Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Kemampuan Membaca Efektif Siswa Kelas X SMA Negeri Kota Bengkulu Meddyan Heriadi
DISASTRA: PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Vol 2, No 2 (2020): JULI
Publisher : IAIN Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/disastra.v2i2.3016

Abstract

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dasar bagi bidang ilmu lain. Salah satu kemampuan dasar tersebut adalah keterampilan membaca cepat. Oleh karena itu, jika guru gagal mengajarkan kemampuan ini, maka murid pastinya akan malas untuk membaca. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan kemampuan  membaca efektif siswa kelas X SMA Negeri Kota Bengkulu tahun ajaran 2011/2012 dalam memahami wacana. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri kota Bengkulu kelas X tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah SMA Negeri di Kota Bengkulu terdapat 10 sekolah. Sampel yang diambil adalah sekolah yang berakreditasi tinggi, sedang, dan rendah yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif  kuantitatif. Instrumen pengambilan data menggunakan instrumen tes objektif, wawancara, dan angket. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata pemahaman siswa kelas X SMA N Kota Bengkulu adalah 70,03% dan rata-rata Kemampuan membaca efektif (KME) siswa kelas X SMA N Kota Bengkulu adalah 156,09 kata per menit. Hal ini masih belum mencapai  kompetensi yang diharapkan dalam  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menuntut 250 kata per menit, sehingga rata-rata Kemampuan Membaca efektif siswa kelas X SMA N Kota Bengkulu masih tergolong lambat (kurang memadai).
Nilai Islami dari Cerita Rakyat Bengkulu yang Berjudul Sang Piatu Meddyan Heriadi
Manthiq Vol 4, No 1 (2019): Mei 2019
Publisher : Sekolah Pasca Sarjana IAIN Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/mtq.v4i1.3000

Abstract

Sering kali ditemukan kasus-kasus pelecehan seksual, kekerasan fisik, dan lain sebagainya di masyarakat kita. Hal ini menjadi bukti degradasi moral yang dimiliki bangsa ini. Oleh karena itu, sastra dapat menjadi solusi dalam pembinaan karakter generasi penerus bangsa. Karena dengan sastra seseorang akan memetik pesan atau pelajaran berharga tanpa paksaan atau tekanan.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan nilai-nilai islam yang terdapat dalam cerita rakyat Bengkulu. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Instrumen yang dipakai adalah instrumen dokumentasi pada sebuah buku kumpulan cerita rakyat karya mahasiswa Tadrs Bahasa Indonesia IAIN Bengkulu. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah teknik analisis ekstrinsik prosa.  Kesimpulan dalam penelitian ini antara lain terdapat beberapa nilai islami yang di kandung dalam cerita Sang Piatu, yaitu: a). Semangat menuntut ilmu, yang terlihat dari karakter Sang Piatu yang tetap untuk mengaji meskipun ejekan terus menderanya ; b). Sikap patuh pada guru, yang tampak dari tindakan sang piatu yang tak pernah mengeluh meskipun ia ditempatkan di tempat yang khusus ketika mengaji; c). Sikap sabar, yang terlihat dari bagaimana sang piatu tak menghiraukan ejekan dar teman sebayanya; d). Ikhlas bersedekah yang terlihat dari bagaimana usaha sang piatu untuk mencari buah nangka yang akan ia berikan untuk sang guru; dan e) Sikap Penyayang yang tampak dari karakter guru mengaji yang tak memarahi muridnya dan tetap menerima buah nangka tersebut meskipun sang piatu salah menyebutkan jumlah biji nangka.
Konsep Pandangan Islam yang Menjawab Keraguan Non-Muslim dalam Novel Isabella karya Maulana Muhammad Saeed Dehlvi. Meddyan Heriadi
Manthiq Vol 5, No 1 (2020): Mei
Publisher : Sekolah Pasca Sarjana IAIN Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/mtq.v5i1.3244

