Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Uji Pengoperasian Fixed Bed Gasifier Batubara Kapasitas 100 kg/jam Suhartono; Suwito Gunadarma; Dwiwahju Sasongko; Herri Susanto
Jurnal Teknik: Media Pengembangan Ilmu dan Aplikasi Teknik Vol 6 No 1 (2007): Jurnal Teknik - Media Pengembangan Ilmu dan Aplikasi Teknik
Publisher : Fakultas Teknik - Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/jt.vol6no1.263

Abstract

Unit gasifikasi batubara jenis down draught kapasitas 100 kg/jam untuk mensubtitusi minyak bakar 70 liter/jam melalui proses gasifikasi, menggunakan udara-air sebagai medium penggasifikasi telah terinstalasi pada unit pengering di pabrik teh. Unit gasifiakasi terdiri dari reaktor gasifier, siklon, pendingin, kock out drum, blower dan burner. Gas produser stabil terbakar di burner, tetapi hanya mampu membuat udara panasdi unit pengering teh hingga 92oC (suhu target 100oC 120oC). Diperkirakan tidak tercapainya suhu target disebabkan kapasitas gasifier kurang besar, sehingga gas produser yang disuplai kurang dan pembakaran di burner selalu dalam ekses udara yang tinggi. Beberapa faktor gasifikasi yang diperkirakan mempengaruhi proses, antara lain: a. batubara pecah menjadi partikel lembut, menyebabkan penurunan tekanan yangmenghambataliran, hambatan aliran di ruang reduksi terjadi akibat pelelehan abu, menyebabkan penyumbatan aliran maupun penutupan arang, sehingga sulit bereaksi, c.kandungan tar masih banyak, karena tidak adanya scrubber yang dipasang di depan pendingin. Untuk menurunkan temperatur proses gasifikasi yang masih tinggi dan pelelehan abu diatasi dengan air yang disemburkan dalam bentuk kabut (spray) dalam daerah oksidasi melalui pemasangan pocker, penguapan air menyebabkan produksi hidrogen tinggi. Modifikasi lanjut difokuskan pada reaktor gasifikasi berupa perombakan throat (zona reduksi) untuk menurunkan temperatur proses dan meningkatkan pasokan gas hasil.
Pengaruh jenis koagulan alami terhadap karakteristik karet pada klon IRR 118 Feerzet Achmad; Damayanti Damayanti; Enjel Saputri; Widiyanti Aprilia; Suhartono Suhartono; Suharto Suharto
Jurnal Teknik Kimia Vol 28 No 3 (2022): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jtk.v28i3.1221

Abstract

Pohon karet (Hevea Braziliensis) merupakan komoditas penting dalam perekonomian Indonesia dan sebagai salah satu tanaman penghasil lateks. Untuk menghasilkan produk karet SIR 3L, lateks perlu dilakukan koagulasi dengan menggunakan koagulan. Koagulan yang biasa digunakan oleh industri pengolahan karet yaitu koagulan kimia asam formiat namun koagulan kimia ini tidak ramah lingkungan dan pekerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jenis koagulan alami terhadap karakteristik karet pada klon IRR 118 (Indonesian Research Rubber). Analisa karakteristik karet yang dilakukan adalah DRC (Dry Rubber Content), Po (Plastisitas awal), dan PRI (Plasticity Retention Index). Penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VII Afedeling 3, Unit Way Berulu Pesawaran, Lampung. Koagulan alami dengan konsentrasi 100% digunakan sebanyak 50 mL pada 100 mL sampel lateks. Penelitian ini dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu: preparasi koagulan, pengambilan lateks, koagulasi lateks, dan karakterisasi karet. Koagulan alami yang digunakan yaitu nanas muda (NM), jeruk nipis (JN), cermai (C), belimbing wuluh (BW), dan belimbing buah (BB). Hasil dari penelitian ini dengan koagulan alami BB dimana pH koagulasi lateks tidak mengalami penurunan secara signifikan dan penurunan pH lateks terendah yaitu 4pada koagulan alami BW. Proses koagulasi tercepat yaitu selama 4,1 menit dengan koagulan alami BW, sedangkan proses koagulasi terlama terjadi pada koagulan alami BB yaitu selama 9,6 menit. Nilai DRC tertinggi diperoleh BW sebesar 33,37% sedangkan nilai DRC terendah pada BB sebesar 30,68%. Nilai TSC (Total Solid Content) yang diperoleh pada penelitian ini yaitu sebesar 35,8%. Nilai Po tertinggi dari jenis koagulan BW sebesar 36,33% dan nilai Po terendah pada belimbing buah sebesar 33%. Nilai PRI tertinggi diperoleh koagulan alami dari BW sebesar 81,04% sedangkan nilai PRI terendah pada BB sebesar 75,41%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mutu karet terbaik diperoleh dari penambahan jenis koagulan alami BW. Karakteritik karet yang dihasilkan dengan menggunakan koagulan alami lebih baik jika dibandingkan dengan koagulan kimia dan memenuhi standar SNI 06-1903-2011 untuk produk karet SIR 3L.
PENGARUH TEMPERATUR DAN ARAH ALIRAN TERHADAP EFEKTIVITAS PENUKAR PANAS NTU (Ɛ -NTU) PADA ALAT PENUKAR PANAS TIPE PLATE AND FRAME Reni Yuniarti; Feerzet Achmad; Yuniar Luthfia Listyadevi; Lisa Angraini; Muhammad Alfarizi Tazkia; Suhartono Suhartono; Suharto Suharto
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2022
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jip.v11i1.13989

