Rahmi Fauzia
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Hubungan konformitas teman sebaya dengan perilaku menyontek di SMPI Sabilal Muhtadin Banjarmasin Risa Widyastuti; Rahmi Fauzia; Rooswita Santia Dewi
Jurnal Ecopsy Vol 2, No 2 (2015): JURNAL ECOPSY
Publisher : Psychology Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ecopsy.v2i2.543

Abstract

Perilaku menyontek dikalangan pelajar bukan lagi sebuah fenomena yang mengherankan. Terdapat banyak hal yang membuat seseorang melakukan tindakan menyontek, salah satunya dikarenakan adanya pengaruh sosial dari lingkungan khususnya teman sebaya atau konformitas teman sebaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konformitas teman sebaya dengan perilaku menyontek. Populasi dari penelitian ini berjumlah 302 siswa, sementara yang menjadi sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas VII yang berjumlah 84 siswa. Teknik penelitian yang digunakan yaitu sampling jenuh. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan seluruh siswa kelas VII untuk dijadikan sampel dikarenakan terbatasnya jumlah siswa yang dapat dijadikan sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yaitu kuesioner konformitas teman sebaya dan kuesioner perilaku menyontek. Analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi product moment Karl Pearson. Sebelum dilakukan uji korelasi, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdstribusi normal dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu pada konformitas teman sebaya sebesar 0,200 dan nilai signifikansi perilaku menyontek sebesar 0,211. Adapun hasil analisis korelasi dengan menggunakan 84 subjek yaitu 0,579 dengan p > 0,05. Dengan demikian penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan positif yang cukup kuat antara variabel konformitas teman sebaya dengan perilaku menyontek.
Kondisi psikologis penderita Spinal Cord Injury (SCI) di Kalimantan Selatan Rahmi Fauzia; Zairin Noor Helmi
Jurnal Ecopsy Vol 4, No 3 (2017): JURNAL ECOPSY
Publisher : Psychology Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ecopsy.v4i3.4300

Abstract

ABSTRAKSpinal Cord Injury (SCI) merupakan salah satu permasalahan kesehatan fisik diakibatkan terjadinya cedera permanen pada tulang belakang yang berpotensi memicu munculnya masalah psikologis pada penderitanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi psikologis pada penderita SCI. Dengan menggunakan desain studi kasus, penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara sebagai alat untuk mengumpulkan data serta pedoman wawancara yang disusun berdasarkan aspek-aspek psikologis, sedangkan subyek penelitian ini berjumlah 1 (satu) orang yang saat penelitian dilakukan berstatus sebagai pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Ratu Zaleha Martapura. Pasien berjenis kelamin laki-laki, berusia 52 tahun, menderita SCI selama 10 tahun. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh gambaran kondisi psikologis pada subyek antara lain aspek: (1) penerimaan diri, (2) kontrol emosi, (3) serangan nyeri yang menurunkan status suasana hati menjadi negatif, (4) spiritualitas, (5) motivasi untuk sembuh.Kata kunci: Faktor Caring, Kinerja Profesional, Perawat Puskesmas ABSTRACTSpinal Cord Injury (SCI) is one of the problems of physical health caused the occurrence of permanent injury to the spine that could potentially trigger the emergence of psychological problems in patients. This research aims to know the mental health in people with SCI. Using design case studies, this research using the method of observation and interviews as a tool to collect data and interview guidelines compiled based on mental health aspects, while the informant this study amounts to 1 (one) person who while doing research status as inpatients in a General Hospital Queen Zaleha Martapura. Patient-sex male, aged 52 years and suffered from SCI for about 10 years. Based on the results of the analysis of the data obtained in the mental health picture of informants among others: (1) self-acceptance, (2) emotionality control, (3) pain, (4) spirituality dan (5) motivation to recover.Keywords: Caring Factor, Professional Performance, Nurse at Puskesmas
Gambaran penalaran moral pada remaja pecandu narkoba Laili Nurhani; Rahmi Fauzia; Sukma Noor Akbar
Jurnal Ecopsy Vol 2, No 1 (2015): JURNAL ECOPSY
Publisher : Psychology Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ecopsy.v2i1.518

