Esthy Rahman Asih
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

DAYA TERIMA KUE KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) Melsa Nilmalasari; Esthy Rahman Asih
JURNAL PROTEKSI KESEHATAN Vol 6 No 1 (2017): JURNAL PROTEKSI KESEHATAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (55.429 KB) | DOI: 10.36929/jpk.v6i1.67

Abstract

Program diversifikasi pangan guna memperbaiki asupan gizi masyarakat dari makanan dapat berkembang dengan baik apabila memanfaatkan potensi bahan pangan lokal yang ada. Tingginya kebutuhan terigu yang merupakan bahan pangan impor bertentangan dengan kebijakan tentang Percepatan Ketahanan Pangan Nasional. Salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terigu dapat dikurangi dengan menggunakan pangan lokal seperti sagu. Sumber daya pangan lokal ini dapat dijadikan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kue salah satunya yaitu kue kering sagu. Tepung sagu kaya akan karbohidrat (pati) namun sangat miskin akan zat gizi lainnya. Oleh karena itu, tepung sagu perlu di tambahkan dengan bahan pangan yang bernilai gizi seperti ikan patin. Ikan patin adalah salah satu jenis ikan yang paling banyak diminati dan dikonsumsi oleh masyarakat dengan harga yang terjangkau. Pengembangan produk kue kering sagu dengan penambahan ikan patin diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi produk serta dapat melakukan diversifikasi pangan. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan. Penelitian ini terdiri dari 2 tahap yaitu : Penelitian Pendahuluan dan Penelitian Lanjutan. Pada penelitian pendahuluan dilakukan percobaan pembuatan kue kering sagu dengan dengan konsentrasi tepung sagu dan tepung ikan patin yaitu : 100% : 0%, 85% : 15%, 80% : 20%, dan 75% : 25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh substitusi tepung ikan patin terhadap tingkat kesukaan rasa dan warna kue kering sagu (p < 0,01) dan tidak ada pengaruh substitusi tepung ikan patin terhadap tingkat kesukaan aroma dan tekstur kue kering sagu (p>0,01). Berdasarkan karakteristik organoleptik, kue kering sagu yang paling disukai panelis yaitu dengan perbandingan 80% tepung sagu : 20% tepung ikan patin.
ANALISIS CEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) PADA BUAH PIR YANG DIJUAL DIPINGGIR JALAN SIMPANG EMPAT LAMPU MERAH JALAN SOEKARNO HATTA KOTA PEKANBARU Lidya Novita; Esthy Rahman Asih; Aisyah Aisyah
JURNAL PROTEKSI KESEHATAN Vol 6 No 2 (2017): JPK: Jurnal Proteksi Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.568 KB) | DOI: 10.36929/jpk.v6i2.73

Abstract

Logam timbal (Pb) sangat berbahaya bagi manusia karena merupakan zat beracun yang tidak bisa dihancurkan atau diubah bentuknya. Timbal (Pb) yang terdapat dalam asap-asap kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pencemaran terhadap buah-buahan yang dijual di pinggir jalan. Logam timbal (Pb) dapat masuk ke tubuh melalui makanan jajanan yang dijual di pinggir jalan dalam keadaan terbuka. Hal ini akan lebih berbahaya lagi apabila makanan tersebut dipajangkan dalam waktu yang lama. Buah pir merupakan buah yang sering dikonsumsi dengan menggunakan kulit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan logam berat timbal (Pb) pada buah pir yang dijual di pinggir jalan simpang empat lampu merah jalan Soekarno Hatta Kota Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dan analisis. Metode pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dengan mengambil sampel buah pir pada satu pedagang yang paling dekat dengan simpang empat lampu merah jalan Soekarno Hatta kota Pekanbaru. Pemaparan sampel pada pedagang dilakukan selama 0, 6 dan 12 hari. Setelah pemaparan sampel mendapat empat perlakuan yaitu tidak dicuci sama sekali, dicuci tanpa sabun, dicuci dengan sabun, dan dikupas kulitnya. Analisis timbal ditentukan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom (SSA). Hasil yang diperoleh menunjukkan kandungan timbal yang paling tinggi terdapat pada pemaparan 12 hari, kandungan timbal yang diperoleh pada buah pir tidak dicuci yaitu 18,5 mg/kg, pada perlakuan dicuci tanpa sabun 15,7 mg/kg, dicuci dengan sabun 9,6 mg/kg dan dikupas kulitnya yaitu 8,7 mg/kg. Semua sampel berada diatas ambang batas maksimum cemaran logam berat timbal dalam bahan pangan khususnya buah dan sayur yang ditetapkan berdasarkan BPOM Nomor HK.00.06.1.52.4011.
PEMANFAATAN UDANG KERING (EBI) DALAM PEMBUATAN NUGGET TEMPE Dian Kurnia Rahayu; Esthy Rahman Asih; Yuliana Arsil
JURNAL PROTEKSI KESEHATAN Vol 7 No 2 (2018): JPK: Jurnal Proteksi Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (595.704 KB) | DOI: 10.36929/jpk.v7i2.139

