Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Pengaruh Rasio Pelarut N-Heksana dan Etanol Terhadap Rendemen, Aktivitas Antioksidan Minyak Atsiri Jahe (Zingiber Majus Rumph) Varietas “Emprit” yang Dihasilkan Tunjung Wulandari; Rohadi Rohadi; Aldila Sagitaning Putri; Devy Angga Gunantar
Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Vol 12, No 2 (2017): September
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.106 KB) | DOI: 10.26623/jtphp.v12i2.1800

Abstract

Jahe salah satu tanaman obat yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan obat tradisional. Rimpang jahe emprit (Z. majus Rumph) mengandung oleoresin dan minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio pelarut n-heksan-etanol terhadap hasil dan karakteristik minyak atsiri jahe emprit segar. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu rasio pelarut n-heksan-etanol. Perlakuan tersebut adalah, P1 (n-heksan : etanol 1 : 0) ; P2 (n-heksan : etanol 2:1); P3 (n-heksan : etanol 1:1); P4 (n-heksana : etanol 1:2); dan P5 (n-heksan :etanol 0 :l). Perlakuan berpengaruh nyata terhadap hasil dan karakteristik minyak atsiri jahe emprit (p<0,05). Perlakuan P1 dihasilkan rendemen terbesar, yakni 1,3±0,51 %, namun untuk kualitas oleoresin terbaik dihasilkan perlakuan P3, dengan karaketristik oleoresin indeksbias sebesar 1,488, total fenolik sebesar 0,43% dan aktivitas antioksidan 90,57± 0,58 %.
KOMPARASI SIFAT ANTIOKSIDATIF SEDUHAN TEH HIJAU, TEH HITAM, TEH OOLONG DAN TEH PUTIH PRODUKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX Lusi Dwi Anggraini; Rohadi Rohadi; Aldila Sagitaning Putri
Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Vol 13, No 2 (2018): September
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.037 KB) | DOI: 10.26623/jtphp.v13i2.2379

Abstract

Teh merupakan minuman yang paling populer di masyarakat. Terdapat empat jenis teh : teh hijau, teh hitam, teh oolong, teh putih. Keempatnya dibedakan berdasarkan proses pengolahan. Keempat jenis teh tersebut mengandung polifenol yang berpotensi sebagai antioksidan yang mampu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Pemanfaatan bahan alam ini menjadi motivasi dilakukannya penelitian tentang sifat antioksidatif pada seduhan empat jenis teh yaitu teh hijau, teh hitam, teh oolong dan teh putih yang di produksi PT Perkebunan Nusantara XI.Penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui komparasi sifat antioksidatif seduhan  teh  hijau,  teh  hitam,  teh  oolong  dan  teh  putih  di  PT  Perkebunan Nusantara IX. Mengetahui aktivitas antioksidan terkuat dari seduhan teh hijau, teh hitam, teh oolong dan teh putih di PT Perkebunan Nusantara IX. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang pada bulan Januari 2017. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yaitu metode penyeduhan dengan 4 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan pada teh hijau, teh hitam, teh oolong dan teh putih dengan metode penyeduhan pada suhu 60˚C± 2ºC selama 10 menit. Variabel yang diamati antara lain analisis proksimat, total fenolik, total flavonoid, dan aktivitas antioksidan (RSA-DPPH). Data yang diperoleh dianalisis ragam dan apabila ada perbedaan antar perlakuan maka diuji lanjut dengan uji wilayah ganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.Hasil penelitian terhadap seduhan teh hijau, teh hitam, teh oolong dan teh putih di PT Perkebunan Nusantara IX dengan penyeduhan pada suhu 60ºC ± 2ºC selama 5 menit menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan sifat antioksidatif total fenolik, total flavonoid, dan aktivitas antioksidan. Kadar total fenolik tertinggi pada teh oolong (1,90 mgGAE/g), total flavonoid tertinggi pada teh hijau 0,1991 mgQE/g, dan aktivitas antioksidan tertinggi pada teh putih (89,63%). Dari keempat jenis teh tersebut teh yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi adalah teh putih dengan aktivitas antioksidan 89,63%.
RASIO n-HEKSANA-ETANOL TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA OLEORESIN AMPAS JAHE (Zingiber majus Rumph) VARIETAS EMPRIT Dwi Hastuti; Rohadi Rohadi; Aldila Sagitaning Putri
Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Vol 13, No 1 (2018): Februari
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.447 KB) | DOI: 10.26623/jtphp.v13i1.2374

