Meria Tirsa Gundo
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sintuwu Maroso Poso

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

DAERAH PENANGKAPAN DAN STATUS ALAT TANGKAP IKAN RONO(Xenopoecilus Oophorus) DI DANAU POSO Gundo, Meria Tirsa
MEDIA LITBANG SULTENG Vol 3, No 1 (2010)
Publisher : MEDIA LITBANG SULTENG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.319 KB)

Abstract

Keberadaan spesies ikan Rono (Xenopoecilus oophorus)di danau Poso diidentifikasi pertama kali pada tahun1988 oleh Kottelat. Ikan Rono (Xenopoecilus oophorus) merupakan ikan endemik berukuran kecil  yang memiliki warna hitam kehijau-hijauan.  Berdasarkan data “Red List of Treatened Animal 2009 of IUCN” (www.iucnredlist.org) diketahui populasi jenis ikan Rono (Xenopoecilus oophorus) ini sedang teracam punah jika tidak dikelola secara benar.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi ilmiah tentang jenis dan penggunaan alat tangkap serta kondisi daerah penangkapan ikan Rono (Xenopoecilus oophorus) di danau Poso. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – Sepetember 2009 di Danau Poso Sulawesi Tengah. Untuk mencapai tujuan penelitian  maka dilakukan  beberapa kegiatan yaitu : Inventarisasi dan dokumentasi  jenis alat penangkapan dan alat bantu penangkapan. Pengamatan kondisi ekologis di stasiun, melakukan wawancara  dengan nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan Rono (Xenopoecilus oophorus), identifikasi daerah penangkapan dengan menggunakan GPS Garminetrex. Kemudian dipetakan diatas peta dasar skala 1: 25.000. Berdasarkan hasilpenelitian diketahui bahwa Alat Tangkap yang digunakan dalam penangkapan ikan Rono  (Xenopoecilus oophorus) ialah  Jaring yang dimodifikasi dari waring  berwarna hitam dengan ukurang mata jaring  ± 3mm x 3mm. Alat bantu penangkapan yang digunakan dalam penangkapan ikan Rono (Xenopoecilus oophorus) terdiri atas: 1). Lampu petromaks; 2). Perahu dayung tradisional dan perahu motor (Katinting) ; 3). Seser dari bahan yang sama dengan jaring, dibuat berbentuk lingkaran dengan pegangan dan bingkai dari besi dengan diameter ± 50 cm. Status alat tangkap ini tidak ramah lingkungan karena selektivitas  alat tangkap dan alat bantu penangkapan sangat rendah sehingga mengancam keberadaan populasi ikan Rono (Xenopoecilus oophorus) yang merupakan ikan endemik di Danau Poso.  Selanjutnya diketahui pula bahwa terdapat tiga daerah penangkapan ikan Rono (Xenopoecilus oophorus) di danau Poso yaitu: 1). Bagian Utara Danau Poso, masyarakat setempat menamakan daerah-daerah perairan ini adalah: Tando Dilana, Watu Mpangasa, Tamuu, Tando Lala,  Tando Duwangko; 2). Bagian Barat Danau Poso yaitu di daerah perairan Tando Dumalanga bagian Selatan dan perairan Tando Dumalanga bagian Utara; 3). Bagian Timur Danau Poso yaitu di daerah perairan bagianUtara desa Tolambo.
KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN GASTROPODA AIR TAWAR DI PERAIRAN DANAU POSO Gundo, Meria Tirsa
MEDIA LITBANG SULTENG Vol 3, No 2 (2010)
Publisher : MEDIA LITBANG SULTENG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.324 KB)