Abstract

Karya sastra sebenarnya berpengaruh pada moral umat. Dengan sastra manusia belajar melihat, merenung, dan mengungkapkan sisi kebaikan dan keburukan secara tak langsung. Dengan kata lain, kita belajar moral tanpa harus belajar materi moral. Lihat saja dalam sebuah novel atau cerpen. Karya prosa fiksi seperti ini  pasti mengandung pesan atau hikmah yang akan dilalui oleh tokoh. Melalui hikmah ini kita sebenarnya telah belajar moral. Kita dapat menarik pesan dalam sebuah kejadian. Bukankah kisah para nabi dan rasul adalah berbentuk cerita. Bedanya dengan fiksi adalah kisah nabi adalah nyata sedangkan fiksi adalah imajinasi.  Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Konsep Pandangan Islam yang Menjawab Keraguan Non-Muslim dalam Novel Isabella karya Maulana Muhammad Saeed Dehlvi? Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengungkapkan niali-nilai ekstrinsik khususnya nilai moral dan agama pada Novel Isabella ini. Dalam kajian ini peneliti menggunakan metode kualitatif.  Dalam hal ini peneliti berupaya  mengobservasi pesan dan pengetahuan yang digali dalam novel Issabela karya Maulana Muhammad Saeed Dehlvi dengan analisis ekstrinsik. Analisis ini khususnya menggali nilai moral dan nilai agama pada karya ini. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: a). Esensi dalam islam adalah Tauhid, yaitu mengesakan Tuhan. Untuk bagian cinta dalam islam, hal ini tidak diabaikan. Namun, menganggungkan cinta hendaknya memiliki sebuah parameter atau dengan kata lain bukti. Bukti cinta kepada Tuhan telah terjawab melalui konsep taqwa dalam Islam yaitu menjalankan segalah perintahnya dan menjauhi segalah larangannya. b). Islam begitu mengkritisi konsep abb (Bapak) dalam agama lain. Islam sendiri menawarkan konsep Rabb (Sang pemelihara) yang jauh lebih baik. Di mana sang pemelihara memiliki kekuatan yang tak terhingga, sementara konsep abb hanya sebatas ayah dan anak. c) Novel ini juga mengkritisi konsep  pengorbanan dalam agama Non-Muslim tersebut. Di mana Tuhan mengorbankan  anaknya yang tak berdosa demi menebus dosa umat manusia. Sementara dalam konsep tauhid tidak mengenal manusia menanggung dosa makhluk lain. d). Dalam agama Non-Muslim  pada novel ini , ia menganggap beberapa nabi adalah makhluk berdosa. Namun, hal ini justru ditentang dalam Islam. Di mana semua nabi utusan Tuhan adalah suci. e). Seorang pemaaf sejati yang memiliki nilai yang tinggi jika dia memaafkan musuh-musuhnya ketika dia memiliki kekuatan dan kesempatan untuk membalas. Hal inilah yang terjadi pada Rasulullah Saw.  Ia memiliki kadar pemaaf yang tinggi. Seperti setelah kemenangannya di Mekah,  ia memaafkan semua musuh-mushnya. Beda halnya dengan tuhan yang ada pada agama Non-Muslim ini di mana ia memaafkan pada posisi kritis. f). Mukjizat Rasulullah sebenarnya dapat dilihat di setiap generasi sampai menjelang kiamat. Mukjizat itu adalah Al-Quran di mana sampai detik ini tantangan dari 1400 tahun yang lalu untuk menandingi kehebatan kualitas sastranya belum seorang pun menandingi.  Selanjutnya mukjizat yang masih ada hingga saat ini adalah prestasi Rasulullah yang mengguncang dunia yang belum satu pun yang dapat menandingi.
Pemerolehan Bahasa Anak 5 Tahun ditinjau dari Fonologis dan Semantis Meddyan Heriadi
Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak Vol 3, No 2 (2021): Desember
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/hawapsga.v3i2.6342

