Syafiin Mansur
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

PEMIKIRAN INTELEKTUAL MUSLIM TENTANG KRISTENISASI DI INDONESIA 1966-1998 Mansur, Syafiin
ALQALAM Vol 31 No 1 (2014): January - June 2014
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.332 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v31i1.1109

Abstract

Christian is the second largest religion in Indonesia, after Islam. The relation between Christian and Islam frequently emerges prejudices, misunderstandings, and conflicts. Based on the historical records, Christians frequently refused the Government’s rules that have been agreed by the adherents of all religions in Indonesia due to the interests  of Christianization developed from Portuguese and Dutch colonial era until the Independence Day of Indonesia. The efforts of Christianization seems more aggressive after the dissolution of the communist party and during New Order era.  As a result, many communist people and the poors became the Christians at that time. The Christians’ efforts to convert the believers of other religions in Indonesia, especially Muslims, were done by various ways and forms, and they still continue to this day.This Paper answers several main research questions as follow: how is the portrait of Christianization In Indonesia from 1966-1998?; how are the responses of Mohammad Natsir, Hasbullah Bakry and Abujamin Roham as Muslim intellectuals in mapping Christianization in Indonesia?; and how are the efforts of these figures in stemming Christianization in Indonesia?. This paper hows that Christianization in Indonesia is still taking place up to the present.  Even though on the name of social activities, the efforts of Christianization in the New Order era were conducted systematically, well-organized, and carefully planned so that they succeeded to convert Muslims to be Christians satisfactorily. Such condition was admitted by Mohammad Natsir, Hasbullah Bakry, and Abujamin Roham so that they strictly responded and stated that Christianization has violated Pancasila and UUD 1945 as well as infringed the ethics of proselytizing that potentially evoked prejudices, conflicts, and destruction  of inter-religious harmony in Indonesia. Those three figures made serious efforts to weir Christianization in Indonesia by writing scientific works dealing with Christianization in Indonesia in order to fortify faith and strengthen the unity of Muslims, training and preparing professional proselytizers, performing dialogues and discussions, and fostering inter-religious harmony so as to create peace and unity of Indonesi.Keywords: Mohammad Natsir, Hasbullah Bakry, Abujamin Roham, Pemikiran, Intelektual, Kristenisasi, Toleransi, Kerukunan, Indoensia. 
BERJILBAB DALAM TIGA TRADISI AGAMA SAMAWI Mansur, Syafi'in
Al Qalam Vol 24 No 1 (2007): January - April 2007
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.526 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v24i1.1658

Abstract

Memakai jilbab diwajibkan oleh tiga agama samawi Yahudi, Kristen dan Islam. Dalam tradisi Yahudi, jilbab merupakan tanda ketaatan dan kehormatan wanita kepada suaminya. Jilbab juga dikenakan ketika melaksanakan kegiatan ritual keagamaan dan menjadi simbol kesucian, kewibawaan, kebangsawanan, dan kemewahan. Dalam tradisi Kristiani, kaum wanita Kristen diwajibkan memakai jilbab sebagai tanda ketaatan kepada Tuhan. Wanita yang tidak berjilbab harus dicukur rambutnya karena dianggap telah menghina suaminya. Jilbab menurut tradisi Islam harus dikenakan sebagai tanda ketaatan kepada syariat Allah dan untuk menjaga kehormatan, sopan santun, dan kemuliaan.
Jender dalam Tradisi Yahudi, Kristen Dan Islam Syafiin Mansur
Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam Vol 9 No 2 (2018): December
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/aqlania.v9i02.2067

