Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Penerapan Solution-Focused Brief Therapy dalam Meningkatkan Self-Esteem pada Remaja Perempuan Penderita Leukemia SOETIKNO, NAOMI; TEHUTERU, EDI SETIAWAN; MIRANDA, JESSICA; PATMONODEWO, SOEMIARTI
Indonesian Journal of Cancer Vol 11, No 2 (2017): April - June
Publisher : Indonesian Journal of Cancer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.895 KB)

Abstract

ABSTRACT The diagnosis of cancer have an impact on physical and psychological development of adolescent. Psychological impact is felt with the emergence of some emotional reactions, such as fear, anxiety, sadness, despair, anger, guilt, and shame. Adolescents who experience physical and psychological impact of the treatment of the cancer will experience problems in self-esteem and body image, that have an impact on the development of adolescent self until early adulthood. The establishment of self-esteem need to occur in adolescence. In adolescence, the individual will develop a positive sense of self so that adolescence is an important period for individuals to establish self-esteem, because at this time many changes occur both physically and emotionally. This study was conducted to help improve self-esteem in young woman with leukimia with solution-focused brief therapy. The participant of this study was two participants adolescent female with early-stage leukimia ALL types for two years. This therapy was conducted in three weeks by researcher herself. Researcher used questionnaries measuring selfesteem and graphics tests before and after the intervention to measure the role of therapy programs. Solution-focused brief therapy used in this study shows no role to improve the self-esteem of adolescent female patients with leukimia. This is because the PA subjects only increased by 2 points and subjects SS increased scores by 10 points ABSTRAK Diagnosis kanker memiliki dampak fisik dan psikologis bagi perkembangan remaja. Dampak psikologis yang dirasakan berupa timbulnya beberapa reaksi emosional, seperti takut, cemas, sedih, putus asa, marah, merasa bersalah, dan malu. Remaja yang mengalami dampak fisik dan psikologis dari pengobatan kanker yang dideritanya akan mengalami permasalahan pada self-esteem dan body image yang berdampak pada pengembangan diri remaja tersebut hingga masa dewasa awal. Pembentukan self-esteem terjadi pada masa remaja. Pada masa remaja individu akan mengembangkan sense of self yang positif sehingga masa remaja merupakan masa yang penting bagi individu untuk membentuk self-esteem, karena pada masa ini banyak terjadi perubahan-perubahan, baik secara fisik maupun emosi. Penelitian ini dilakukan untuk membantu meningkatkan self-esteem pada remaja perempuan penderita leukemia dengan solution-focused brief therapy. Penelitian ini dilakukan terhadap dua partisipan remaja perempuan penderita leukemia jenis ALL stadium awal selama dua tahun. Proses pemberian terapi dilakukan selama 3 minggu. Peneliti menggunakan alat ukur “Kuesioner Harga Diri” serta tes grafis sebelum dan sesudah intervensi untuk mengukur peranan program terapi. Solution-focused brief therapy yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terapi tersebut tidak berperan dalam meningkatkan self-esteem remaja perempuan penderita leukemia. Hal ini dikarenakan subjek PA hanya mengalami peningkatan skor sebesar 2 poin dan subjek SS mengalami peningkatan skor sebesar 10 poin
INTERVENSI ORIGAMI BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SPASIAL ANAK USIA DINI Lukman, Agnes Victoria; Sahrani, Riana; Patmonodewo, Soemiarti
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i1.2981

