Aksesibilitas digital, khususnya visibilitas warna dan keterbacaan teks, menjadi elemen krusial dalam desain antarmuka yang inklusif. Namun, evaluasi konvensional berbasis WCAG 2.1 cenderung kuantitatif dan kaku, gagal menangkap persepsi visual manusia yang subjektif. Penelitian ini menghasilkan FuzzChecker, aplikasi web berbasis metode Fuzzy Mamdani yang mengintegrasikan standar WCAG 2.1 untuk mengevaluasi aksesibilitas visual pada sistem desain. Sistem ini menawarkan pendekatan human-centered yang lebih fleksibel dibandingkan metode konvensional yang bersifat deterministik. Dengan model pengembangan waterfall, FuzzChecker memproses variabel input seperti dimensi perangkat, ukuran teks, luminositas, dan saturasi melalui tahapan fuzzifikasi, inferensi berbasis aturan, dan defuzzifikasi metode centroid. Aplikasi ini, yang telah di-deploy di Vercel, menghasilkan dua output: skor kontras sesuai WCAG dan visibilitas kontekstual berdasarkan kondisi perangkat. Pendekatan fuzzy logic ini efektif dalam membantu desainer menciptakan desain digital yang inklusif, terutama bagi pengguna dengan keterbatasan visual, secara intuitif dan adaptif.