Abstract

Ampas jahe merupakan limbah industri jamu, minuman kesehatan ataupun jahe instan.Ampas jahe masih mengandung minyak yang dapat di ekstrak untuk mendapatkan oleoresin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasio n-heksan-etanol terbaik terhadap rendemen dan karakteristik fisik dan kimia oleoresin ampas jahe (Zingiber majus Rumph) varietas emprit. Ampas jahe di ekstrak dengan cara maserasi menggunakan rasio pelarut n-heksan:etanol. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu rasio n-heksan-etanol. Perlakuan dalam penelitian berpengaruh nyata terhadap karakteristik oleoresin jahe emprit. Perlakuan terbaik yaitu pada perlakuan kedua (P2) maserasi dengan pelarut etanol, menghasilkan rendemen 1,86 ± 0,22, total fenolik 0,433 ± 0,00 g-GAE/100 g- Ekstrak, indeks bias 1,5345 ± 0,0007, dan aktivitas antioksidan 90,57 ± 0,58%. 
Pengaruh Suhu Pengeringan pada Pembuatan Kelapa Parut Kering (Desiccated Coconut) Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik Ery Pratiwi; Aldila Sagitaning Putri; Devy Angga Gunantar
Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Vol 15, No 2 (2020): SEPTEMBER
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/jtphp.v15i2.2622

Abstract

Telah dilakukan penelitian pengaruh suhu pengeringan terhadap sifat kimia (rendemen, kadar air, kadar lemak) dan sifat organoleptic (warna dan aroma) pada pembuatan kelapa parut yang dikeringkan. Hasil yang diperoleh dilakukan analisa sifat kimia (rendemen, kadar air, kadar lemak) dan organoleptik (warna dan aroma).Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan  satu factor, yaitu suhu pengeringan 50°C, 60°C, 70°C, 80°C dengan 4 kali ulangan. Data yang diperoleh dihitung menggunakan perhitungan rancangan percobaan (RAK) apabila ada perbedaan nyata antar perlakuan, dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf %% untuk mengetahui perbedaan masing-masing taraf perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil kadar air 2,96%, kadar lemak 48,90%, rendemen 36,62% terbaik pada kondisi suhu pengeringan 80°C
VARIASI LAMA MASERASI TERHADAP RENDEMEN, INDEKS BIAS, TOTAL FENOLIK DAN SITRONELAL OLEORESIN DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix DC) Arini Suci Prastiwi; Rohadi Rohadi; Aldila Sagitaning Putri
Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Vol 14, No 1 (2019): Februari
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/jtphp.v14i1.2491

Abstract

Jeruk   purut   (Citrus   hystrix   DC)   merupakan   salah   satu   tanaman hortikultura yang banyak dimanfaatkan pada bagian buah dan daunnya sebagai penyedap makanan. Bagian jeruk purut yang digunakan pada penelitian ini adalah daunnya.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  variasi  lama  maserasi terhadap rendemen, indeks bias, total fenolik, dan senyawa sitronelal oleoresin daun jeruk purut. Sampel yang digunakan berupa daun jeruk purut segar yang diekstrak dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu lama maserasi (1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama maserasi berpengaruh nyata terhadap analisis rendemen, total fenolik dan sitronelal (p<0,05), namun tidak berpengaruh nyata terhadap analisis indeks bias (p>0,05). Perlakuan terbaik yaitu pada perlakuan ketiga (P3) lama maserasi selama 3 jam, mengahasilkan rendemen 2,91± 0,42; indeks bias 1,50 ± 0,00; total fenolik 0,20 ± 0,10 dan sitronelal 63,66%.
SIFAT ANTIOKSIDATIF EKSTRAK TEH (Camellia sinensis Linn.) JENIS TEH HIJAU, TEH HITAM, TEH OOLONG DAN TEH PUTIH DENGAN PENGERINGAN BEKU (Freeze Drying) Dea Ira Lelita; Rohadi Rohadi; Aldila Sagitaning Putri
Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Vol 13, No 1 (2018): Februari
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.306 KB) | DOI: 10.26623/jtphp.v13i1.2372

