Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pemetaan Objek Reforma Agraria dalam Kawasan Hutan (Studi Kasus di Kabupaten Banyuasin) Rohmat Junarto; Djurdjani Djurdjani
BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 6 No. 2 (2020): Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31292/bhumi.v6i2.443

Abstract

Understanding the spatial-temporal dynamics of land cover at a regional scale is important to promote national agrarian reform and social forestry programs. The uncertainty of the status, location, boundaries and area of the area has become a source of problems in area management, especially by local communities who use the area to meet their daily needs. Difficulty conducting site surveys, limited time, cost and human resources require the application of satellite technology to collect data on agrarian reform objects. This study aims to determine the use of optical remote sensing technology images to map potential agrarian reform objects in Banyuasin District forest areas, as one of the priority locations for land tenure settlement in forest areas (PPTKH). The research method is concurrent triangulation. Potential objects for agrarian reform in forest area can be found by means of spatial-temporal analysis, namely by considering the types of land cover which are proven to be historically consistent and their patterns, time of appointment, area boundaries and area functions. The method of delineation of objects on the earth's surface recorded on the image is proven to be effective in producing maps by considering the purpose and area of the mapping, spatial resolution, spectral resolution, temporal resolution, environmental complexity and cloud layersKeywords: Landsat, community, agrarian reform, land cover, spatial pattern.Intisari: Memahami dinamika spasial-temporal dari penutup lahan pada skala regional penting untuk mendorong program reforma agraria dan perhutanan sosial secara nasional. Ketidakpastian status, letak, batas dan luas kawasan hutan, umumnya menjadi sumber permasalahan pengelolaan kawasan hutan, terutama adanya masyarakat yang menguasai dan menggunakan kawasan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kesulitan melakukan survei lokasi, keterbatasan waktu, banyaknya biaya dan sumber daya manusia, membutuhkan penerapan teknologi satelit untuk melengkapi data tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memetakan potensi objek reforma agraria dalam kawasan hutan di Kabupaten Banyuasin, sebagai salah satu dari 364 lokasi penyelesaian penguasaan tanah dalam kawasan hutan (PPTKH). Metode penelitian yang digunakan adalah model concurrent triangulation. Potensi objek reforma agraria dapat ditemukan dengan cara analisis spasial-temporal dan pola keruangan, yaitu dengan mempertimbangkan jenis penutup lahan yang terbukti konsisten secara historis, pola penggunaan lahan masyarakat, waktu penunjukan batas kawasan, serta fungsi kawasan. Metode delineasi objek yang terekam pada citra, terbukti efektif dalam menghasilkan peta dengan mempertimbangkan tujuan pemetaan, luas areal, resolusi spasial, spektral, temporal, kerumitan lingkungan dan lapisan awan.Kata Kunci: Landsat, masyarakat, reforma agraria, penutup lahan, pola keruangan.
Klasifikasi Digital Tutupan Lahan Berbasis Objek menggunakan Integrasi Data Lidar dan Citra Satelit di Kawasan Tamalanrea Indah, Kota Makassar Bagus Wijanarko; Djurdjani Djurdjani
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 5, No 1 (2022): June
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.68994

