Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh Mendongeng Terhadap Kemampuan Adaptif Anak Keterbelakangan Mental Soetikno, Naomi; Verauli, Roslina; Agustina, -
EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru Vol 9, No 2: Juli 2017
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/eh.v9i2.7033

Abstract

Abstract:. Adaptive ability is necessary to help individuals interact in their environment, only in children with mental retardation of adaptive ability is growing far below his age. One of the adaptive abilities is the ability of language which is the ability of language in social sense. Speaking can evolve through a variety of methods and approaches and one of them is storytelling. Very little research into fairy tales, so that researchers want to know the role of it. This study aims to determine the effect of storytelling on the adaptive ability of the development of language mentally mentally retarded. This research is useful for the development of developmental, clinical, and educational psychology science as well as for parents who have children with mental retardation as well as for teachers and professionals who help provide treatment in children mentally retarded. This research is experimental with Repeated Measures Design technique. Statistical analysis technique used is Friedman repeated measurement method. The subjects of this study were 3 children aged 9-12 years with the level of intelligence MR Ringan. Measurement of adaptive ability in research subjects is by adaptive behavior scale from AAMD which is repeated three times after the storytelling session is carried out. The results showed that giving the handling with fairy tale regularly as many as nine times in a row for three weeks have a significant effect on the ability of adaptive child development language with mental retardation.Keywords: Storytelling, adaptive ability, mentally retarded child Abstrak: Kemampuan adaptif sangat diperlukan untuk membantu individu berinteraksi di lingkungannya, hanya saja pada anak dengan keterbelakangan mental kemampuan adaptif ini berkembang jauh di bawah usianya. Salah satu kemampuan adaptif adalah kemampuan berbahasa yang merupakan kemampuan berbahasa dalam artian sosial. Berbahasa dapat berkembang melalui beragam metode dan pendekatan dan salah satunya adalah mendongeng. Masih sangat sedikit penelitian yang mendalami dongeng sehingga peneliti ingin mengetahui peran darinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mendongeng terhadap kemampuan adaptif yakni pada perkembangan berbahasa anak keterbelakangan mental. Penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan psikologi perkembangan, klinis, dan pendidikan serta bagi para orang tua yang memiliki anak dengan keterbelakangan mental juga bagi para guru dan professional yang membantu memberikan penanganan pada anak keterbelakangan mental. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan teknik Repeated Measures Design. Teknik analisis statistik yang digunakan adalah metode Friedman repeated measurement. Subyek penelitian ini adalah 3 orang anak usia 9-12 tahun dengan taraf kecerdasan MR Ringan. Pengukuran kemampuan adaptif pada subyek penelitian adalah dengan skala perilaku adaptif dari AAMD yang dilakukan berulang sebanyak tiga kali setelah sesi mendongeng dilaksanakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memberikan penanganan dengan dongeng secara rutin sebanyak sembilan kali berturut-turut selama tiga minggu berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan adaptif yaitu perkembangan bahasa anak dengan keterbelakangan mental.Kata kunci: Mendongeng, kemampuan adaptif, anak keterbelakangan mental.
Penerapan Solution-Focused Brief Therapy dalam Meningkatkan Self-Esteem pada Remaja Perempuan Penderita Leukemia SOETIKNO, NAOMI; TEHUTERU, EDI SETIAWAN; MIRANDA, JESSICA; PATMONODEWO, SOEMIARTI
Indonesian Journal of Cancer Vol 11, No 2 (2017): April - June
Publisher : Indonesian Journal of Cancer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.895 KB)