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penalaran moral remaja pecandu narkoba, yaitu tahapan penalaran moral dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Informan dalam penelitian ini berjumlah tiga mahasiswa yang berusia 20 tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Teknik penggalian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, focused group discussion (FGD), tes grafis dan observasi. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa ketiga informan penelitian memiliki perbedaan capaian tahap penalaran moral. Informan pertama mencapai tahap 3, informan kedua mencapai tahap 5 dan informan ketiga mencapai tahap 6. Perbedaan tersebut dapat ditinjau melalui beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan penalaran moral ketiga informan, yaitu modelling, konflik kognitif dan relasi dengan teman sebaya. 
Efektivitas pendampingan psikologi dengan metode appreciative inquiry untuk meningkatkan kepercayaan diri Duwi Nur Hafifah; Silvia Kristanti Tri Febriana; Rahmi Fauzia
Jurnal Ecopsy Vol 2, No 3 (2015): JURNAL ECOPSY
Publisher : Psychology Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.939 KB) | DOI: 10.20527/ecopsy.v2i3.1929

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian pendampingan psikologi dengan metode appreciative inquiry untuk meningkatkan kepercayaan diri. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, dengan menggunakan pretest-posttest control group design. Subjek penelitian adalah narapidana wanitan di Lapas Klas II A Anak Martapura sebanyak 22 orang dengan menggunakan tehnik purposive sampling, kemudian dilakukan randomisasi sehingga diraih 11 orang pada kelompok eksperimen dan 11 orang pada kelompok kontrol. Instrument yang digunakan adalah Skala Kepercayaan Diri, Checklist Kepercayaan Diri dan Modul Appreciative Inquiry. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan rata-rata nilai kepercayaan diri pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sebesar 2,092, yang berarti pendampingan psikologi dengan metode appreciative inquiry dapat meningkatkan kepercayaan diri narapidana wanita di Lapas Klas II A Anak Martapura. Kata kunci: Pendampingan Psikologi, Appreciative Inquiry, Kepercayaan Diri  The purpose of this study was to find out the effectiveness of psychological assistance with appreciative inquiry method to increase self-confidence, The method was an experimental study with pretest-posttest control group design. Subjects were 22 female inmates for drug cases in the Martapura Children’s Penitentiary Class II-A, divided into two groups of 11 persons in experimental group and the other 11 in control group. The instruments were self-confidence scale, self-confidence checklist and appreciative inquiry module. It showed that there was difference in the average value of the self-confidence between the experimental group and the control group, which meant that the psychological assistance with appreciative inquiry method was effective to increase self-confidence in female inmates in the Martapura Children’s Penitentiary Class II-A.  Keywords: Psychological Assistance, Self-Confidence, Appreciative Inquiry
Analisis fenomenologi eksistensi narapidana pelaku pembunuhan berencana di Lembaga Pemasyarakatan Rina Aulia; Rooswita Santia Dewi; Rahmi Fauzia
Jurnal Ecopsy Vol 2, No 1 (2015): JURNAL ECOPSY
Publisher : Psychology Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ecopsy.v2i1.512

Abstract

Kasus pembunuhan berencana menjadi kejahatan yang tidak jarang terjadi di negeri ini. Narapidana pelaku pembunuhan berencana akan menjalani hukuman dalam waktu yang cukup lama yaitu terancam hukuman pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama-lamanya 20 tahun. Pidana penjara tersebut mengakibatkan perampasan kemerdekaan, dan menimbulkan akibat negatif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan dirampasnya kemerdekaan itu sendiri. Berdasarkan pengalaman membunuh dan pengalaman masuk penjara, maka narapidana pelaku pembunuhan berencana akan mengalami rekonstruksi struktur eksistensi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis fenomenologi eksistensi narapidana pelaku pembunuhan berencana di salah satu Lembaga Pemasyarakatan di Kalimantan Selatan. Penelitian ini dilakukan pada dua orang subjek narapidana pelaku pembunuhan berencana dengan menggunakan metode penelitian analisis fenomenologi eksistensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek dapat merekonstruksi eksistensi dan mewujudkan eksistensi dalam proses pembinaan di lembaga pemasyarakatan dengan caranya masing-masing. Rekonstruksi eksistensi pada penelitian ini menunjukkan bahwa, manusia perlu melakukan penyesuaian terhadap dirinya sendiri untuk dapat menemukan eksistensi atau arti dari keberadaan dirinya di dunia ini dengan menjaga sikap yang optimis dalam menentukan pilihan hidup. Dalam melakukan penelitian ini, akan lebih baik jika peneliti terlebih dahulu menguasai keterampilan mengadakan analisis fenomenologi eksistensi dan mengguakan tekhnik-tekhnik pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan agar hasil temuan lebih maksimal dan akurat.
Hubungan optimisme dengan strategi koping yang berfokus pada pemecahan masalah pada dokter muda Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Rissa Yulianti; Rahmi Fauzia; Silvia Kristanti Tri Febriana
Jurnal Ecopsy Vol 3, No 2 (2016): JURNAL ECOPSY
Publisher : Psychology Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ecopsy.v3i2.2657

