Di berbagai rumah sakit di Indonesia, praktik peracikan Obat Anti Tuberkulosis-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) untuk anak dalam bentuk sediaan puyer masih dilakukan sampai saat ini. Meskipun memiliki masalah pada stabilitas dan kualitas sediaan, praktik peracikan puyer OAT tetap dilakukan sebagai upaya individualisasi dosis dan memudahkan pemberian obat pada pasien anak, sehingga diharapkan mampu meningkatkan daya terima pasien terhadap OAT. Daya terima pasien terhadap obat memiliki dampak yang signifikan terhadap kepatuhan yang akhirnya memengaruhi keberhasilan terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya terima sediaan puyer racikan OAT dan keberhasilannya di salah satu rumah sakit di Bandung dan dilakukan pada bulan Maret hingga November tahun 2015. Desain penelitian adalah potong lintang dan sampel diambil dengan cara accidental sampling. Kriteria inklusi adalah pasien anak usia 0–14 tahun dengan diagnosis tuberkulosis dan menerima sediaan puyer racikan OAT. Data dikumpulkan melalui wawancara terpimpin menggunakan kuesioner tertutup yang tervalidasi dan reliabel mengenai penerimaan pasien ditinjau dari segi kepraktisan, rasa, dan bau obat. Responden adalah orang tua pasien anak sebanyak 50 orang. Hasil penelitian menunjukkan sediaan puyer racikan OAT diterima baik oleh 40,0% pasien, cukup diterima oleh 52,0% pasien, dan kurang diterima oleh 8% pasien. Faktor usia memengaruhi penerimaan pasien terhadap sediaan puyer racikan (r=0.338). Keberhasilan terapi dicapai oleh 94,6% pasien dengan lama pengobatan 6–9 bulan. Penelitian ini menghasilkan simpulan bahwa penggunaan sediaan puyer racikan dapat diterima baik oleh pasien dengan tingkat keberhasilan terapi yang tinggi. Sediaan puyer racikan merupakan bentuk sediaan yang disarankan untuk pasien anak karena dapat meningkatkan daya terima pasien anak terhadap OAT-KDT.Kata kunci: Daya terima, keberhasilan terapi, Obat Anti Tuberkulosis, puyer racikan Acceptability of Anti-Tuberculosis Compounded Medicines at a Hospital in BandungAbstractIndonesian government has provided anti-TB drugs as a fixed-dose combination to eradicate tuberculosis. For pediatric patients with swallowing problems, compounded medicine is a common solution despites its stability and quality problems. Compounded medicine prescribing is intended to improve patient acceptability of medicine. Patient acceptability, especially in pediatric, will play a significant role to increase patient’s adherence, and in a bigger picture, affect its efficacy. This study was aimed to determine the acceptability level of compounded medicines and its therapy outcomes at a hospital in Bandung. This study was conducted with a cross-sectional design using accidental sampling method. Inclusion criteria were pediatric patients aged 0–14 years who have diagnosed tuberculosis and received compounded medicines. Study was held in March until November 2015 at a hospital in Bandung. A valid and reliable questionnaire was provided as an instrument to interview respondents about practicality, taste, and a smell of medicines. Total of 50 patients’ parent had participated in this study as respondent. The results showed that compounded medicine was acceptable by pediatrics patients. Acceptability of compounded medicines was affected by age factor (r=0.338). Therapeutic success of compounded medicine was achieved by 94.6% of patients with 6–9 months duration of treatment. In conclusion, the use of compounded medicines are acceptable by patients with a satisfactory outcomes therapy.Keywords: Acceptability, anti-tuberculosis drugs, compounded medicines, therapy outcomes