Abstract

Kebutuhan pemerintah daerah akan informasi geospasial menjadi semakin penting saat RTH semakin sulit ditemui di kawasan urban. Informasi tersebut adalah peta tutupan lahan, yang dapat diperoleh dari proses klasifikasi citra satelit resolusi tinggi, tetapi masih memiliki keterbatasan informasi spektral dimana klasifikasi objek juga melibatkan karakteristik spasial hingga tekstur untuk mendapatkan nilai akurasi yang tinggi (Kushardono, 2017). Karakterisitik tersebut sangat minimal pada data sensor pasif, tetapi banyak ditemukan pada data sensor aktif (radar/LiDAR). Dengan diketahuinya potensi kedua sensor (citra satelit dan LiDAR), beberapa peneliti telah melakukan penelitian serupa, di antaranya Awrangjeb dkk., (2013), Uzar dan Yastikli (2013), dan Gilani dkk., (2015). Pada penelitian ini, terdapat 3 data utama yaitu citra Pleiades, nDSM, dan citra intensitas. nDSM merupakan data turunan dari nilai elevasi LiDAR, sementara citra intensitas dibentuk dari nilai pantulan objek pada panjang gelombang NIR, yang masing-masing telah terkoreksi kemudian diinterpolasi menjadi data raster dan diklasifikasi. Proses klasifikasi dilakukan menggunakan metode OBIA dengan algoritma Assign Class melalui proses segmentasi. Skema klasifikasi yang dihasilkan menghasilkan sebanyak 12 subkelas (dalam 4 kelas utama) dari masing-masing hasil klasifikasi data sensor membentuk dataset komposisi. Proses integrasi ini menghasilkan sebanyak 3 dataset komposisi, yaitu dataset A (citra Pleiades), dataset B (Pleiades-intensitas) dan dataset C (Pleiades-nDSM). Dengan analisis SIG dilakukan uji akurasi dan didapat nilai akurasi dataset A sebesar 44,44% dan dataset B dan C keduanya menghasilkan nilai akurasi sebesar 63,89%. Nilai akurasi tersebut sangat rendah jika mengacu pada SNI LU/LC, dikarenakan jumlah 36 titik sampel tidak proporsional (< 20%) terhadap total jumlah objek yang mencapai ribuan. 
Model Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Perumahan di Kabupaten Sleman Djurdjani Djurdjani; Ranisa Amalia Sholikhah; Prijono Nugroho Djojomartono
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 5, No 1 (2022): June
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.69996

Abstract

Bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Sleman mengakibatkan naiknya kebutuhan akan ruang untuk tempat tinggal (rumah). Penyediaan rumah dapat dilakukan oleh pengembang perumahan (developer). Namun, ketersediaan tanah yang terbatas menyebabkan diperlukannya pengendalian pertanahan untuk meminimalisir konflik. Oleh karena itu, agar pengendalian dapat dilakukan perlu diketahui cara pengadaan tanah yang dilakukan oleh pengembang untuk pembangunan perumahan. Penelitian ini mengkaji tiga faktor yang berpengaruh terhadap pengadaan tanah yaitu faktor fisik, institusi, dan ekonomi. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dari kuesioner yang ditujukan untuk pengembang perumahan dan data sekunder berupa data spasial serta peraturan terkait. Data primer diolah menggunakan SPSS (Statitical Package for Social science) 16 sehingga diperoleh tabel distribusi frekuensi pada tiap butir faktor. Data sekunder digunakan untuk perolehan data primer dan diolah untuk disajikan dalam bentuk peta persebaran kawasan perumahan menggunakan ArcMap. Hasil pengolahan selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif dan disintesis secara naratif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengembang mengadakan tanah melalui kegiatan jual beli dari tanah individu dengan hak milik yang sebagian besar tanahnya berstatus sawah. Dalam proses pengadaan tanah untuk perumahan kendala utamanya adalah adanya persyaratan zonasi dan koefisien dasar pembangunan (KDB) dan proses memperoleh izin prinsip yang rumit. Dari ketiga faktor yang berpengaruh terhadap pengadaan tanah, aspek ekonomi menjadi pertimbangan utama dalam memilih lokasi dan melaksanakan pembangunan perumahan.
Analisis Nilai Tanah Pertanian dan Permukiman di Kecamatan Magelang Selatan Prijono Nugroho Djojomartono; Djurdjani Djurdjani; Marselia Dora Sanjaya
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 5, No 1 (2022): June
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.73713