Abstract

Data BPS Riau menunjukkan bahwa produksi udang krosok yang merupakan salah satu jenis udang yang paling banyak digunakan untuk pembuatan udang kering (ebi) berjumlah 39 ton pada tahun 2015. Udang kering (ebi) dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan produk tertentu, salah satunya adalah nugget. Pemanfaatan udang kering (ebi) dalam pembuatan nugget tempe ini diharapkan mampu untuk meminimalisir rasa tempe yang kurang disukai serta aroma langu yang diperoleh dari tempe yang digunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan nugget. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) dimana perbedaan persentase udang kering (ebi) dan persentase tempe yang digunakan terdiri dari 4 perlakuan yaitu 2,5% : 97,5%; 5% : 95% ; 7,5% : 92,5% dan kontrol (tanpa ebi). Nugget tempe yang dihasilkan diuji organoleptik oleh 25 orang panelis semi terlatih. Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan menggunakan uji ANOVA tingkat kepercayaan 99% (α = 0,01) dan apabila ada perbedaan nyata akan dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) Berdasarkan hasil uji organoleptikterdapat pengaruh pemanfaatan udang kering (ebi) terhadap rasa dan aroma nugget tempe, tetapi tidak berpengaruh terhadap warna dan tekstur nugget tempe. Perlakuan substitusi udang kering (ebi) sebanyak 7,5% menjadi perlakuan yang paling disukai oleh panelis dari segi rasa, aroma, warna dan tekstur, dimana rata-rata tingkat kesukaan terhadap rasa 4,12; warna 3,80; aroma 4,0 dan tekstur 3,80.
PEMANFAATAN IKAN GABUS (Channa striata) DAN TOMAT (Lypersion esculentum mill) SEBAGAI PENYEDAP RASA ALAMI Rika Ramadahani Fitri; Esthy Rahman Asih
JURNAL PROTEKSI KESEHATAN Vol 7 No 2 (2018): JPK: Jurnal Proteksi Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.47 KB) | DOI: 10.36929/jpk.v7i2.146

Abstract

Asam glutamat merupakan salah satu dari 20 asam amino yang ditemukan padaprotein. Rasa gurih dapat berasal dari bahan alami, diantaranya adalah asamglutamat dari ikan gabus dan tomat. Saat ini di Provinsi Riau, ikan gabus adalahikan lokal yang banyak digemari karena tingginya kandungan protein pada ikanini dan banyaknya predator ikan gabus di sungai-sungai yang banyak terdapat diRiau khususnya. Ikan gabus mengandung air, rendah lemak, natrium, karbohidrat,rendah kalori, dan bebas kolesterol. Ikan gabus juga mengandung nutrisi pentingtermasuk kalsium, fosfor, besi, kalium, dan niasin. Tomat juga merupakan panganlokal yang mengandung asam glutamate, selain itu tomat juga mengandungglukosa yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti gula. Adanya kandunganasam glutamat maka perlu dibuat penyedap rasa yang berasal dari ikan gabus dantomat.Percobaan ini dengan tiga perlakuan berbeda dari masing-masing sampelyaitu perlakuan A (tepung ikan gabus 40 gr dan tepung tomat 30 gr), perlakuan B(tepung ikan gabus 50 gr dan tepung tomat 40 gr), perlakuan C tepung ikan gabus(60 gr dan tepung tomat 50 gr). Semua perlakuan ditambahkan masing-masingbawang merah 40 gr, bawang putih 30 gr, garam 30 gr dan lada putih 3 gr.Selanjutnya masing-masing perlakuan dilakukan uji organoleptik denganparameter warna, aroma dan rasa.Berdasarkan hasil uji organoleptik penyedap rasa, didapatkan hasilkonsentrasi terbaik dari ketiga percobaan konsentrasidengan rata-rata warna (A)4,7, (B) 4,8 dan (C) 4,7, rata-rata aroma (A) 4,6, (B) 4,7 dan (C) 4,8, rata-rata rasa(A) 4,5, (B) 3,7 dan (C) 4,6. Pada percobaan konsentrasi C tingkat kesukaantepung ikan gabus 60 gr dan tepung tomat 50 gr pada tingkat kesukaan rasa danaroma. Sedangkan tingkat kesukaan warna pada perlakuan konsentrasi B 50 grtepung ikan gabus dan 40 gr tepung tomat.