Abstract

Agama Yahudi, Kristen dan Islam merupakan agama samawi yang sama-sama mempunyai kitab suci yang membicarakan tentang persoalan jender yang berkaitan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Bahkan Tuhan menciptakan pertama kali adalah Adam dan Hawa sebagai manusia pertama. Ketiga agama tersebut, sepakat bahwa Hawa adalah perempuan pertama yang melanggar aturan Tuhan, istri pertama yang melahirkan putra dan putri Adam yang dapat memenuhi bumi hingga kini. Hawa sebagai simbol ibu sekalian kaum perempuan yang cantik, yanghebat, dan yang kuat menjaga anak-anaknya menjadi anak-anak yang baik. Hawa sebagai ibu pertama yang di pandang oleh ketiga agama tersebut, berbeda-berbeda pandangan antara Islam, Kristen dan Yahudi. Karena Yahudi memandang bahwa Hawa sebagai perempuan yang pertama mendapatkan kutukan dari Tuhan disebabkan melanggar larangan Tuhan sehingga kutukan itu masih dirasakan oleh kaum perempuan hingga saat ini, seperti sakit di saat menstruasi, payah disaat hamil, sakit di saat melahirkan, dan berat mengasuhnya anak-anaknya. Begitu pula, Kristenmemandang bahwa Hawa sebagai ibu yang telah mewariskan dosa hingga jatuh kebumi dan yang menyebabkan kematian Yesus Kristus sebagai penebus dosa. Sedangkan Islam memandang bahwa Hawa sebagai ibu yang telah disiapkan oleh Tuhan untuk mengisi bumi dengan jalan tergoda dengan Iblis dan kesalahannya diampuni oleh Tuhan.Ketiga agama tersebut yang paling merendah kedudukan dan kehormatan kaum Hawa atau kaum perempuan adalah agama Yahudi yang didukung oleh kitab sucinya, para Rahib dan hukumnya yang banyak menghina kaum perempuan. Sedangkan Kristen tidak terlalu radikal seperti Yahudi namun masih tetap merendahkan kedudukan kaum perempuan yang dianggap oleh para pendetanya sebagai penggoda dan pintu syaitan karena kitab sucinya tidak terlalu mengekang aturan yang berkaitan dengan perempuan. Hal ini, berbeda dengan Islam yang memandang kedudukan dan kehormatan perempuan dianggat derajatnya oleh Al-Qur’an sehingga ada nama khusus yang tercantum di dalamnya adalah surah “An-Nisa” , bahkan Nabi Muhammad Saw. menegkan untuk selalu menghormati ibu dan anak perempuannya sama dengan anak laki-laki.Jadi, lahirnya berbagai gerakan jender atau feminis di dunia Barat dan Eropa karena agama Yahudi dan Kristen yang tidak memberikan kesetaraan dalam kehidupan sosial, politik, dan budaya, hingga gerakan itu juga muncul di dunia Islam yang terpengaruh dengan gerakan emansipasi wanita tetapi Islam telah memberikan rambu-rambu yang jelas bagi kaum perempuan.
Filsafat Qur’ani Mengenai Deskripsi Manusia Syafiin Mansur
Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam Vol 10 No 1 (2019): June
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.319 KB) | DOI: 10.32678/aqlania.v10i01.1991

Abstract

filsafat qurani merupakan pemikiran mendalam yang dilandasai Al-Qur’an yang menggambarkan manusia, baik secara bentuk atau model kejadian seperti Adam tanpa Bapak dan Ibu, Hawa tanpa Ibu tetapi ada Bapak, Isa ada Ibu tanpa ada Bapak dan Muhammad ada Bapak dan Ibu, sama seperti kita semua yang tercipta ada Bapak dan Ada Ibu melalui pernikahan yang syah. Kemudian manusia disebut dengan sebutan yang indah adalah an-Nas adalah makhluk sosial, al-Insan adalah makhluk bermoral, al-Basyar adalah makhluk biologis, al-Abdu adalah makhluk religious dan Bani Adam adalah makhluk historis.
Kerukunan dalam Perspektif Agama-Agama di Indonesia Syafi'in Mansur
Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam Vol 8 No 2 (2017): December
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1628.449 KB) | DOI: 10.32678/aqlania.v8i02.1025

Abstract

Fenomena kerukunan atau toleransi umat beragama di Indonesia memang menarik diamati karena kerukunan umat beragama di Indonesia dapat tumbuh subur dengan agama-agama yang bermacam-macam, ada Islam, Kristen [Katolik dan Protestan], Hindu, Buddha dan Khonghucu. Namun tetap semua agama sama-sama menjaga umatnya untuk menjadi rukun, damai, kasih sayang dan saling menghormati dan menghargai. Bahkan Indonesia bisa menjadi contoh bagi dunia tentang toleransi atau kerukunan yang dapat tumbuh dengan keragamaan atau khebinekaan. Begitu pula, para tokoh agama saling bahu-membahu dalam menciptakan kerukunan atau toleransi di Indonesia.
Jihad Berantas Korupsi Dalam Perspektif Kitab Suci Agama Di Indonesia Syafiin Mansur
Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam Vol 10 No 2 (2019): December
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.531 KB) | DOI: 10.32678/aqlania.v10i2.2301

Abstract

Artikel ini hendak mengeksplorasi perspektif kitab suci terhadap perbuatan korupsi. Kitab suci agama yang dimaksud adalah kitab suci yang dimiliki oleh agama yang resmi diakui oleh pemerintah Republik Indonesia. Kitab Suci Agama pun dengan tegas harus dihukum, baik dengan hukuman mati, hukuman potong tangan maupun dengan hukuman penjara dan ganti rugi sesuai dengan kadar yang dikorupsinya. Semua Kitab Suci Agama itu, memberikan solusi yang terbaik dan terindah supaya pemerintah dan penegak hukum dalam melakukan hukuman dengan sebenarnya dan Tuhan Yang Maha Kuasa telah memberikan landasan dan langkah untuk menyelesaikan korupsi atau pencuri, perampas dan perampog agar tidak terjadi di bangsa Indonesia yang Berketuhan Maha Esa.
Homoseksual dalam Perspektif Agama-Agama di Indonesia Syafi’in Mansur
Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam Vol 8 No 1 (2017): June
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1045.002 KB) | DOI: 10.32678/aqlania.v8i01.1020