Abstract

ABSTRACT The diagnosis of cancer have an impact on physical and psychological development of adolescent. Psychological impact is felt with the emergence of some emotional reactions, such as fear, anxiety, sadness, despair, anger, guilt, and shame. Adolescents who experience physical and psychological impact of the treatment of the cancer will experience problems in self-esteem and body image, that have an impact on the development of adolescent self until early adulthood. The establishment of self-esteem need to occur in adolescence. In adolescence, the individual will develop a positive sense of self so that adolescence is an important period for individuals to establish self-esteem, because at this time many changes occur both physically and emotionally. This study was conducted to help improve self-esteem in young woman with leukimia with solution-focused brief therapy. The participant of this study was two participants adolescent female with early-stage leukimia ALL types for two years. This therapy was conducted in three weeks by researcher herself. Researcher used questionnaries measuring selfesteem and graphics tests before and after the intervention to measure the role of therapy programs. Solution-focused brief therapy used in this study shows no role to improve the self-esteem of adolescent female patients with leukimia. This is because the PA subjects only increased by 2 points and subjects SS increased scores by 10 points ABSTRAK Diagnosis kanker memiliki dampak fisik dan psikologis bagi perkembangan remaja. Dampak psikologis yang dirasakan berupa timbulnya beberapa reaksi emosional, seperti takut, cemas, sedih, putus asa, marah, merasa bersalah, dan malu. Remaja yang mengalami dampak fisik dan psikologis dari pengobatan kanker yang dideritanya akan mengalami permasalahan pada self-esteem dan body image yang berdampak pada pengembangan diri remaja tersebut hingga masa dewasa awal. Pembentukan self-esteem terjadi pada masa remaja. Pada masa remaja individu akan mengembangkan sense of self yang positif sehingga masa remaja merupakan masa yang penting bagi individu untuk membentuk self-esteem, karena pada masa ini banyak terjadi perubahan-perubahan, baik secara fisik maupun emosi. Penelitian ini dilakukan untuk membantu meningkatkan self-esteem pada remaja perempuan penderita leukemia dengan solution-focused brief therapy. Penelitian ini dilakukan terhadap dua partisipan remaja perempuan penderita leukemia jenis ALL stadium awal selama dua tahun. Proses pemberian terapi dilakukan selama 3 minggu. Peneliti menggunakan alat ukur “Kuesioner Harga Diri” serta tes grafis sebelum dan sesudah intervensi untuk mengukur peranan program terapi. Solution-focused brief therapy yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terapi tersebut tidak berperan dalam meningkatkan self-esteem remaja perempuan penderita leukemia. Hal ini dikarenakan subjek PA hanya mengalami peningkatan skor sebesar 2 poin dan subjek SS mengalami peningkatan skor sebesar 10 poin
HUBUNGAN ANTARA HARAPAN DAN STRES ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK DENGAN AUTISME Kurniadi, Grace; Atmodiwirjo, Ediasri Toto; Soetikno, Naomi
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.3860

Abstract

Autisme merupakan gangguan perkembangan yang ditandai dengan gangguan sosial perilaku dan minat yang terbatas. Setiap orang tua yang mempunyai anak, memiliki harapan yang indah dan baik untuk anaknya. Diagnosis autisme akan kondisi anak menyebabkan stres pada orang tua. Stres ini menyebabkan harapan orang tua berubah. Penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi antara harapan dan stres orang tua yang memiliki anak dengan autisme. Karakteristik partisipan ini adalah orang tua yang memiliki anak berusia 3-16 tahun. Anak sudah didiagnosa autisme oleh dokter atau psikolog ataupun psikiater. Partisipan yang mengisi alat ukur penelitian ini sebanyak 69 orang. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur harapan adalah adult dispotitional hope scale (ADHS), sementara alat ukur yang digunakan untuk mengukur stres orang tua adalah parental stress scale (PSS). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif korelasional dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Analisis data menggunakan uji korelasi dengan perangkat lunak SPSS versi ke 23. Uji korelasi yang dilakukan menunjukkan korelasi negatif yang lemah antara harapan dan stres orang tua (r = -.244, n = 69, p = .043). Hal ini menunjukkan jika stres orang tua tinggi, maka harapan itu rendah. Sebaliknya jika harapan tinggi, stres orang tua rendah. Orang tua diharapkan untuk membuat harapan yang realistis serta mengelola stres yang dapat memengaruhi kondisi psikologisnya. Autism is a developmental disorder characterized by impaired social behavior and limited interests. Every parent with children, hopes for the best for their children. If their children are diagnosed with autism, this will cause stress in parents. This stress causes the hope of parents to change. This study aims to find a correlation between hope and stress of parents who have children with autism. The characteristics of the participants are parents who have children aged 3-16 years. The child has been diagnosed with autism by a doctor, or psychologist, or psychiatrist. Participants who filled out the measurement tools of this study were 69 people. The measuring instrument used to measure expectations is the adult dispotitional hope scale (ADHS), while the measuring instrument used to measure parental stress is the parental stress scale (PSS). The research method used is quantitative correlational research method with purposive sampling technique. Data analysis was a correlation test using SPSS software version 23. The correlation test conducted showed a weak negative correlation between expectations and stress of parents (r = -.244, n = 69, p = .043). This shows that if parental stress is high, then hope is low. Conversely, if hope is high, parental stress is low. Parents are expected to have realistic hope and manage stress that can affect their psychological condition.
STUDI KASUS PADA ANAK DENGAN REGULATORY SENSORY PROCESSING DISORDER DI KLINIK TUMBUH KEMBANG X Paramita, Sila; Soetikno, Naomi; Irena, Florencia
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.3873

