameran poster, video, dan HaKI.
MENJADI INDONESIA: MENCARI IDENTITAS NASIONAL Ninawati Ninawati; Kurnia Setiawan
PROSIDING SERINA Vol. 1 No. 1 (2021): PROSIDING SERINA III 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1548.991 KB) | DOI: 10.24912/pserina.v1i1.17679

Abstract

Every individual has an identity, Inaç and Unal (2013) say there are two types of identity, namely granted identity (given identity) and gain identity (acquired identity). The ethnic Chinese national identity is often doubted, for that from the three studies carried out related to national identity are presented through the dissemination of the research results. The purpose of this activity is to present the results of research with the theme of national identity, which at the same time is used to make posters that are contested. The dissemination was carried out through an online webinar on November 29, 2021 with 75 participants. The resource persons involved three people from the INTI association, researchers, and FSRD lecturers who organized the poster competition. The poster competition was attended by around 100 people who produced 23 posters and three winners were determined. Meanwhile, from the exposure of the research results obtained results that need to be observed, namely identity is formed depending on the environment including the narrative it receives. The discrimination narratives are still felt by the ethnic Chinese. Ethnic diversity in Indonesia, including the Chinese ethnicity. One form of diversity is acculturation, the form of integration – which is accepting Indonesian culture while still loving Chinese culture – is preferred. Knowledge and perception of national identity can be expressed in various forms, including culture, introduction to places and culinary, this meaning is contained in the posters made by the students participating in the competition. The output target obtained is an understanding of national identity that can be expressed through various media.
MEMBANGUN NARASI PERAN ETNIS TIONGHOA DALAM PERANG DI INDONESIA Kurnia Setiawan
PROSIDING SERINA Vol. 2 No. 1 (2022): PROSIDING SERINA IV 2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (716.208 KB) | DOI: 10.24912/pserina.v2i1.19861

Abstract

Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) berdiri pada tahun 1999 setahun setelah kerusuhan Mei 1998, memiliki ciri kebangsaan dan nasionalisme. Sejalan dengan era keterbukaan dan kebebasan semenjak reformasi 98, banyak terjadi perubahan bagi etnis Tionghoa di Indonesia tetapi kadangkala nasionalisme dan keterlibatan etnis Tionghoa dalam perang di Indonesia masih diragukan/ dipertanyakan. Oleh karena itu pada perayaan hari kemerdekaan 2021 INTI bersama FSRD Untar mengadakan kegiatan Festival Agen Perubahan Indonesia (API) dengan tema ”Peran Etnis Tionghoa dalam Perang di Indonesia” dalam rangka memberikan informasi dan apresiasi para tokoh Tionghoa yang berjasa bagi Indonesia, yang di dalamnya ada kegiatan lomba, pameran dan webinar. Metode yang digunakan adalah Design Thinking; empathy, define, ideate, prototype, test. Kegiatan yang dilakukan dapat dikatakan sukses. Pemilihan tema “Peran Etnis Tionghoa dalam Perang di Indonesia” mampu menarik perhatian sehingga banyak partisipan yang hadir, mulai dari mahasiswa, pimpinan organisasi, sampai dengan Panglima TNI yang bersedia untuk memberikan kata sambutan. Cara Festival API membangun narasi tentang peran etnis Tionghoa dalam perang di Indonesia melalui kegiatan lomba, pameran dan webinar. Mahasiswa peserta lomba belajar dan berproses mengenal tokoh – tokoh Tionghoa yang berjasa serta ditampilkan kepada publik melalui pameran. Diseminasi dilakukan melalui pameran virtual dan webinar yang diliput oleh beberapa media massa, juga dibuat video aftermovie yang dimasukan dalam kanal media sosial (utube).
Peranan Desain Komunikasi Visual dalam Melestarikan “Kie Lin the Living Tradition” Trihadi Wahyudi; Kurnia Setiawan
VISUAL Vol 18 No 1 (2022)
Publisher : FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN - UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jurnal.v18i1.22295

Abstract

Kie Lien adalah hewan yang disucikan dalam mitologi Tionghoa. Pada perayaan Cap Go Meh di kota Bogor Kiel in turut hadir memeriahkan acara tersebut. Pada tahun 2016 pernah dilakukan penelitian tentang Kie Lin yang menggali peran dan makna Kie Lien. Penelitian yang dilakukan saat ini adalah elaborasi dari data penelitian sebelumnya untuk kemudian dikemas dalam bentuk media popular, yaitu buku tentang Kie Lin. Tujuan penelitian adalah untuk memperkenalkan dan melestarikan Kie Lin kepada khalayak. Obyek penelitian adalah Kie Lin PGB Bangau Putih. Metode penelitian menggunakan Five Steps of Design dari Robin Landa untuk menghasilkan prototype buku “Kie Lin the Living Tradition”. Pada tahap 1 dan 2 (orientasi dan analisa) menggunakan data penelitian sebelumnya, pada tahap 3, 4, 5 (konsep, desain, implementasi) berkolaborasi dengan projek tugas akhir mahasiswa program studi Desain Komunikasi Visual. Desain menggunakan narrative illustration yang berasal dari foto dokumentasi perayaan Cap Go Meh dan hasil wawancara dari penelitian sebelumnya. Konsep desain buku memiliki keywords; historic, vintage, oriental untuk menampilkan Kie Lin sebagai bagian dari tradisi yang memiliki rekam jejak sejarah dan merupakan bagian dari budaya Tionghoa
HUBUNGAN IDENTITAS NASIONAL DENGAN POLA AKULTURASI REMAJA ETNIS TIONGHOA DI JAKARTA Ninawati Ninawati; Kurnia Setiawan; Meiske Yunithree Suparman
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 6 No. 1 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i1.13451.2022

Abstract

Ethnic Chinese are one of the minority groups in Indonesia who often receive discriminatory treatment. However, despite receiving continuous discrimination, the Chinese still "survive" and acculturate with other ethnic groups. The acculturation pattern has four categories (a) integration (sense of belonging to the original culture and current culture is high); (b) assimilation (sense of belonging to low native culture and high current culture); (c) separation (sense of belonging to high native culture and low current culture); (d) marginalization (sense of belonging to the original culture and current culture are all low) (Berry & Hou, 2016). This study aims to highlight the pattern of Chinese ethnic acculturation in Jakarta. The research method used is correlational quantitative method. The subjects are students at one of the universities in Jakarta, with the selection of samples using a convenience sampling technique. Data was collected using Google forms with 15-20 minutes to complete. Subjects who recognized themselves as ethnic Chinese totaled 115 people out of 277 submitted answers. The results of the study show that the national identity of all participants has a high value, meaning that the participants of this study have a national identity that does not need to be doubted. This can also be seen from each dimension that supports the national identity variable, as well as the acculturation variable which tends to be high in value. In the grouping of acculturation patterns, the most chosen is integration, which means that participants value the new culture highly, in this case, Indonesian culture and also highly value the original culture, in this case, the Chinese ethnic culture.