Abstract

Gastropoda merupakan salah satu Kelas dari Fillum Mollusca, dan merupakan salah satu jenis komunitas fauna bentik  yang hidup didasar perairan. Komunitas fauna bentik ini banyak ditemukan di perairan danau Poso, namun hingga saat ini   data  tentang bioekologinya masih sangat kurang sehingga perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Danau Poso Sulawesi Tengah pada bulan Oktober - Desember 2009. Stasiun pengamatan ditentukan berdasarkan  model area sampling yaitu suatu tehnik penentuan areal sampling dengan mempertimbangkan wakil-wakil dari daerah feografis. Tujuan penelitian ini adalah  untuk mengetahui spesies, kerapatan, pola penyebaran dan keanekaragaman  Gastropoda di danau poso, menggunakan  Metode pendekatan menurut Cox (1967) untuk mengetahui kerapatan; Ludwing and Reynolds (1988) untuk mengetahui indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (H’); Krebs (1989) untuk mengetahui Indeks keseragaman (E) dan Indeks Sebaran Morishita (Iδ); Odum  (1971) untuk mengetahui Indeks  Dominasi (C). Berdasarkan hasil penelitian diketahui delapan jenis gastropoda yang ditemukan di danau Poso yaitu: Tylomelania toradjarum, Tylomelania patriarchalis, Tylomeliana neritiformis, Tylomeliana kuli, Tylomeliana palicolarum, Tylomeliana bakara,  Tylomeliana sp1, Tylomeliana sp2. Hasil penelitian menunjukkan  Kerapatan gastropoda paling tinggi ditemukan di stasiun I, yaitu di bagian Utara danau Poso dengan 119,25 ind/m².  Stasiun II dan stasiun IV memiliki nilai Indeks Keanekaragaman spesies yang masuk dalam kategori sedang, sedang dua stasiun lainnya masuk dalam kategori rendah. Penyebaran jenis individu gastropoda di danau Poso memiliki dua pola  yaitu bersifat seragam dan mengelompok.
Hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi ikan rono, Adrianichthys oophorus Kottelat, 1990 (Beloniformes: Adrianichthyidae) di Danau Poso Sulawesi Tengah Meria Tirsa Gundo; M. F. Rahardjo; D. T.F. Lumban Batu; Wartono Hadie
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 14 No 3 (2014): Oktober 2014
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v14i3.83

Abstract

This study aims to assess the length-weight relationship and condition factor of eggcarrying buntinge (A. oophorus) in Danau Poso, Sulawesi Tengah. Fish collection carried out monthly, from August 2012 to July 2013 at four observation stations. A total of 735 individual fishes were caught consisted 566 females and 169 males, using traditional light fishing gear. The fish samples male and female ranged from 41 to 86 mm in length and ranged from 0.46 to 6.14 g in weight.The length-weight relationship of male and female fish are W = 6 x 10-6 L3,074and W = 8 x 10-6 L3,011 respectively. Both of male and female fish growth patterns are isometric. The condition factor for male and female fish are 1,35±0,06 and 1,43±0,05 respectively. Abstrak Penelitian ini bertujuan mengkaji hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi ikan rono (A. oophorus) di Danau Poso. Pengambilan contoh ikan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai Juli 2013 di empat stasiun pengamatan. Penang-kapan dilakukan pada malam hari dengan menggunakan bagan perahu tradisional. Diperoleh ikan contoh sebanyak 735 ekor, terdiri atas 566 ekor betina dan 169 ekor jantan. Panjang ikan jantan maupun betina berkisar antara 41-86 mm dan bobot berkisar antara 0,46-6,14 g. Persamaan hubungan panjang bobot ikan jantan sebagai dan betina sebagai W = 6 x 10"6L3,074dan W = 8x 10"6L3,011. Pola pertumbuhan ikan rono jantan maupun betina bersifat isometrik. Nilai rata-rata faktor kondisi ikan jantan dan betina berturut-turut 1,35±0,06 dan 1,43±0,05.
Dimorfisme seksual dan mikroanatomi ovarium ikan endemik rono (Adrianichthys oophorus, Kottelat 1990) di Danau Poso Sulawesi Tengah Meria Tirsa Gundo; M. F. Rahardjo; Wartono Hadie
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 13 No 1 (2013): Juni 2013
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v13i1.111