Abstract

Perkembangan sensori merupakan perkembangan penting bagi individu. Sejak lahir, individu mulai memproses informasi sensori yang diperoleh dari lingkungan. Setiap informasi yang diterima sensori individu akan diintegrasikan dan diolah di otak sehingga menampilkan respons perilaku adaptif. Integrasi sensori dapat membantu individu untuk menguasai kemampuan dasar, seperti bahasa, pengendalian emosi, dan kemampuan berhitung. Masalah dalam integrasi sensori berkaitan dengan masalah dalam pemrosesan informasi sensori yang dikenal sebagai Regulatory Sensory Processing Disorder (RSPD). Ketika individu mengalami masalah dalam pemrosesan informasi sensori, maka individu akan mengalami hambatan baik dalam keberfungsiannya sehari-hari maupun perkembangannya. Masalah sensori dapat dikenali sejak dini melalui karakteristik perilaku yang ditampilkan anak. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku anak dengan Regulatory Sensory Processing Disorder. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah satu orang yang merupakan pasien anak pada Klinik Tumbuh Kembang X. Metode pengambilan data menggunakan observasi, wawancara, dan asesmen psikologi. Ada pun sumber informasi diperoleh langsung melalui partisipan, orangtua, dan terapis. Untuk mengetahui gambaran fungsi sensori pada partisipan, peneliti menggunakan daftar observasi wawancara yang tertera pada ICDL-DMIC (2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan yang terlibat dalam penelitian ini mengalami gangguan pemrosesan sensori dengan tipe sensory-seeking. Partisipan penelitian menampilkan perilaku yang sangat aktif bergerak dan kesulitan memberikan atensi pada tugas yang diberikan. Hal tersebut berdampak pada performa akademis dan interaksi sosial yang dimiliki. Sensory development is an important development for individuals. From birth, individuals begin to process sensory information obtained from the environment. Every information received by an individual sensory receptor will be integrated and processed in the brain so that it displays an adaptive behavioral response. Sensory integration can help individuals to master basic abilities, such as language, emotional control, and numeracy skills. Problems in sensory integration are related to problems in processing sensory information known as Regulatory Sensory Processing Disorder (RSPD). When individuals experience problems in processing sensory information, individuals will experience obstacles both in their daily functioning and development. Sensory problems can be recognized early on through the behavioral characteristics displayed by children. Therefore, this study aims to describe the behaviour of children with Regulatory Sensory Processing Disorder. This research is a qualitative research with case study method. The sole participant in this study is a pediatric patient in the Growth and Development Clinic X. Data collection used observation, interviews, and psychological assessment. Information was also obtained directly through participants, parents, and therapists. To find out the description of sensory functions in participants, researchers used the interview observation list listed in ICDL-DMIC (2005). The results showed that the participants involved in this study experienced sensory-seeking type sensory processing disorders. Participant displayed very active behavior and difficulty in attending to the tasks assigned. This has an impact on academic performance and social interactions.
GAMBARAN KECEMASAN DAN DEPRESI WANITA DENGAN KANKER PAYUDARA Tania, Michelle; Soetikno, Naomi; Suparman, Meiske Yunithree
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i1.3469

