Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Daya Terima Sediaan Puyer Racikan Obat Anti Tuberkulosis di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung Widyastiwi Widyastiwi; Ganthina Sugihartina; Indro Pamudjo
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.287 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2017.6.2.99

Abstract

Di berbagai rumah sakit di Indonesia, praktik peracikan Obat Anti Tuberkulosis-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) untuk anak dalam bentuk sediaan puyer masih dilakukan sampai saat ini. Meskipun memiliki masalah pada stabilitas dan kualitas sediaan, praktik peracikan puyer OAT tetap dilakukan sebagai upaya individualisasi dosis dan memudahkan pemberian obat pada pasien anak, sehingga diharapkan mampu meningkatkan daya terima pasien terhadap OAT. Daya terima pasien terhadap obat memiliki dampak yang signifikan terhadap kepatuhan yang akhirnya memengaruhi keberhasilan terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya terima sediaan puyer racikan OAT dan keberhasilannya di salah satu rumah sakit di Bandung dan dilakukan pada bulan Maret hingga November tahun 2015. Desain penelitian adalah potong lintang dan sampel diambil dengan cara accidental sampling. Kriteria inklusi adalah pasien anak usia 0–14 tahun dengan diagnosis tuberkulosis dan menerima sediaan puyer racikan OAT. Data dikumpulkan melalui wawancara terpimpin menggunakan kuesioner tertutup yang tervalidasi dan reliabel mengenai penerimaan pasien ditinjau dari segi kepraktisan, rasa, dan bau obat. Responden adalah orang tua pasien anak sebanyak 50 orang. Hasil penelitian menunjukkan sediaan puyer racikan OAT diterima baik oleh 40,0% pasien, cukup diterima oleh 52,0% pasien, dan kurang diterima oleh 8% pasien. Faktor usia memengaruhi penerimaan pasien terhadap sediaan puyer racikan (r=0.338). Keberhasilan terapi dicapai oleh 94,6% pasien dengan lama pengobatan 6–9 bulan. Penelitian ini menghasilkan simpulan bahwa penggunaan sediaan puyer racikan dapat diterima baik oleh pasien dengan tingkat keberhasilan terapi yang tinggi. Sediaan puyer racikan merupakan bentuk sediaan yang disarankan untuk pasien anak karena dapat meningkatkan daya terima pasien anak terhadap OAT-KDT.Kata kunci: Daya terima, keberhasilan terapi, Obat Anti Tuberkulosis, puyer racikan Acceptability of Anti-Tuberculosis Compounded Medicines at a Hospital in BandungAbstractIndonesian government has provided anti-TB drugs as a fixed-dose combination to eradicate tuberculosis. For pediatric patients with swallowing problems, compounded medicine is a common solution despites its stability and quality problems. Compounded medicine prescribing is intended to improve patient acceptability of medicine. Patient acceptability, especially in pediatric, will play a significant role to increase patient’s adherence, and in a bigger picture, affect its efficacy. This study was aimed to determine the acceptability level of compounded medicines and its therapy outcomes at a hospital in Bandung. This study was conducted with a cross-sectional design using accidental sampling method. Inclusion criteria were pediatric patients aged 0–14 years who have diagnosed tuberculosis and received compounded medicines. Study was held in March until November 2015 at a hospital in Bandung. A valid and reliable questionnaire was provided as an instrument to interview respondents about practicality, taste, and a smell of medicines. Total of 50 patients’ parent had participated in this study as respondent. The results showed that compounded medicine was acceptable by pediatrics patients. Acceptability of compounded medicines was affected by age factor (r=0.338). Therapeutic success of compounded medicine was achieved by 94.6% of patients with 6–9 months duration of treatment. In conclusion, the use of compounded medicines are acceptable by patients with a satisfactory outcomes therapy.Keywords: Acceptability, anti-tuberculosis drugs, compounded medicines, therapy outcomes
Uji Aktivitas Immunomodulator Berbagai Tanaman Famili Piperaceae pada Mencit Galur Balb/C dengan Metode Carbon Clearance Mohammad Roseno; Yayat Sudaryat; Widyastiwi Widyastiwi
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol 17 No 2 (2019): JIFI
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.249 KB) | DOI: 10.35814/jifi.v17i2.558

