Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN KELOMPOK PETANI KOPI DESA SOLOR KABUPATEN BONDOWOSO Tree Setiawan Pamungkas; Galih Wicaksono; Rena Yunita
SYUKUR (Jurnal Inovasi Sosial dan Pengabdian Masyarakat) Vol. 2 No. 2 (2019): Oktober
Publisher : Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.965 KB) | DOI: 10.22236/syukur_vol2/is1pp101-106

Abstract

Permasalahan kelompok petani kopi di Desa Solor Kecamatan Cermee Kabupaten Bondowoso terkait dengan 1) proses panen pada biji kopi merah dan biji kopi hijau secara bersamaan; 2) pemeraman dan penundaan pengeringasn penjemuran hingga lebih dari 3 hari; 3) pengeringan biji kopi tidak dilakukan secara maksimal; 4) muncul stink pada hasil olahan kopi produk kelompok petani kopi Desa Solor. Sehingga perlu dilakukan pendampingan dan pelatihan kepada kelompok petani kopi di Desa Solor untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas panen kopi yang berdampak kepada peningkatan pendapatan kelompok petani kopi Desa Solor. Pelatihan dan pendampingan yang dilakukan yaitu 1) penguatan kelembagaan petani; 2) sosialisasi panens dan perlakukan biji kopi yang tepat, 3) alih teknologi pengeringan biji kopi menggunakan meja pengering berbahan logam. Hasil intervensi menunjukkan peningkatan kuantitas produk kopi kering sebanyak 20% dan juga waktu pengeringan biji kopi yang lebih cepat sebanyak 10%.
Nilai Tambah dan Keengganan Petani Melakukan Fermentasi Biji Kakao Rakyat Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Yuli Hariyati; Indah Ibanah; Rena Yunita; Desy Arindi Putri Regina; Didik Suharijadi; M. Ghufron R; Rahaditya Dimas P; Hendy Firmanto
AGRIBEST Vol 7, No 1 (2023): Maret
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/agribest.v7i1.8742

Abstract

Kecamatan Sempu merupakan satu-satunya kecamatan Penghasil Kakao terbesar di Kabupaten Banyuwangi, yang terletak di Desa Jambewangi. Hal ini dikarenakan Desa Jambewangi mempunyai produksi biji kakao cukup tinggi, namun masih belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat secara maksimal. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan menggunakan 60 sampel petani sebagai responden. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai tambah pada tahap pengolahan biji kakao rakyat jambewangi dan untuk mengetahui alasan petani tidak melakukan fermentasi biji kakao. Nilai tambah pada semua tahap pengolahan bernilai positif. Nilai tambah penjualan dari buah kakao gelondong menjadi biji basah sebesar Rp 1000/kg biji basah. Nilai Tambah biji basah menjadi biji kering non fermentasi sebesar Rp 3.000/kg biji kering non fermentasi. Nilai tambah biji basah menjadi biji kering fermentasi sebesar Rp 5.000/kg biji kering fermentasi. Nilai Tambah pengolahanbiji kering fermentasi menjadi bubuk coklat murni sebesar Rp. 7.331,97/kg biji kakao kering fermentasi. Petani kakao di Desa Jambewangi sebagian besar tidak melakukan fermentasi dan belum pernah terlibat dalam pelatihan fermentasi. Petani kakao desa Jambewangi seringkali melakukan penjemuran yang kurang benar, namun begitu umumnya petani mengethui kualitas biji kakao yang baik. Petani menjual biji kakao hanya kepada satu pedagang pengumpul, dan selanjutnya pedagang pengumpul menjual kepada pedagang besar luar kota atau mengolah menjadi biji fermentasi dan selanjutnya dijual ke pengolah cokelat.