Abstract

 ABSTRAKPerilaku koping dipengaruhi oleh keyakinan dan pandangan positif, dimana merasa yakin dapat mengendalikan masa depan dan menghentikan pemikiran negatif yang merupakan ciri individu yang memiliki optimisme. Dokter muda yang memiliki optimisme, memandang stresor sebagai suatu hal yang dijalani secara positif dan akan membawa hasil yang baik, sehingga memungkinkan melakukan koping aktif dan percaya diri dalam menjalani pendidikan profesi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan optimisme dengan strategi koping yang berfokus pada pemecahan masalah pada dokter muda Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran UNLAM. Jenis penelitian bersifat kuantitatif, dengan menggunakan teknik sampling insidental. Sampel penelitian adalah dokter muda kedokteran gigi berjumlah 37 sampel. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa skala likert, yaitu skala optimisme dan skala strategi koping yang berfokus pada pemecahan masalah. Penelitian ini menggunanakan metode uji analisis analisis korelasi Pearson Product Moment. Hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,731 dan p= 0,000 (p < 0,05), yang artinya terdapat hubungan positf yang signifikan antara optimisme dengan strategi koping yang berfokus pada pemecahan masalah. Secara umum optimisme berpengaruh terhadap strategi koping yang berfokus pada pemecahan masalah sebesar 53,5%, sedangkan 46,5% lebih dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil, disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara optimisme terhadap strategi koping yang berfokus pada pemecahan masalah, sehingga tinggi atau rendahnya optimisme akan mempengaruhi tinggi atau rendahnya strategi koping yang berfokus pada pemecahan masalah dokter muda Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran UNLAM. Kata kunci: Optimisme, Strategi Koping yang Berfokus pada Pemecahan Masalah, Dokter Muda Kedokteran Gigi ABSTRACT Coping behavior is influenced by confidence and positive outlook, that is when a person is sure that he can control the future and stop negative thinking, which is the characteristic of individual with optimism. Co-assistants, who have optimism, consider stressors as the things that would be positively undertaken and bring good results, thus allowing them to perform active coping and confident in carrying out professional education. The aim of this study was to find out the relationship between optimism and problem focused coping in co-assistants at Dentistry Program of Medical Faculty, Lambung Mangkurat University. The type of this study was a quantitative study, using an incidental sampling technique. The samples were 37 co-assistants at Dentistry Program. Data were collected using a scale of Likert, the scale of optimism and problem focused coping. The analytical test of Pearson Product Moment correlation was used in the study. The results of the analysis indicated that the correlation coefficient (r) was 0.731 and p = 0.000 (p<0.05), which meant that there was a significant positive relationship between optimism and problem focused coping. In general, optimism effected problem focused coping by 53.5% while 46.5% was effected by other factors not examined further in this study. Based on the results, it can be concluded that there was a positive significant relationship between optimism and problem focused coping; the high or low optimism would affect the high or low problem focused coping in co-assistants at Dentistry Program of Medical Faculty. Keywords: Optimism, Problem focused coping, Co-assistants at Dentistry Program
Perbedaan penyesuaian diri penduduk di lingkungan rawan bencana banjir yang kategori kerawanannya berbeda Bela Itri Agriani; Hemy Heryati Anward; Rahmi Fauzia
Jurnal Ecopsy Vol 1, No 2 (2014): JURNAL ECOPSY
Publisher : Psychology Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (76.132 KB) | DOI: 10.20527/ecopsy.v1i2.489