Abstract

Kanker merupakan penyakit kronis yang banyak diderita oleh individu di seluruh dunia. Hal ini menjadikan kanker dianggap sebagai penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan akan menyebabkan kematian bagi penderitanya. Salah satu jenis kanker yang paling banyak diderita oleh wanita yaitu kanker payudara. Kanker payudara merupakan keganasan yang berasal dari kelenjar payudara. Diagnosis kanker payudara akan berdampak kepada keadaan psikologis individu, termasuk kecemasan dan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kecemasan dan depresi pada pasien wanita dengan kanker payudara. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan alat ukur Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). Pada penelitian ini, pengambilan sampling dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling. Partisipan penelitian ini berjumlah 34 orang dengan rata-rata usia 53 tahun dan rata-rata partisipan sudah didiagnosis kanker payudara selama 2 tahun. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa partisipan memiliki tingkat kecemasan hingga mild yaitu sebanyak 7 (20,6%) orang dan 27 (79,4%) lainnya memiliki tingkat kecemasan yang normal. Selain itu, partisipan memiliki tingkat depresi hingga mild yaitu sebanyak 3 (8,8%) orang dan 31 (91,2%) partisipan lainnya memiliki tingkat depresi yang normal. Selain melihat kecemasan dan depresi pada wanita dengan kanker payudara, penelitian ini juga melihat adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan dan depresi pada wanita dengan kanker payudara, yaitu faktor religiusitas dan faktor dukungan sosial. Cancer is a chronic disease affection many individuals throughout the world, leading us to consider it an incurable disease and will certainly cause death for those afflicted with it. One of the most common types of cancer in women is breast cancer. Breast cancer is a malignancy originating from the mammary gland. The diagnosis of breast cancer will affect an individual's psychological state in the form of anxiety and depression. This study aims to describe anxiety and depression in female patients with breast cancer. The design of this study is a descriptive study using the Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) measurement tool. In this study, sampling was conducted using accidental sampling technique. Participants in this study were 34 people with mean age of 53 years and on average, participants had been diagnosed with breast cancer for 2 years. The result of the study showed that participants who had up to mild anxiety levels were as many as 7 (20.6%) people, with 27 (79.4%) others had normal anxiety levels. In addition, as many as 3 participants had up to mild level of depression (8.8%) and 31 (91.2%) other participants had normal depression level. In addition to looking at anxiety and depression in women with breast cancer, this study also looked at other factors that could affect the level of anxiety and depression in women with breast cancer, namely religiosity and social support factors.
PSIKOEDUKASI PADA PETUGAS PANTI: VALUES DALAM PENANGGULANGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Soetikno, Naomi; Tirta, Stella; Apryanggun, Desti
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 1, No 1 (2018): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.982 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v1i1.1885

Abstract

Adolescence is a period of transition to adulthood, however, often teenagers choose to to behave aggressively. Adolescent aggression behavior is also influenced by their values. Teaching fundamental humanity values can be provided by the environment most familiar with teenagers, which is the family. Partners, who are social care workers from Marsudi Putra Handayani orphanage, have an important role in providing assistance to children and young people who have problems with the law. If the children and adolescents live together with the orphanage staff, teaching values can also be done by the orphanage staff. This can be done by providing psychoeducation through counseling and focused group discussion (FGD) to the orphanage workers. The results achieved from psychoeducation is that workers now possess knowledge about the values that exist in adolescents living at the orphanage and know effective ways of communicating with adolescents in order to teach valuesABSTRAK: Masa remaja merupakan masa transisi menuju kedewasaan, hanya saja seringkali remaja melakukan pengambilan keputusan berperilaku agresi. Perilaku agresi remaja dipengaruhi pula oleh nilai-nilai (values) yang dimilikinya. Penanaman nilai-nilai dasar kemanusiaan (values) dapat diberikan oleh lingkungan yang sehari-hari bersama dengan remaja, yaitu keluarga. Pada mitra, yang merupakan petugas panti sosial Marsudi Putra Handayani, memiliki peranan yang penting dalam melakukan pendampingan kepada anak dan remaja yang bermasalah dengan hukum. Dengan kondisi anak dan remaja tersebut tinggal bersama dengan petugas panti, maka penanaman values juga dapat dilakukan oleh petugas panti. Metode pelaksanaan penanaman values adalah dengan memberikan psikoedukasi dengan penyuluhan dan focused group discussion (FGD) kepada petugas panti. Hasil yang dicapai dari psikoedukasi adalah petugas memiliki pengetahuan mengenai values yang ada pada remaja yang ditangani di panti dan mendapatkan cara-cara yang efektif dalam berkomunikasi dengan remaja untuk menanamkan values.
PENINGKATAN REGULASI PERILAKU MELALUI COGNITIVE BEHAVIOR PLAY THERAPY PADA KELOMPOK ANAK DIDIK LEMBAGA PEMASYARAKATAN DI TANGERANG Soetikno, Naomi; Hastuti, Rahmah
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 1, No 2 (2018): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.966 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v1i2.2902