Abstract

Ketika lahir, manusia pada dasarnya belum mampu untuk berbicara, tetapi sudah mampu berkomunikasi. Komunikasi tersebut diuraikan dalam berbagai tanda. Tanda tersebut seperti menangis untuk menunjukkan lapar, sakit, panas, dingin arau tertawa untuk menunjukkan rasa senang. Setelah itu, lambat laun anak-anak nantinya akan belajar bagaimana berbahasa, agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya seiring pertumbuhan fisik. Inilah merupakan proses pemerolehan bahasa. Di mana menurut Sundjono (dalam Saputri, : ) yaitu proses penguasaan bahasa ibu secara alami. Berdasarkan riset yang telah dilaksanakan diketahui bahwa: a). Zhafira masih memiliki kesalahan dalam dalam pemilihan kosakata, sedikitnya kosakata yang dikuasai, salah dalam pelafalan, minimnya interaksi pada teman saat di awal sekolah, dan belum lancar dalam membangun kalimat;  b) Meskipun kedua orang tua sang anak berasal dari bahasa Serawai, Zhafira hanya menguasai 3 kosakata serawai yaitu mising, awu, dan ngerayau. Sementara sisanya adalah bahasa Indonesia formal. c. guru sendiri menilai terdapat perbedaan pola bahasa dan pola interaksi saat di awal masuk sekolah dan saat wawancara dilaksanakan. Zhafira sudah mulai mau untuk berkomunikasi seperti bertanya dan memberitahu. Hanya saja ia perlu mendapatkan perhatian lebih agar kemamapuanya dapat meningkat seperti lewat bermain, tegur sapa, dan berbicara langsung dengan kontak mata dan gerakan sentuhan tangan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Zhafira sendiri masih memiliki keterlambatan pemerolehan bahasa jika dibanding teman sesusianya. Hal ini terlihat bagaimana ia masih dalam dalam pelafalan dan ketidakmampuannya dalam membangun kalimat. Selain itu, bahasa yang digunakan zhafira adalah bahasa Indonesia formal karena kesehariannya yang dominan pada televisi yang berbahasa Indonesia. Sang guru juga menilai bahwa terjadi pola peningkatan berbahasa Zhafira dibandingkan pada awal masa sekolah. Jika dahulu ia hanya tersenyum saat disapa dan saat ini ia sudah mau bertanya dan melapor. Ia juga sudah mulai mampu untuk berinteraksi dengan teman sebaya.
Peran dan Tugas Dukun Bayi dalam Penanganan Kesehatan di Desa Talang Perapat, Kecamatan Seluma Barat, Kabupaten Seluma Meddyan Heriadi
Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak Vol 2, No 1 (2020): Juni
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/hawapsga.v2i1.2787