Abstract

Plants of Piperaceae family are widespread in the tropics region and have been widely used as medicinal plants, these includes kemukus (Piper cubeba), kiseureuh (Piper aduncum), and Java chili (Piper retrofractum). The purpose of this study was to evaluate the immunomodulatory activity of ethanol extracts of several plants from the Piperaceae family in Balb/C strain mice with carbon clearance method. The study was conducted by dividing the experimental animals into 12 groups : normal control group, immunosuppressant comparison, immunostimulant comparison, and low, moderate, and high dose of kemukus, kiseureuh, and Java chili, resepctively. Immunomodulatory activity was measured by phagocytosis index, peripheral blood leukocyte levels, and splenic leukocyte levels. The results showed that ethanol kemukus extract (Piper cubeba) acts as an immunosuppressant, increasing the dose increased the immunosuppressant effect. Low doses of ethanol extract of kiseureh (Piper aduncum) also acts as immunosuppressant, whereas at medium and high doses has a tendency to be immunostimulant. Ethanol extract of Java chili (Piper retrofractum) acts as an immunostimulant, with the highest activity achieved at moderate doses. Ethanol extract of kemukus (Piper cubeba), kiseureh (Piper aduncum), and Java chili (Piper retrofractum) affect the number of peripheral blood granulocyte components, neutrophils levels affects the increase in phagocytic effects. Ethanol extract of kemukus (Piper cubeba), kiseureh (Piper aduncum), and Java chili (Piper retrofractum) did not affect the number of splenic blood granulocyte components.
Pendampingan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) dalam Penerapan Cara Produksi Pangan yang Baik–Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT) di Kota Bandung Widyastiwi Widyastiwi; Mohammad Roseno; Yayat Sudaryat
Jurnal SOLMA Vol. 11 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA Press)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/solma.v11i1.7769

Abstract

Pendahuluan: Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) wajib menerapkan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB-IRT) dalam kegiatan produksinya. Rendahnya penerapan CPPB-IRT dikhawatirkan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan sehingga pangan yang dihasilkan kurang terjamin mutu, kelayakan dan keamanan bagi kesehatan. Pendampingan IRTP bertujuan untuk meningkatkan penerapan CPPB-IRT sehingga dapat memenuhi level CPPB-IRT yang memenuhi persyaratan Dinas Kesehatan Kota Bandung. Metode: Pendampingan dilakukan pada dua mitra IRTP di Kota Bandung dengan level CPPB-IRT rendah dengan mempertimbangkan resiko bahaya terjadinya cemaran pangan. Dilakukan observasi awal penerapan CPPB-IRT dengan format standar BPOM untuk menentukan level penerapan CPPB-IRT, kemudian dilakukan pelatihan dan pendampingan dalam perbaikan penyimpangan CPPB-IRT. Pendampingan dilakukan sampai kedua mitra mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT). Hasil: Pada observasi awal level penerapan CPPB-IRT menunjukkan bahwa kedua mitra memiliki level penerapan IV, yang merupakan level paling rendah. Setelah dilakukan proses pelatihan dan pendampingan, didapatkan perbaikan pada bangunan dan fasilitas, higienitas dan sanitasi karyawan, penyimpanan bahan baku dan bahan jadi, alur produksi, serta pelabelan pangan. Hasil pemeriksaan akhir menunjukkan adanya peningkatan level penerapan CPPB-IRT dari level IV menjadi level I. Kedua mitra juga telah mendapatkan SPP-IRT. Kesimpulan: Pelatihan dan pendampingan IRTP berkontribusi pada peningkatan level penerapan CPPB-IRT kedua mitra dan penerbitan SPP-IRT atas produk pangan yang diproduksinya.
Taro (Colosia esculenta) Leaves Extract Inhibits Streptococcus mutans ATCC 31987 Ayu Nala El Muna Haerussana; Angreni Ayuhastuti; Siti Fira Yuniar; Hana Alifah Bustami; Widyastiwi Widyastiwi
Borneo Journal of Pharmacy Vol. 5 No. 3 (2022): Borneo Journal of Pharmacy
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjop.v5i3.3156

Abstract

Dental caries was the most common disease in both adults and children. Streptococcus mutans is the main bacteria causing plaque formation and was the initiator of dental caries. Antibacterials derived from plants can be used to prevent plaque formation. Taro (Colosia esculenta) has been used in traditional medicine. Antibacterial compounds have been discovered in C. esculenta leaves. This study aimed to determine the ability of C. esculenta leaf ethanol extract to inhibit the growth of S. mutans ATCC 31987. Simplicia preparation, extract preparation, and phytochemical screening was carried out. Then, the antibacterial activity test was performed using the disc diffusion method to determine the zone of inhibition at various concentrations of 10, 20, 30, 40, 50, 60, and 70%. Colosia esculenta leaf ethanol extract contains alkaloids, flavonoids, triterpenoids, saponins, and produces an inhibition zone at each concentration variation. Very strong antibacterial activity was produced at a concentration of 70% at 21.11±0.46 mm, which was higher than the positive control.