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas intervensi origami berbasis experiential learning dalam meningkatkan kemampuan spasial anak usia dini. Kemampuan spasial merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan spasial merupakan aspek dari kognisi yang berkembang sejalan dengan perkembangan kognitif. Kemampuan spasial pada anak berhubungan dengan relasi topologi atau spasial dua arah, seperti atas-bawah, kanan-kiri, depan-belakang. Banyak media yang terbukti dapat meningkatkan kemampuan spasial pada anak, salah satunya adalah origami. Dalam kegiatan origami, anak diajak untuk berpartisipasi aktif agar dapat membuat figur origami. Hal ini juga dibutuhkan dalam metode experiential learning. Experiential learning merupakan proses belajar melalui pengalaman (learning by doing). Dalam metode ini, siswa berpartisipasi aktif dalam sebuah kegiatan, sehingga menghasilkan pengetahuan atau kemampuan yang baru. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Partisipan penelitian berjumlah 3 orang yang merupakan siswa/i kelas K2 TK X dengan karakteristik: (a) usia partiipan antara 5-6 tahun; (b) partisipan sedang menjalani pendidikan di kelas K2 TK X tahun ajaran 2017-2018. Penelitian ini menggunakan desain dalam-kelompok, one-group pretest posttest. Peneliti memberikan intervensi origami berbasis experiential learning kepada partisipan penelitian setelah melakukan pre-test dan melakukan post-test terhadap partisipan setelah 8 sesi intervensi diberikan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kemampuan spasial partisipan mengalami peningkatan meskipun pada dimensi yang berbeda. Hasil post-test pada partisipan penelitian menunjukkan intervensi origami berbasis experiential learning meningkatkan kemampuan spasial anak anak usia dini. This study aims to determine the effectiveness of experiential learning-based origami intervention in improving young children’s spatial ability. Spatial ability is a fundamental aspect of cognition that develops in line with cognitive development. Spatial ability in children is associated with topological or two-way spatial relations, such as top-bottom, right-left, front-back. Many media are proven to improve spatial abilities in children, one of which is origami. In origami, children are invited to actively participate in order to make origami figures. This is also needed in experiential learning methods. Experiential learning is a process of learning through experience (learning by doing). In this method, students actively participate in an activity, so as to produce new knowledge or abilities. This research is a quasi-experimental research. There were 3 participants who were students of K2 Grade of Kindergarten X with the following characteristics: (a) the age of participants between 5-6 years; (b) participants are undergoing education in K2 grade kindergarten X during 2017-2018 school year. This study uses within-group design, one-group pretest posttest. The researcher gave origami intervention based on experiential learning to the study participants after pre-test, and administered post-test on the participants after 8 sessions of intervention were conducted. The result of this study indicates that the spatial ability of participants had increased, although in different dimensions. The results of post-test on participants showed that origami interventions based on experiential learning improve the spatial abilities of young children.
MOTIVASI BELAJAR BAHASA MANDARIN REMAJA AWAL: PERAN SELF-EFFICACY, PARENTAL INVOLVEMENT, DAN TEACHER STUDENT RELATIONSHIP Deasy Suparman; Riana Sahrani; Soemiarti Patmonodewo
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i1.3560

Abstract

Untuk dapat bersaing dalam era globalisasi diperlukan penguasaan second language, seperti bahasa Mandarin. Bahasa Mandarin merupakan bekal kompetensi untuk berkomunikasi dengan mitra dagang dari Negara Tiongkok di abad ke-21 ini. Pada era globalisasi saat ini, Negara Tiongkok memiliki kekuatan di bidang ekonomi dan telah menguasai pasar, baik dalam skala kecil maupun skala besar (Yudono, 2012). Penelitian menunjukkan adanya peningkatan Bahasa mandarin sebagai kurikulum di beberapa sekolah di Amerika Serikat (Dillon, 2010). Demikian pula di Indonesia, baik sekolah nasional maupun internasional telah mengujicobakan Bahasa mandarin (Yudono, 2012). Beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar Bahasa mandarin adalah self-efficacy, parental involvelment, dan teacher-student relationship. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran self-efficacy, parental involvement, dan teacher-student relationship dalam motivasi belajar Bahasa mandarin pada siswa SMP X. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif non-experimental dengan menggunakan teknik analisis regresi linier ganda. Partisipan penelitian adalah siswa SMP X sebanyak 174 orang. Teknik pengambilan sampel adalah convenience sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner self-efficacy, parental involvement, teacher-student relationship, dan motivation dengan skala likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy, parental involvement, dan teacher-student relationship berperan dalam motivasi belajar Bahasa mandarin remaja awal (R=0,76; R2=0,577; F=67,33; p < 0,05). Peran seluruh variabel Self Efficacy, Parental Involvement, dan Teacher Student Relationship ke Motivation adalah sebesar 57,7%. Peranan terbesar diberikan oleh variabel Self Efficacy (55,02%), berikutnya Parental Involvement (1,95%), dan terakhir Teacher Student Relationship (0,74%). To be able to compete in the globalization era, mastery of second languages is needed, such as Mandarin. Mandarin is a provision of competence to communicate with trading partners from China in the 21st century. In the current era of globalization, the State of China has power in the economic field and has controlled the market, both on a small scale and large scale (Yudono, 2012). Research shows an increase in Mandarin as a curriculum in several schools in the United States (Dillon, 2010). Likewise in Indonesia, both national and international schools have tried Mandarin Language (Yudono, 2012). Some factors that influence motivation to learn Mandarin are self-efficacy, parental involvelment, and teacher-student relationship. The purpose of this study was to determine the role of self-efficacy, parental involvement, and teacher-student relationship in motivation to learn Mandarin in X students of junior high school. This study uses a non-experimental quantitative design using multiple linear regression analysis techniques. The research participants were 174 students of SMP X. The sampling technique is convenience sampling. Research instruments in the form of self-efficacy questionnaires, parental involvement, teacher-student relationships, and motivation with a Likert scale. The results showed that self-efficacy, parental involvement, and teacher-student relationship play a role in motivation to learn early Mandarin Mandarin language (R = 0.76; R2 = 0.577; F = 67.33; p <0.05). The role of all variables of Self Efficacy, Parental Involvement, and Teacher Student Relationship to Motivation is 57.7%. The biggest role was given by the variable Self Efficacy (55.02%), followed by Parental Involvement (1.95%), and finally Teacher Student Relationship (0.74%).