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat antioksidatif ekstrak teh (Camellia sinensis Linn.) jenis teh hijau, teh hitam, teh oolong dan teh putih dengan pengeringan beku (Freeze drying). Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang sifat antioksidatif ekstrak teh (Camellia sinensis Linn.) jenis teh hijau, teh hitam, teh oolong dan teh putih dengan pengeringan beku (Freeze drying).Rancangan percobaan ini menggunakan satu faktor yaitu jenis teh dengan 4 perlakuan yaitu P1 : Ekstrak Teh Hijau, P2 : Ekstrak Teh Hitam, P3 : Ekstrak Teh Oolong, P4 : Ekstrak Teh Putih. dan 4 kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisa dengan sidik ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK)Hasil penelitian menunjukan kapasitas antioksidatif ekstrak teh setara total fenolik (mgGAE/g-ekstrak) berturut- turut yaitu P2 (Ekstrak teh hitam) 25,67±0,008 < P4 (Ekstrak teh putih) 29,93±0,037 < P1 (Ekstrak teh hijau) 30,89±0,014 < P3 (Ekstrak teh oolong)31,93±0,494. Kapasitas antioksidatif ekstrak teh setara total flavonoid (mg-QE/ g–ekstrak)berturut-  turut  yaitu  P2  (Ekstrak  teh  hitam)  14,73±0,363  <  P4  (Ekstrak  teh  putih)15.60±0,582 < P3 (Ekstrak teh oolong) 16,44±0,526 < P1 (Ekstrak teh hijau) 17,52±0,423. Kapasitas antioksidan penangkapan radikal bebas DPPH berturut- turut Konsentrasi 1000 ppm P2 (Ekstrak teh hitam) 55,48±0,684 < P1 (Ekstrak teh hijau) 86,32±0,107 < P3 (Ekstrak teh oolong) 87,20±0,217 < P4 (Ekstrak teh putih) 92,91±0,077 . Konsentrasi 1250 ppm P2 (Ekstrak teh hitam) 71,90±0,296 < P1 (Ekstrak teh hijau) 89,22±0,092 < P3 (Ekstrak teh oolong) 92,19±0,289 < P4 (Ekstrak teh putih) 93,27±0,190. Konsentrasi 1500 ppm P2 (Ekstrak teh hitam) 72,07±0,308 < P1 (Ekstrak teh hijau) 93,40±0,198 < P3 (Ekstrak teh oolong) 92,86±0,020 < P4 (Ekstrak teh putih) 93,61±0,094. Sifat antioksidatif didapatkan kadar terbaik pada perlakuan P4, sehingga perlakuan P4 memiliki potensi yang baik bila diaplikasikan sebagai antioksidan alami pada sistem pangan. 
A Study on The Utilization of Purple Sweet Potato (Ipomea batatas L) for Ice Cream as Antioxidants Sudjatinah - Sudjatinah; Cornelius Hari Wibowo; Aldila Sagitaning Putri
Journal of Applied Food Technology Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Dept. Food Technology, Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.426 KB) | DOI: 10.17728/jaft.6098

Abstract

The purposes of this study were to determine overrun, water content, anthocyanin and antioxidant content, and to find out the best formulations. The design used was completely randomized design (CRD) with a unidirectional pattern consisting of 5 treatments with 4 replications, while the treatment factor was the disticntion between ratio of sweet potato mash and water, as follows: P1: 50%: 50%; P2`: 60%: 40%; P3: (70%: 30%); P4: (80%:20%); P5: 90%: 10%. The observed variables were the content of water, overrun, anthocyanin and antioxidant activity. The results showed that the treatment had a significant effect (P <0.05) on the average water content, overrun and anthocyanin activity. The treatment did not have a significant effect (P> 0.05) on the average antioxidant activity. In conclusion : the ratio of purple sweet potato mash had a significant effect (P <0.05) on water content, overrun and anthocyanin, but it did not influence significantly (P> 0.05) on the antioxidant activity. Furthermore, the best ratio of water and purple sweet potato mash is 2:8 to produce a standard water content and overrun, anthocyanin levels and high antioxidant activity.
PENERAPAN GOOD MANUFACTURING PRACTICE (GMP) PADA PROSES PENGOLAHAN DODOL PISANG BAGI SISWA SMK NEGERI 1 BAWEN Aldila Sagitaning Putri; Dewi Larasati; Elly Yuniarti Sani
Jurnal Pasopati : Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Pengembangan Teknologi Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

