Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI KAKAO UNTUK PAKAN BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Vitas Atmadi Prakoso; Hendy Firmanto; Kurniawan Kurniawan
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 4 No. 2 (2014): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.875 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v4i2.84

Abstract

Utilization of Waste Production of Cocoa for Tilapia Fish (Oreochromis niloticus) Seed Feed           Problems often arise in fish farming is the cost of artificial feed (pellets) which is expensive. The availability of local feed ingredients are still very limited and reliance on imports causing feed prices to rise. Therefore we need research to find alternative raw materials that can substitute fish meal price is relatively cheaper, widely available, and do not compete with cattle and human needs. Raw materials include cocoa shell waste derived from cocoa plantations. This study aimed to evaluate the use of cocoa shell waste for growing out of  tilapia fish (Oreochromis niloticus). The study was conducted at the Center for Research and Development of Freshwater Aquaculture, Bogor. When the study will be conducted over two months. The fish used were tilapia fish 7-8 cm size were maintained on media aquarium measuring 50 × 40 × 40 cm. In addition, the feed given that the result of the fortification of rind cocoa powder, cocoa seed shell powder, rice bran, tapioca flour, water and salt. Commercial feed was also used in this study as a comparison. Feed given as much as 3% of the total biomass of fish in each aquarium. Every two weeks the data  collection of body length and weight of fish seeds were measured. The data would be observed that the length and absolute weight, specific growth rate (SGR), increase biomass and fish survival rate. The results of this study indicated that tilapia fish fed the formulation of cocoa waste could not achieve the growth of fish with commercial feed. Further studies on cocoa waste hopely be better to produce fish seeds which same growth with the growth of fish fed by commercial feed.Key words: Feed, waste of cocoa, tilapia, Oreochromis niloticus ABSTRAK         Permasalahan yang sering muncul pada usaha budidaya ikan yaitu biaya pakan buatan (pellet).yang mahal. Ketersediaan bahan baku pakan lokal masih sangat terbatas dan ketergantungan pada impor menyebabkan harga pakan meningkat. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mencari alternatif  bahan baku yang dapat menjadi substitusi tepung ikan dengan harga yang relatif murah, banyak tersedia, dan tidak bersaing dengan kebutuhan ternak dan manusia. Bahan baku tersebut antara lain limbah kulit kakao yang berasal dari perkebunan kakao. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan limbah kulit kakao untuk pembesaran benih ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor. Waktu penelitian akan dilaksanakan selama 2 bulan. Ikan yang digunakan yaitu benih ikan nila ukuran 7-8 cm yang dipelihara pada media akuarium berukuran 50 × 40 × 40 cm. Selain itu, pakan yang diberikan yaitu hasil fortifikasi dari serbuk kulit buah kakao, serbuk kulit biji kakao, dedak padi, tepung tapioka, air, dan garam. Pakan komersil juga digunakan dalam penelitian ini sebagai pembanding. Pakan diberikan sebanyak 3% dari total biomassa ikan pada masing-masing akuarium. Tiap 2 minggu dilakukan pengambilan data panjang dan bobot tubuh benih ikan yang diuji. Data yang akan diamati yaitu pertambahan panjang dan bobot mutlak, laju pertumbuhan spesifik (SGR), pertambahan biomass, dan sintasan ikan uji. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa benih ikan nila yang diberi pakan formulasi dari limbah kakao belum dapat mencapai pertumbuhan yang setara dengan pakan komersial. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai formulasi pakan limbah kakao yang lebih baik lagi agar mampu menghasilkan pertumbuhan benih ikan yang seimbang dengan pertumbuhan ikan yang diberi pakan komersial.Kata Kunci: Pakan, Limbah kakao, Nila, Oreochromis niloticus
Nilai Tambah dan Keengganan Petani Melakukan Fermentasi Biji Kakao Rakyat Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Yuli Hariyati; Indah Ibanah; Rena Yunita; Desy Arindi Putri Regina; Didik Suharijadi; M. Ghufron R; Rahaditya Dimas P; Hendy Firmanto
AGRIBEST Vol 7, No 1 (2023): Maret
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/agribest.v7i1.8742

Abstract

Kecamatan Sempu merupakan satu-satunya kecamatan Penghasil Kakao terbesar di Kabupaten Banyuwangi, yang terletak di Desa Jambewangi. Hal ini dikarenakan Desa Jambewangi mempunyai produksi biji kakao cukup tinggi, namun masih belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat secara maksimal. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan menggunakan 60 sampel petani sebagai responden. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai tambah pada tahap pengolahan biji kakao rakyat jambewangi dan untuk mengetahui alasan petani tidak melakukan fermentasi biji kakao. Nilai tambah pada semua tahap pengolahan bernilai positif. Nilai tambah penjualan dari buah kakao gelondong menjadi biji basah sebesar Rp 1000/kg biji basah. Nilai Tambah biji basah menjadi biji kering non fermentasi sebesar Rp 3.000/kg biji kering non fermentasi. Nilai tambah biji basah menjadi biji kering fermentasi sebesar Rp 5.000/kg biji kering fermentasi. Nilai Tambah pengolahanbiji kering fermentasi menjadi bubuk coklat murni sebesar Rp. 7.331,97/kg biji kakao kering fermentasi. Petani kakao di Desa Jambewangi sebagian besar tidak melakukan fermentasi dan belum pernah terlibat dalam pelatihan fermentasi. Petani kakao desa Jambewangi seringkali melakukan penjemuran yang kurang benar, namun begitu umumnya petani mengethui kualitas biji kakao yang baik. Petani menjual biji kakao hanya kepada satu pedagang pengumpul, dan selanjutnya pedagang pengumpul menjual kepada pedagang besar luar kota atau mengolah menjadi biji fermentasi dan selanjutnya dijual ke pengolah cokelat.