Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan akses layanan kesehatan yang lebih baik, terutama dalam pencegahan dan deteksi dini penyakit kusta (SDG 3). Kusta merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae dengan target utama saraf tepi dan kulit. Penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan permanen apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat. Berdasarkan laporan WHO tahun 2023, terdapat 178.728 kasus baru kusta di seluruh dunia, dengan Indonesia menempati peringkat ketiga penyumbang terbanyak, yaitu 14.376 kasus (8%) serta 17.251 penderita yang masih menjalani pengobatan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian serius. Dampak penyakit ini tidak hanya pada aspek kesehatan, tetapi juga menurunkan kualitas hidup penderita akibat adanya stigma sosial yang menyertainya. Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting sebagai upaya pencegahan penularan dan kecacatan. Hasil observasi di Desa Kasiyan, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, menunjukkan bahwa kader posyandu masih memiliki pengetahuan yang rendah dalam mengenali tanda-tanda kusta. Untuk menjawab tantangan tersebut, dikembangkan aplikasi AI-KustaCare sebagai sarana edukasi dan pendukung deteksi dini berbasis kecerdasan buatan. Pelatihan kepada 50 kader posyandu menunjukkan hasil positif, dengan sebagian besar peserta menilai aplikasi mudah dipahami (90%), menarik (92%), mudah digunakan (92%), serta cukup akurat dalam mendeteksi gejala kusta (84%). Temuan ini membuktikan bahwa inovasi berbasis teknologi dapat menjadi strategi efektif dalam meningkatkan kapasitas kader dan memperkuat program pengendalian kusta di masyarakat.