Abstract

Abstrak: Peran dan Tugas  Dukun Bayi dalam Penanganan Kesehatan di Desa Talang Perapat,  Kecamatan Seluma Barat, Kabupaten Seluma. Kematian ibu dan bayi, aborsi, dan prosesi pengobatan yang tidak sejalan dengan nilai agama menjadi momok negatif yang disematkan pada dukun bayi selama ini. Namun, meskipun demikian masyarakat masih tetap mempercayakan pengobatan pada dukun tersebut, dengan alasan biaya yang terjangkau, obat-obatan alami, serta ketidakmampuan bidan dalam mengobati penyakit tertentu, khususnya yang berhubungan dengan penyakit supranatural. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tugas dukun bayi khususnya di Desa Talang Perapat, Kecamatan Seluma Barat, Kabupaten Seluma. Permasalahan yang akan dibahas nantinya yakni, bagaimana tugas dukun bayi dalam memberikan pengobatan terhadap warga setempat. Dalam kajian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan instrumen wawancara terhadap dukun bayi setempat, yaitu Ibu Patelawati. Tugas dukun bayi di Desa Talang Perapat Kecamatan Seluma Barat mencakup beberapa hal: Pertama tugas yang berkenaan dengan wanita dan anak. Pada bagian ini tugas dukun merujuk pada tugas sebelum persalinan yang meliputi mendeteksi kehamilan; memijat rahim yang mengalami goncangan; dan  memimpin syukuran kehamilan 8 bulan. Tugas berikutnya yaitu membantu proses persalinan. Selanjutnya, tugas dukun bayi pun berlajut ke fase pasca-persalinan. Yang mana  meliputi: perawatan terhadap ibu pasa-melahirkan; membasuh ari-ari bayi; memimpin upacara maling aiak; mengobati penyakit nonmedis yang berhubungan dengan supranatural; mengobati penyakit medis  seperti turunnya rahim pada ibu yang telah melahirkan dan demam pada bayi dan anak.  Selain itu, pengobatan pada wanita remaja juga dilakukan seperti pengobatan pada nyeri buang air kecil dan nyeri saat menstruasi. Kemudian, pengobatan juga dilakukan pada pria, seperti susah mendapat keturunan, Peghut Telulugh, dan demam. 
Toleransi Perbedaan Bahasa Daerah Bengkulu di Perguruan Tinggi Meddyan Heriadi
LJLEL: Linggau Jurnal Language Education and Literature Vol. 1 No. 1 (2021): Linggau Jurnal Language Education and Literature
Publisher : LP3MKIL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.61 KB)

Abstract

Tujuan penelitin ini adalah untuk mengetahui sikap mahasiswa dalam menanggapi perbedaan bahasa di lingkungannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik sampling yang digumakan yaitu purposive sampling. Dalam hal ini sampel yang digunakan adalah seluruh mahasiswa PGMI angkatan 2019 kelas A semester III, yang berjumlah 31 orang dimana mereka terdiri dari beragam etnis atau suku. Teknik pengumpulan data menggunakan metode angket yang terdiri dari dua belas pertanyaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam riset ini antara lain: a) menghitung data perbandingan; b) mengklasifikasi data; c) menarik kesimpulan. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa: a). Sebanyak 93,5 % mayoritas mahasiswa lebih memilih diam dalam merespon bahasa daerah temannya; b). Berikutnya adalah sebanyak 93,5% pula mereka mereka tidak pernah mengejek teman mereka yang tidak memahami bahasa daerah mereka; c).lalu, mayoritas para mahasiswa sebanyak 96,7% tetap menghargai perbedaan bahasa dengan tak mengejek bahasa daerah temannya. d). Mereka juga mengapresiasi bahasa daerah temannya lewat pujian yaitu sebanyak 51,6%; e). Kemudian, mahasiswa kadang-kadang mengapresiasi bahasa daerah temannya lewat berusaha memperlajari bahasa tersebut yaitu sebanyak 74,1%; f). Mereka juga sepakat dengan suara 96% bahwa menghargai bahasa daerah teman sangatlah penting; g). Setelah itu, rata-rata para mahasiswa lebih banyak menggunakan bahasa daerah pada teman yang memilki bahasa ibu yang sama, hal ini sebagai usaha mempertahankan eksistensi bahasa tersebut. Terlihat dari mayoritas responden yang berjumlah 64,5%; h). Selain itu, mahasiswa sebanyak 67,7% akan berusaha menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara dengan dua teman yang satu penutur bahasa daerah yang sama dan yang satu penutur bahasa daerah yang berbeda; i). Rata-rata sebanyak 56,6% merasa biasa saja ketika mendengar bahasa daerah teman dan hal yang sama pun terjadi saat mereka berbicara dengan bahasa daerahnya sendiri; j). Selanjutnya mayoritas sebanyak 90,3% reaksi mahasiswa saat menyimak teman yang berbahasa daerah yang sama namun menggunakan bahasa lain, mereka merasa biasa saja. Kata Kunci: Toleransi, Perbedaan, dan Bahasa Daerah