Abstract

Alat penukar panas merupakan salah satu alat yang digunakan sebagai perpindahan panas antara dua fluida yang memiliki temperatur yang berbeda. Alat penukar panas memiliki tipe dan desain struktur yang berbeda, salah satu alat yang digunakan yaitu Plate and Frame Heat Exchanger (PFHE). Tujuan penelitian PFHE ini adalah untuk mengetahui pengaruh kenaikan temperatur fluida panas masuk dengan perbedaan arah aliran fluida terhadap efektivitas penukar panas NTU (ɛ-NTU). Penelitian ini dilakukan pada temperatur fluida panas 39-52°C pada arah aliran searah dan arah aliran berlawanan arah. Fluida panas dan fluida dingin yang digunakan pada penelitian ini yaitu air karena proses perpindahan panas yang baik dan tidak berbahaya. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa meningkatnya temperatur fluida panas masuk diperoleh kenaikan efektivitas penukar panas NTU (ɛ-NTU) pada arah aliran searah maupun pada arah aliran berlawanan arah. Nilai ɛ-NTU pada arah aliran berlawanan arah adalah 31,97-38,80% dan nilai ɛ- NTU pada arah aliran searah adalah 24,13-27,95%. Nilai ɛ-NTU pada arah aliran berlawanan arah lebih besar dari pada arah aliran searah. Ini menunjukan bahwa arah aliran berlawanan arah lebih efektif melakukan proses perpindahan panas dari pada arah aliran searah.
PEMBUATAN KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI KOAGULAN ALAMI PADA PENJERNIHAN AIR Feerzet Achmad; Mutiara Fajar; Irene Seventina Lubis; Suhartono Suhartono; Suharto Suharto
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 11, No 2 (2021)
Publisher : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37209/jtbbt.v11i2.282

Abstract

Limbah kulit udang menjadi sampah yang pemanfaatannya kurang maksimal jika tidak diolah dengan baik. Kandungan kitin yang tinggi pada kulit udang bisa diolah menjadi kitosan dengan proses deasetilasi. Kitosan adalah senyawa turunan dari kitin yang bisa dijadikan sebagai koagulan dalam proses penjernihan air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variasi dosis koagulan kitosan dalam menjernihkan air. Parameter percobaan ini adalah kekeruhan dan TSS. Percobaan ini menggunakan kitosan dari kulit udang sebagai koagulan alami dan hasil pengujiannya akan dibandingkan dengan koagulan sintetik PAC. Sampel air yang digunakan pada percobaan ini diambil dari Sungai Belawan, Medan, Sumatera Utara. Air baku ini memiliki kekeruhan 70,7 NTU dan total suspended solid 60,0 mg/L. Variasi dosis yang digunakan adalah 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 ppm. Berdasarkan uji FTIR, nilai derajat deasetilasi kitosan 1 (hasil penelitian) mirip dengan kitosan 2 (komersial). Kitosan 1 memiliki derajat deasetilasi 82,69% dan kitosan 2  memiliki derajat asetilasi 83,43%. Persen penurunan kekeruhan tertinggi yaitu kitosan 1 pada dosis 1 ppm dengan penurunan mencapai 92% dan kekeruhan sebesar 4,08 NTU. Kitosan 2 dapat menurunkan kekeruhan hingga 3,72 NTU dengan penurunan 94%. Sedangkan PAC dapat menurunkan kekeruhan sampai dengan 16,3 NTU dengan persen penurunan 78%, pada dosis 6 ppm.