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penyesuaian diri penduduk di lingkungan rawan bencana banjir berdasarkan kategori rawan, agak rawan dan normal. Selain itu juga untuk mengetahui perbedaan penyesuaian diri penduduk berdasarkan jenis kelamin, serta interaksi antara jenis kelamin dengan kategori lingkungan rawan bencana banjir tehadap terhadap penyesuaian diri penduduk. Subjek penelitian ini berjumlah 90 orang yaitu 30 orang penduduk Kelurahan Gambut, Kecamatan Gambut sebagai desa dengan kategori kerawanan biasa/normal; 30 orang penduduk Desa Bincau Muara, Kecamatan Martapura sebagai desa dengan kategori kerawanan agak bahaya/agak rawan; dan 30 orang penduduk Desa Pengaron, Kecamatan Pengaron sebagai desa yang bahaya/rawan. Hasil penelitian ini adalah; (1) Penduduk yang tinggal di Kelurahan Gambut sebagai kategori biasa/normal memiliki tingkat penyesuaian diri yang paling tinggi dengan rata-rata sebesar 68,83, kemudian penduduk Desa Bincau Muara sebagai kategori agak bahaya/agak rawan dengan rata-rata penyesuaian diri sebesar 67,10, dan yang paling rendah tingkat penyesuaian dirinya adalah penduduk Desa Pengaron sebagai kategori bahaya/rawan memiliki rata-rata sebesar 61,87; (2) Penyesuaian diri laki-laki lebih tinggi daripada perempuan; dan (3) Ada interaksi antara jenis kelamin dengan kategori lingkungan rawan bencana banjir terhadap penyesuaian diri penduduk. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin rawan suatu lingkungan terhadap bencana banjir maka semakin rendah kemampuan penduduknya menyesuaikan diri. The purpose of this research is to know the different adjustment in the endemic area of flood, different adjustment based on sex, and interaction among the sex with the endemic environment category of flood to adjustment. The research subjects are 90 people namely 30 people Gambut village, Gambut sub district, as the village with endemic category is normal; 30 people at Bincau Muara village, Martapura sub district as the village with rather endemic  category; Pengaron sub district is the endemic. The result of this research is; (1) people who live in Gambut sub district as the normal category has the highest level of adjustment with the approximately 68,83, then Bincau Muara village as the rather endemic category with approximately adjustment is 67,10, and which is the lowest adjustment level is the people at Pengaron village with the approximately adjustment is 61,87; (2) men adjustment are more higher than women; and (3) there is interaction between sex with the endemic of flood disaster in environment category to the adjustment of the people. The conclusion is more endemic in an environment to the flood disaster so more lower people ability to adjustment.
Perspektif psikologi humanistik Abraham Maslow dalam meninjau motif pelaku pembunuhan Azrina Nurwatie; Rahmi Fauzia; Sukma Noor Akbar
Jurnal Ecopsy Vol 1, No 4 (2014): JURNAL ECOPSY
Publisher : Psychology Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.005 KB) | DOI: 10.20527/ecopsy.v1i4.503

Abstract

Fokus penelitian ini diarahkan pada motif pelaku pembunuhan dengan meninjaunya melalui perspektif psikologi humanistik Abraham Maslow. Subyek dalam penelitian ini berjumlah dua orang narapidana yang berada di Lapas Kelas IIA Anak Martapura dengan kasus pembunuhan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dokumentasi,dan pemeriksaan psikologis (tes grafis). Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kedua subyek melakukan pembunuhan karena motif kebutuhan penghargaan yang terhambat. Terdapat dua faktor yang melatarbelakangi peristiwa pembunuhan yaitu faktor sosiologik dan faktor biologik. Hasil analisis data menunjukkan faktor sosiologik yang melatarbelakangi pembunuhan adalah faktor agama, pribadi, pendidikan dan ancaman, sedangkan faktor biologik yang melatarbelakangi pembunuhan adalah faktor pembawaan dan kepribadian.  Kata kunci : Perspektif Psikologi Humanistik, Motif,  Pelaku Pembunuhan The focus of this study was on the perpetrator’s motive by reviewing it through the perspective of Abraham Maslow’s humanistic psychology. The subjects in this study were two inmates with homicide in Juvenile Prison Class IIA Martapura. The method used in this study was a qualitative study method, and the data were collected using interviews, observation, documentation, and psychological examination (graphic test) techniques. Based on the data analysis, it can be concluded that the motive of both subjects committed murder was the hampered appreciation need, while the two factors behind the murder were sociologic factors (religion, personal issue, education and threat), and biological factors (personality and trait).  Keywords: Perspective of Humanistic Psychology, Motive, Murderer
Hubungan antara adversity quotient dengan resiliensi pada penderita kanker stadium lanjut Eka Yulianti Septia Sukma Dewi; Marina Dwi Mayangsari; Rahmi Fauzia
Jurnal Ecopsy Vol 3, No 3 (2016): JURNAL ECOPSY
Publisher : Psychology Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ecopsy.v3i3.2664