Abstract

Sejarah telah mencatat dalam lebaran kehidupan manusia, bahwa homoseksual telah terjadi dalam sejarah kehidupan manusia pada zaman kaumnya Nabi Luth yang belum pernah terjadi pada zaman-zaman umat terdahulu. Perbuatan homoseksual yang tidak diperkenan dengan Tuhan karena telah menyalahi fitrah manusia sehingga mereka disiksa. Homoseksual sekarang menjadi perbincangan di Indonesia dengan nama LGBT ini yang dapat mendatangkan musibah dan bencana serta penyakit yang sedang diperjuangkan oleh aktivis LGBT untuk dibolehkannya pernikahan sesama jenisnya. Maka agama Islam, Kristen {Katolik dan Protestan], Hindu, Buddha dan Konghucu meresponnya. Kalau agama Hindu, Buddha dan Konghucu tidak terlalu keras dalam melarang homoseksual dan LGBT. Sedangkan agama Islam dan Kristen adalah sangat keras melarangnya, bahkan dianggap sebagai kejahatan dan dosa serta dikutuk oleh Tuhan dan seharusnya dihukum dengan hukuman mati. Tetapi kalau mereka bertaubat kepada Tuhan maka Tuhan akan memafkan dan kembali menjadi manusia yang normal sehingga menjadi manusia yang sehat jasmani dan rohaninya.
Kebebasan Beragama Dalam Piagam Madinah Syafiin Mansur
Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam Vol 9 No 1 (2018): June
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.034 KB) | DOI: 10.32678/aqlania.v9i01.2061

Abstract

Piagam Madinah terbentuk sebagai dokumentasi politik yang paling istimewa dalam sejarah Islam. Piagam ini merupakan konstiusi Negara pertama yang ditulis dalam sejarah pada abad ke-tujuh Masehi yang memuat 47 pasal yang sangat sistematis uraianya dari muqadimah, pembahasan dan penutup. Piagam Madinah ini memuat nilai pembentukan umat, hak asasi, persatuan seagama, persatuan segenap warga negara, golongan minoritas, melindungi negara, pimpinan negara, politik perdamaian. Piagam Madinah sebagai dokumen yang berisi nilai, norma, hukum dan aturan hidup bermasyarakat yang majemuk. serta ajaran dasar akan pengakuan tinggi atas perbedaan etentitas sosial dan politik, perbedaan agama dan keyakinan yang ada dalam kehidupan masyarakat. Piagam Madinah ini juga menjamin dan menlindungi semua elemen kehidupan umat beragama dalam menjalankan ajaran agamanya serta membangun hidup rukun dan damai, toleransi yang saling menghargai dan menghormati serta lemah lembut dan lapang dada sehingga menjadi nilai dasar kebebasan beragama yang toleransi tinggi.
KEMATIAN MENURUT PARA FILOSOF Syafi'in Mansur
Al Qalam Vol 29 No 2 (2012): May - August 2012
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (889.097 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v29i2.1405

Abstract

As a human being, all people will meet the end of their life in this world. Hence, all philosophers agree that the death is a dead certainty from the God for all human beings . even th ough the death is painful and tearful for those who are left , the death must meet every boDy anytime.Death is a certainty for humans determined by God, they must be ready to receive it because all humans must experience it. Even though the death is mysterious and nobody knows when it comes and how he will die; however, the most important thing that everybocfy will be awaken inside the grave by God and he will be asked about their deeds during his life in the world. Whoever does many good deeds, he will be entered into the heaven; conversely, whoever does many bad actions, he will be entered into the hell.Key Words: Death, Greece philosophers, Muslim Philosophers, West Philosophers.
POLIGAMI DALAM AGAMA SAMAWI Syafi'in Mansur
Al Qalam Vol 23 No 1 (2006): January - April 2006
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1435.248 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v23i1.1451

Abstract

Poligami dari zaman ke zaman sudah dipraktekkan oleh para Nabi dan Rasul yang diutus Allah pada setiap umat manusia. Bahkan para sahabat dan pengikut Nabi melakukan hal itu, para raja dan umat manusia yang ada di belahan dunia ini, sejak anak cucu Adam mendiami bumi hingga kini.