SMK Negeri 1 Bawen memiliki Program keahlian Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian dan Perikanan (APHPP) memiliki satu paket keahlian, yaitu Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP). Peserta didik program keahlian Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian dan Perikanan (APHPP) SMK Negeri 1 Bawen dipersiapkan untuk menjadi tenaga terampil menengah dalam industri pengolahan hasil pertanian. Untuk mendukuang beberapa tujuan SMK Negeri 1 Bawen adalah Membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar kompeten dalam melaksanakan cara produksi yang baik dan melakukan proses pembuatan berbagai produk pilihan, maka perlu adanya penambahan ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam hal Good Manufacturing Practice (GMP) atau dalam bahasa Indonesia Cara Produksi yang Baik (CPB) dan pengolahan produk pangan (pisang). Pengetahuan tentang penerapan GMP pada industri pangan bagi masyarakat umumnya dan Siswa-siswi SMK Negeri 1 Bawen khususnya masih belum diberikan pada mata pelajaran. Sehingga perlu dilakukan sosialisasi tetantang pentingnya pengetahuan tentang penerapan GMP dan pengolahan pisang bagi siswa SMK Negeri Bawen sebagai bekal pengetahuan dalam bekerja dan berwirausaha. Untuk meningkatkan/menambah pengetahuan tentang penerapan GMP dan pengolahan pisang bagi siswa SMK Negeri Bawen maka dilakukan sosialisasi dengan memberikan alur penerapan GMP pada pembuatan dodol pisang. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat khususnya bagi siswa siswi di SMK Negeri 1 Bawen tentang pentingnya penanganan pascapanen buah pisang serta cara pengolahannya dan memberikan ketrampilan teknik penanganan pasca panen buah pisang segar serta cara pengolahannya. Dari hasil pengabdian dapat dilihat bahwa respon dari para siswa siswi SMK Negeri 1 Bawen sangat antusias, hal ini dapat dilihat dari diskusi yang dilakukan, banyak pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada kami, bahkan dari pihak sekolah meminta untuk diberikan lagi pelatihan-pelatihan yang serupa tetapi dengan bahan baku yang berbeda.Kata Kunci : GMP, dodol pisang
Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Snack Bar Tinggi Protein Bebas Gluten dengan Variasi Tepung Beras, Tepung Kedelai dan Tepung Tempe Binardo Adi Seno Mawarno; Aldila Sagitaning Putri
AgriHealth: Journal of Agri-food, Nutrition and Public Health Vol 3, No 1 (2022): April
Publisher : Research and Development Center for Food, Nutrition and Public Health (P4GKM) LPPM UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/agrihealth.v3i1.60632

Abstract

The problem of malnutrition, especially stunting, is still a problem for some Indonesian people because they have not fulfilled both macro and micronutrients in a balanced way. This study aims to determine the quality of protein snack bars that have the potential to overcome stunting problems physically, chemically and sensory. The snack bar formulation in this study used soybean flour, tempeh flour, and a mixture of soybean flour and tempeh flour to substitute for 20% of rice flour. “Granola” in snack bar products is a mixture of crispy rice, tempeh, tofu, nuts and local dried fruits. Data analysis used One Way ANOVA with Duncan and Man Whitney test. The results showed that the snack bar with tempeh flour substitution had the highest protein value of 18.09%. For texture, the snack bar with the addition of soy flour has the most brittle texture, while the sensory analysis results show that the snack bar with the addition of a mixture of soy flour and tempeh is the most preferred by consumers. Overall, all snack bar treatments met the USDA (United States Department of Agriculture) snack bar quality standards, particularly protein values that were well above the minimum value of 8%. Thus, this snack bar product is expected to be one solution to the problem of stunting in children who require high protein intake.
SOSIALISASI PENERAPAN GOOD MANUFACTURING PRACTICE (GMP) DAN PENGOLAHAN PISANG BAGI SISWA SMK NEGERI I BAWEN Aldila Sagitaning Putri; Dewi Larasati; Elly Yuniarti Sani
JIPAM : Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2022): JIPAM : Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : STAI Darul Qalam Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.315 KB) | DOI: 10.55883/jipam.v1i2.11

Abstract

One of the expertise programs at SMK Negeri 1 Bawen is the Agribusiness Expertise Program for Processing Agricultural products and Fisheries (APHPP) has one package of expertise, namely Agricultural Product Processing Technology (TPHP). Students of the Agribusiness Expertise Program in Processing Agricultural products and Fisheries (APHPP) SMK Negeri 1 Bawen are prepared to become intermediate skilled workers in the agricultural products processing industry. To accommodate some of the objectives of SMK Negeri 1 Bawen is to equip students with knowledge, skills, and attitudes to be competent in carrying out good ways of production and carrying out the process of making various selected products, it is necessary to add knowledge and skills in terms of Good Manufacturing Practice (GMP) or in the Indonesian of Good Production Methods (CPB) and processing of food products (bananas). Knowledge about the application of GMP to the food industry for the general public and students of SMK Negeri 1 Bawen in particular is still not given to subjects. So it is necessary to socialize the importance of knowledge about the application of GMP and banana processing for students of SmK Negeri Bawen as a provision of knowledge in work and entrepreneurship. To increase / increase knowledge about the application of GMP and banana processing for students  of SmK Negeri Bawen, socialization is carried out by providing the flow of application of GMP and how to make banana flour, banana nuget and banana dodol.  This community service activity aims to provide information to the community, especially for students at SMK Negeri 1 Bawen about the importance of handling post-harvest bananas and how to process them and providing engineering skills for handling fresh bananas and  how to process them. From the results of the devotion, it can be seen that the response from the students of SMK Negeri 1 Bawen is very enthusiastic, this can be seen from the discussions conducted, many questions were given to us, even from the school asking to be given more similar trainings but with different raw materials