Abstract

Teenagers who violate the rules of criminal law are in the Lembaga Pemasyarakatan (Penitentiary). In a correctional institution for boys in Tangerang, adolescents undergo their prison terms and still get the opportunity to attend school or learn skills. In the interaction of adolescents in correctional institutions, they are often complained about behavior that is not according to rules such as theft, fighting or disturbing friends/ bullying. The inability of adolescents to control their behavior even though they are already in correctional institutions illustrates their difficulties in regulating behavior. Behavioral regulation is part of the human executive function to be able to direct behavior in a purpose so as to make the right decision. Behavioral regulation can be trained with psychological therapy using the game approach. Cognitive Behavioral Play Therapy applied to 10 adolescents in correctional institutions shows that there was a change in the value of behavioral regulation.
KAJIAN META ANALISIS ALAT UKUR INTERNET GAMING DISORDER Fiscarina, Claudia; Soetikno, Naomi; Idulfilastri, Rita Markus
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i2.9503.2020

Abstract

Online game addiction is one of the addictive behaviors described by APA (2013) as a mental and behavioral disorder called Internet Gaming Disorder (IGD) with 9 criteria. This study aims to identify the appropriate criteria for internet gaming disorder to be used in the preparation of measuring instruments using a meta-analysis study. A total of 33 out of 470 articles involving 11 measuring instruments for internet gaming disorder were studied using random-effect models. A total of 29599 samples were involved in this study. The results showed that the criteria for internet gaming disorder owned by the PVP Scale had a weighted score percentage of 10.3% with the criteria of preoccupation, tolerance, loss of control, withdrawal, escape, deception, and disregard family / school disruption, from the correlation coefficient test it showed that preoccupation (p 0.040 <0.05) and tolerance (p 0.043 <0.05) had a positive correlation with internet gaming disorder. This study did not show publication bias. Kecanduan game online merupakan salah satu dari perilaku kecanduan berdasarkan APA (2013) dijelaskan sebagai gangguan mental dan perilaku dengan sebutan Internet Gaming Disorder (IGD) dengan 9 kriteria. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kriteria internet gaming disorder yang tepat untuk dipergunakan dalam penyusunan alat ukur dengan studi meta-analisis. Sebanyak 33 artikel dari 470 artikel yang melibatkan 11 alat ukur internet gaming disorder dipelajari menggunakan random-effect models. Sebanyak 29599 sampel dilibatkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria internet gaming disorder yang dimiliki oleh PVP Scale memiliki presentase weighted score sebesar 10.3% dengan kriteria preoccupation, tolerance, loss of control, withdrawal, escape, deception, and disregard family / school disruption. Dari uji koefisien korelasi pada ketujuh kriteria internet gaming disorder menunjukkan bahwa preoccupation (p 0.040 < 0.05) dan tolerance (p 0.043 < 0.05) memiliki korelasi positif terhadap internet gaming disorder.  Studi ini tidak menunjukkan bias publikasi.
GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL, STRES, DAN ATTACHMENT PADA IBU DENGAN ANAK AUTISME DALAM MENGHADAPI PANDEMIK Putri, Nevy Prinanda; Mar'at, Samsunuwiyati; Soetikno, Naomi
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.11311.2021