Abstract

The endemic fish, egg-carrying buntingi (Adrianichthys oophorus) is a small fish that consumed by local people around Lake Poso, Central Sulawesi. Local people catch this species with non-environment friendly activities and probably this species would be threatened. Scientific information is required to determine the appropriate management strategies, for example fish reproductive biology; while the information about reproductive biology of egg-carrying buntingi is still unkown. The study was conducted in four months (October 2011- February 2012) at Bio-Macro Laboratory, Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Fisheries and Marine Science and Histopathology Laboratory, Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University. All egg-carrying buntingi were collected from the fishermen at Lake Poso and preserved in 5% formalin. Microanatomy of ovarian made by HE staining method and observed by using light microscope. The result showed that egg-carrying buntingi has sexual dimorphism (t-test, a = 0.05), where female one has a longer pelvic fins size than male. Pelvic fin in female has a function to incubate the eggs. This fish has a single ovary with oval-shaped pouch. The Largest ovarian size has about 5 mm length and 3 mm width, which the position is extending under the stomach. Based on macroscopic analysis, the developmental level of egg-carrying buntingi ovarian are divided into four phases i.e. I (initial development phase), II (development phase), III (maturation phase), and IV (spent phase). Abstrak Ikan endemik rono (Adrianichthys oophorus) merupakan ikan berukuran kecil yang dikonsumsi masyarakat di sekitar Danau Poso. Penangkapan ikan ini tidak ramah lingkungan sehingga ketersediaannya di alam menjadi terancam. Diperlukan berbagai informasi ilmiah untuk menetapkan strategi pengelolaan yang tepat, di antaranya informasi biologi reproduksi ikan ini. Hingga saat ini informasi tersebut masih sangat kurang. Untuk mengisi kekurangan informasi tersebut maka penelitian ini dilakukan. Penelitian dilakukan selama empat bulan (Oktober 2011-Februari 2012) di Laboratorium Biomakro Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK dan Laboratorium Histopatologi FKH IPB. Ikan rono diambil dari hasil tangkapan nelayan di Danau Poso, diawetkan dalam larutan formalin 5%. Preparat mikroana-tomi ovarium dibuat dengan metode pewarnaan HE, selanjutnya pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya. Ikan rono memiliki dimorfisme seksual yaitu ikan betina memiliki ukuran sirip perut yang lebih panjang daripada ikan jantan. Sirip dada ikan rono betina lebih panjang yang berfungsi sebagai tempat untuk mengerami sekumpulan telurnya sampai menetas. Ikan ini memiliki ovarium tunggal berbentuk kantung oval. Ukuran ovarium terbesar memiliki panjang sekitar 5 mm dan lebar 3 mm dengan posisi lateral di bawah rongga perut. Ovarium ikan rono memiliki oosit dengan semua fase perkembangan, digolongkan ke dalam tipe ovarium yang perkembangan oosit-nya tidak bersamaan. Berdasarkan analisis makroskopis ovarium ikan rono, tingkatan perkembangan ovarium dibagi dalam empat fase yaitu: I (fase perkembangan awal), II (fase perkembangan), III (fase pematangan), dan IV (fase salin).
Genetic diversity of egg-carrying bunting, Adrianihcthys oophorus (Kottelat, 1990) endemic species of Lake Poso Central Sulawesi using truss morphometrics and sequens of cytochrome c oxidase subunit I gene (COI) Wartono Hadie; Meria Tirsa Gundo; Lies Emmawati
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 17 No 3 (2017): October 2017
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v17i3.363