Abstract

Kebutuhan masyarakat akan ruang untuk memenuhi kegiatannya benar-benar menyebabkan meningkatnya persaingan dalam pemerolehan dan juga meningkatnya nilai tanah. Ada banyak faktor yang mempengaruhi nilai tanah, salah satunya adalah jenis penggunaan lahan untuk memenuhi ruang untuk mendukung kegiatan mereka.  Kondisi ini dapat diidentifikasi tidak hanya di daerah perkotaan tetapi juga di daerah pinggiran kota yang salah satu kebutuhan utama rumah tangga adalah memiliki ruang untuk tempat tinggal. Akibatnya, rumah tangga berusahan untuk memperoleh tanah, baik berasal dari lahan pertanian ataupun lahan permukiman, untuk pembangunan rumah.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pola transaksi tanah dan peningkatan nilai tanah lahan pertanian dan lahan pemukiman di daerah perkotaan. Kabupaten Magelang Selatan dipilih sebagai daerah studi kasus karena ketersediaan data dan aksesibilitas untuk mengamati secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tanah.  Analisis regresi berganda dipilih untuk memodelkan estimasi nilai tanah pertanian dan permukiman pada tahun 2016 dan 2019, sehingga peningkatan dan pola spasial nilai tanah dapat disajikan pada peta. Hasilnya menunjukkan bahwa selama 3 tahun, peningkatan nilai tanah pada lahan pertanian dan lahan permukiman tidak berbeda secara signifikan.  Tercatat kenaikan lahan pertanian dan lahan permukiman sekitar Rp 360.000,- dan Rp 400.000,-. Dalam hal pola spasial, telah diidentifikasi bahwa semakin kecil ukuran tanah dan semakin dekat ke daerah permukiman, semakin tinggi estimasi nilai tanahnya.
Analisis Pengaruh Perubahan Kerapatan Vegetasi Terhadap Suhu Permukaan Karena Kegiatan Pertambangan Menggunakan Citra Satelit Multiwaktu (studi kasus: PT. AMMAN MINERAL NUSA TENGGARA) Bayu Wisnu Putra; Djurdjani Djurdjani
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 3, No 1 (2020): June
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.54217

Abstract

PT.Amman Mineral Nusa Tenggara (PT.AMNT) is an Indonesian mining company that operates the Batu Hijau mine. Mining activities can cause a decrease in vegetation cover and can have an impact on increasing surface temperature. This study aims to determine how the impact of mining activities on vegetation density and surface temperature. The change in vegetation density and surface temperature in the mining area can be detected by processing of remote sensing satellite imagery with different data recording times. The data used are five Landsat satellite imagery in 1998, 2004, 2008, 2014 and 2018. Vegetation index extraction process is carried out using the NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) formula. While surface temperature extraction process is carried out using the Mono-window Brightness Temperature method. The results of the extraction process are then used to analyze the effect of vegetation density changes on surface temperature. The results of this study indicate that the vegetation density in the mining area has decreased and the average surface temperature has increased. The results of the correlation analysis showed that the decrease in the level of vegetation density caused the increase in surface temperature in the mining area of  PT.AMNT.
Pemetaan Transaksi Jual Beli Tanah Tahun 2015, 2017, dan 2019 di Kabupaten Sleman Rossa Purnama Dewi; Djurdjani Djurdjani
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 4, No 2 (2021): December
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.65848

Abstract

Kabupaten Sleman merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi DIY memiliki luas  574,82    km2, jumlah penduduk 1,075 juta jiwa (hasil registrasi) dan pertambahan penduduk sekitar 1,12% per tahun berdasar Kabupaten Sleman dalam angka tahnun 2020. Bertambahnya jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan tanah sebagai ruang untuk usaha maupun papan yang selanjutnya berpengaruh terhadap tingkat transaksi jual beli tanah. Peta transaksi jual beli tanah yang berisi distribusi dan frekuensi transaksi jual beli serta harga pasar tanah akan dibutuhkan baik oleh pemerintah mapun investor dalam menentukan kebijakan dalam rangka memenuhi kebutuhan ruang bagi penduduk Sleman dan menganalisis arah pertumbuhan wilayah. Tulisan ini akan menyajikan dan mengevaluasi transaksi jual beli tanah di daerah Sleman untuk tahun 2015, 2017 dan 2019. Data transaksi diperoleh dari laporan PPAT tiap bulan kepada Kantor BPN Kabupaten Sleman. Analisis dilakukan dengan metode analisis deskriptif berdasar kecenderungan perubahan nilai, distribusi transaksi dan kesesuaian terhadap RTRW. Hasil yang diperoleh adalah bahwa dari tahun ke tahun jumlah transaksi jual beli tanah cenderung naik. Dari aspek luas tanah, transaksi terbesar terjadi pada tanah yang memiliki luas <200m dengan lokasi yang mendekati wilayah Kota Yogyakarta. Sebagian lokasi tanah yang dijual belikan sebgaian besar sesuai dengan RTRW Kabupaten Sleman tahun 2011-2031.