Abstract

Penderita  kanker  stadium  lanjut  menghadapi  kesulitan  dalam  melawan  penyakit  kronis  yang  dideritanya,  sehingga dibutuhkan  adversity  quotient  tipe  climbers  agar  dapat  bertahan,  bangkit  dan  menyesuaikan  diri  dalam  menghadapi kesulitan (resiliensi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adversity quotient dengan resiliensi pada penderita kanker stadium lanjut. Sampel penelitian ini adalah penderita kanker stadium lanjut yang melakukan kemoterapi di  RSUD  Ulin  Banjarmasin  ruang  Edelweis  berjumlah  60  orang  yang  diambil  menggunakan  teknik  accidental  sampling. Metode  pengumpulan  data  menggunakan  skala  adversity  quotient  dan  skala  resiliensi.  Berdasarkan  uji  korelasi  product moment Pearson diketahui bahwa semakin tinggi adversity quotient maka semakin tinggi pula resiliensinya dan sebaliknya. Sumbangan  efektif  adversity  quotient  terhadap  resiliensi  sebesar  95,1%  sedangkan  sisanya  sebesar  4,9%  kemungkinan dipengaruhi  oleh variabel  lain  diluar  adversity  quotient  seperti  empati  dan  reaching  out.  Berdasarkan  hasil,  maka  dapat disimpulkan  bahwa  adversity  quotient  dan  resiliensi  pada  penderita  kanker  stadium  lanjut  di  Ruang  Edelweis  berada  di kategori tinggi.Kata kunci: Adversity Quotient, Resiliensi, Penderita Kanker stadium lanjut, RSUD Ulin BanjarmasinPatients with advanced-stage cancer face difficulties in the fight against chronic disease, so it takes adversity quotient type climber  to  survive,  rise  up  and  adapt  (resilience). Purpose  of  this  study  was  to  find  out  correlation  between  adversity quotient and resilience in patients with advanced-stage cancer. Samples were 60 patients with advanced-stage cancer who underwent  chemotherapy  in  Edelweis  room,  using  accidental  sampling  technique.  Data  were  collected  using  a  scale  of adversity quotient and a scale of resilience. Based on Pearson's product moment correlation test, it was found out that the higher adversity quotient, the higher resilience, and conversely. The effective contribution of adversity quotient to resilience was 95.1% while remaining 4.9% was likely influenced by other variables, such as empathy and reaching out. Based on the results,  it  can  be  concluded that  the adversity  quotient  and  resilience  in  patients  with  advanced-stage  cancer  in  Edelweis Room was in the high category.Keywords: adversity quotient, resilience, patients with advanced-stage cancer, Ulin hospital Banjarmasin.
Hubungan regulasi diri dalam belajar dengan perfeksionisme pada siswa SMA Boarding School Siti Rohimah; Marina Dwi Mayangsari; Rahmi Fauzia
Jurnal Ecopsy Vol 2, No 3 (2015): JURNAL ECOPSY
Publisher : Psychology Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.837 KB) | DOI: 10.20527/ecopsy.v2i3.1926

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan regulasi diri dalam belajar dengan perfeksionisme pada Siswa SMAN Banua Kalimantan Selatan Bilingual Boarding School. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Subjek penelitian adalah siswa SMAN Banua Kalimantan Selatan Bilingual Boarding School sebanyak 62 orang. Instrument yang digunakan adalah Skala Regulasi Diri Dalam Belajar dan Skala Perfeksionisme. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara regulasi diri dalam belajar dengan perfeksionisme pada Siswa SMAN Banua Kalimantan Selatan Bilingual Boarding School sebesar 58, 9%, maka semakin baik regulasi diri dalam belajar maka akan semakin tinggi perfeksionisme yang dimiliki oleh siswa Boarding school. Kata kunci: Regulasi Diri Dalam Belajar, Perfeksionisme, Boarding School  The purpose of this study was to find out the relationship between self-regulated learning and perfectionism in students of SMAN BANUA Bilingual Boarding School South Kalimantan. A quantitative study method with purposive random sampling technique was used in this study. The subjects were 62 students of SMAN BANUA Bilingual Boarding School South Kalimantan. The instruments were Self-Regulated Learning Scale and Perfectionism Scale. The result indicating that there was a significant relationship between self-regulated learning and perfectionism in students of SMAN BANUA Bilingual Boarding School South Kalimantan was 58, 9%, so that the better the self-regulated learning, the higher the perfectionism of the boarding school students. Keywords: self-regulated learning, perfectionism, boarding school