Abstract

Endemic fish acts as an indicator of a unique and useful fish species population as a key species in conservation efforts. Egg-carrying Buntingi (Adrianichthys oophorus) is an of endemic fish species in Poso Lake that needs to be protected from extinction.This study aims to evaluate the morphometric and molecular diversity of rono fish as a basis in the endemic fish conservation strategy. The samples of fish are collected from three populations, namely Tolombo, Taipa, and Ten-tena. A total of 30 fish collected samples from each location are morphometrically measured using the truss morpho-metric method and analyzed applying principle component analysis. The fish samples are molecularly analyzed DNA sequencing using COI. The result of the analysis shows that rono fish populations in Poso lake morphometrically and molecularly have different diversity. In morphometrics, there are 12 characters which are the basic characters of three rono fish populations (p> 0.05), as many as three characters will become characters adapting to an environment (p< 0.05), and 11 characters have adapted to an each environments (p< 0.01). The results of the morphometric and mole-cular analysis between the three populations are appearing synchronous. The Tentena population is different from other populations, showing a significant difference in DNA level. The implication of the results of this study indicates that the rono fish conservation strategy can be adopted by restoring the total gene pool. Gene pool recovery can be con-ducted through cross-breeding of three different populations, resulting in gene flow and increased fitness that will keep the population of rono fish as a sustainable endemic species. Abstrak Ikan endemik berperan sebagai indikator suatu populasi jenis ikan yang unik dan bermanfaat sebagai spesies kunci da-lam upaya konservasi. Ikan rono (Adrianichthys oophorus) adalah jenis ikan endemik di Danau Poso yang perlu dilin-dungi dari ancaman kepunahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keragaman morfometrik dan molekuler ikan rono sebagai dasar dalam strategi konservasi ikan endemik tersebut. Sampel ikan dikoleksi dari tiga populasi, ya-itu populasi dari Tolombo, Taipa, dan Tentena. Sampel ikan sebanyak 30 ekor dari masing-masing lokasi diukur secara morfometrik menggunakan metode truss morphometric dan dianalisis dengan analisis komponen utama. Secara mole-kuler sampel ikan dianalisis sekuensing DNA menggunakan gen cytochrome C oxidase subunit 1 (COI). Hasil analisis menunjukkan bahwa populasi ikan rono di Danau Poso secara morfometrik dan molekuler memiliki keragaman yang berbeda. Secara morfometrik terdapat 12 karakter yang menjadi karakter dasar tiga populasi ikan rono (p> 0,05), seba-nyak tiga karakter akan menjadi karakter yang beradaptasi terhadap lingkungan (p < 0,05) dan 11 karakter telah bera-daptasi dengan lingkungan (p< 0,01). Hasil analisis morfometrik dan molekuler antar ketiga populasi terlihat sinkron. Populasi Tentena secara morfometrik dan molekuler terpisah dengan populasi lainnya yang berarti memiliki perbedaan nyata pada tingkat DNA dan morfometrik. Implikasi hasil penelitian ini memberikan indikasi bahwa strategi konservasi ikan rono dapat dilakukan dengan memulihkan kembali keragaman gen total (gen pool). Pemulihan gen pool dapat dila-kukan melalui perkawinan silang antar tiga populasi yang berbeda, sehingga terjadi aliran gen dan meningkatkan fitness yang akan menjaga populasi ikan rono sebagai jenis endemik tetap lestari.
Reproductive Characteristics of Female Egg-carrying Buntingi, Xenopoecilus oophorus, an Endemic Fish to Lake Poso in Central Sulawesi Gundo, Meria Tirsa; Rahardjo, Muhammad Fadjar; Batu, Djamar Tumpal Frederik Lumban; Hadie, Wartono
Makara Journal of Science Vol. 20, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Reproduction characteristic of female egg-carrying buntingi, Xenopoecilus oophorus had been studied. This research was conducted at Lake Poso, Central Sulawesi, Indonesia. Specimens were collected monthly from August 2012 to July 2013 at four sampling stations around the lake. Macroscopic observations of ovarian maturity level and gonadosomatic index revealed a long reproductive period during the rainy season, with four spawning peaks in November, January, February and April. The highest total fecundity was 135 oocytes, and the highest batch fecundity was 36 oocytes. Analysis of the oocyte diameter frequency distribution showed X. oophorus is a multiple spawner. Batch fecundity was correlated (r = 0.78) with body weight.