Abstract

Pandemics change a lot of activities, as well as patterns of activity of children with autism and interaction. Mothers as caregivers have to put in more effort to care for children during the pandemic so that stress levels also increase. This study aimed to see a picture of social support, stress and attachment to mothers with children with autism in a pandemic meeting. Participants in this study were 4 mothers who have children with autism. Sampling was done by convenience sampling. The method used is a qualitative method with a phenomenological design. The results shows that during the pandemic, the stress experienced by mothers with autism children who were received at a secondary assessment, understood their resources for coping and elicited emotional reactions such as anxiety that would develop rapidly. The attachment style of mothers with autism children is secure attachment based on the results of interviews, such as conducting joint interactions (meeting, playing, doing assignments, being responsive to needs and doing activities together) making necessary contact and adaptation to the pandemic. The description of social support during the pandemic of mothers with autistic children is a significant other, such as psychologists, baby sitters, and therapists. The main social support are direct assistance and information about the daily routine schedule that will be given to children Pandemik membuat banyak aktivitas berubah, begitu pula pola aktivitas anak dengan autisme dan ibunya. Ibu sebagai pengasuh utama harus mengeluarkan lebih banyak usaha untuk mengasuh anak pada masa pandemik sehingga tingkat stres juga meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dukungan sosial, stres dan attachment pada ibu dengan anak autisme dalam menghadapi pandemik. Partisipan pada penelitian ini sebanyak 4 ibu yang memiliki anak dengan autisme. Pengambilan sampel dilakukan dengan convenience sampling. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan desain fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran stres selama pandemik yang dialami para ibu dengan anak autisme mengacu pada penilaian secondary appraisal, mengetahui sumber daya mereka untuk melakukan coping dan memunculkan reaksi emosional seperti cemas akan perkembangan anaknya. Gambaran attachment selama pandemik para ibu dengan anak autisme adalah secure attachment berdasarkan hasil wawancara, seperti melakukan interaksi bersama (kehadiran, bermain, mengerjakan tugas, responsif terhadap kebutuhan dan melakukan kegiatan bersama-sama) sehingga cenderung dapat menghadapi dan adaptasi terhadap situasi pandemik. Gambaran dukungan sosial selama pandemik para ibu dengan anak autisme adalah significant other yaitu tenaga profesional seperti psikolog, babysitter, terapis dan pihak sekolah berupa bantuan langsung maupun informasi mengenai jadwal rutinitas sehari-hari yang akan diberikan kepada anak dengan autisme sehingga ibu dengan anak autisme tetap dapat melakukan kegiatan dalam situasi pandemik secara optimal.
GAMBARAN KECEMASAN DAN DEPRESI PADA ORANG DENGAN SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE) DI RUMAH SAKIT X Trisnaramawati, Fajrin; Satiadarma, Monty P.; Soetikno, Naomi
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.3471.2019

Abstract

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan suatu penyakit sistemik evolutif kronis yang dapat menyebabkan munculnya penderitaan psikologis. Gangguan depresi dan kecemasan merupakan hal yang paling sering diamati pada orang dengan lupus (Odapus) SLE. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kecemasan dan depresi pada Odapus. Partisipan dari penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis SLE berjumlah 60 Odapus dengan menggunakan accidental sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS), dengan hasil uji reabilitas menunjukkan dimensi kecemasan memeroleh α= 0.977, p>0.7, dan dimensi depresi α= 0.854, p>0,7. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji deskriptif dengan melihat data sosiodemografis partisipan. Pada penelitian ini rata-rata usia partisipan adalah 33 tahun dengan lama terdiagnosis rata-rata 6 tahun. Status pernikahan partisipan penelitian yang belum menikah sebanyak 28 orang (46.7%), pendidikan terakhir terbanyak adalah sarjana berjumlah 23 orang (38.3%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kecemasan dari Odapus yang berada pada tingkat mild sampai moderate sebanyak 20 orang (33.4%) dan Odapus yang memiliki tingkat depresi ditingkat mild sampai moderate sebanyak 12 orang (20%). Kecemasan dan depresi pada Odapus yang masih berada dalam kategori mild sampai moderate ini sangat dipengaruhi oleh komunitas yang diikuti Odapus seperti support group pada media sosial internet yang mereka miliki.  Systemic Lupus Erythematosus (SLE) is a chronic evolutionary systemic disease that can cause psychological suffering. Depression and anxiety disorders are the most frequently observed in people with SLE (Odapus). This study aims to describe anxiety and depression in Odapus. The participants of this study were 60 patients with SLE diagnosed with SLE using accidental sampling. Data was collected using the Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) questionnaire, with the results of the reliability test showing the anxiety dimension obtained α = 0.977, p> 0.7, and the dimension of depression α = 0.854, p> 0.7. The statistical test used in this study is a descriptive test by looking at participant sociodemographic data. In this study, the average age of the participants was 33 years with an average diagnosed length of 6 years. The marital status of unmarried research participants as many as 28 people (46.7%), the most recent education is the bachelor numbered 23 people (38.3%). The results also showed that anxiety from Odapus who were in mild to moderate levels were 20 people (33.4%) and Odapus who had depression levels in mild to moderate levels were 12 people (20%). Anxiety and depression in Odapus which is still in the mild to a moderate category is very much influenced by the community that Odapus joins such as the support group on the internet social media they hav.