Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Global Medical and Health Communication

Efek Pemberian Seduhan Teh Hijau terhadap Gelombang Alfa Otak pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Afifah, Helga Marwa; Rahimah, Santun Bhekti; Dewi, Miranti Kania
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak   Teh merupakan bahan alam yang sudah dikenal memiliki banyak manfaat salah satunya sebagai zat relaksan. Sifat relaksan diperoleh dari kandungan senyawa pada teh terutama teh hijau yaitu L-teanin yang memicu peningkatan aktivitas gamma-aminobutyric acid (GABA), produksi serotonin dan dopamin, serta menghambat kerja glutamat. Efek keseluruhan L-teanin pada otak memicu seseorang menjadi rileks, kondisi rileks dapat dinilai dari aktivitas gelombang alfa otak. Tujuan penelitian ini menilai efek pemberian seduhan teh hijau terhadap gelombang alfa otak pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Unisba. Penelitian menggunakan metode eksperimental, melalui dua kali   perekaman gelombang alfa otak sebelum dan setelah pemberian seduhan teh hijau yang mengandung 50 mg L-teanin dengan menggunakan brain wave sensors. Hasil penelitian dianalisis melalui Uji Wilcoxon. Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Unisba pada bulan April–Mei 2014. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Unisba yaitu sebanyak 30 orang, terdiri atas 13 laki- laki dan 17 perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 28 dari 30 orang memperlihatkan peningkatan gelombang alfa otak setelah pemberian seduhan teh hijau dan hanya 2 orang yang memperlihatkan gelombang alfa otak yang lebih rendah. Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan nilai signifikansi <0,001. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian seduhan teh hijau memiliki efek meningkatkan gelombang alfa otak pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Unisba. Hal ini dapat disebabkan karena aktivitas L-teanin dalam teh hijau yang dapat memicu aktivitas GABA, serotonin, dan dopamin serta menghambat kerja glutamat sehingga memicu kondisi relaksasi yang dinilai dalam gelombang alfa otak.   Kata kunci: Gelombang alfa otak, L-teanin, teh, teh hijau       The Effect of Green Tea to Alpha Brain Waves of Final Students of Faculty of Medicine Universitas Islam Bandung   Abstract Tea is one of the natural materials that commonly known  that brings a lot of benefits to human beings. One of its benefits has been recognized as a relaxant substance, which is derived from L-theanine in green tea. It triggers not only an increase activity of gamma-aminobutyric acid (GABA), serotonin and dopamine production, but also inhibits the action of glutamate. The overall effect of L-theanine lies on brain activity, especially to alpha brain waves which stimulus a relax condition. The purpose of this study was to assess the effect of L-theanine in green tea against alpha brain waves to final students of Faculty of Medicine Universitas Islam Bandung. This research was conducted using experimental method, by recording alpha brain waves with brain wave sensors in two conditions, before and after the oral administration of green tea containing 50 mg L-theanine. The results were analyzed by the Wilcoxon test and targeted a study to final students of the Faculty of Medicine Unisba. Samples studied were 30 people, with 13 male and 17 female, from April to May 2014. The results showed that 28 of 30 people had a positive impact as it increasing the alpha brain waves after oral administration of green tea. Only two people showed a different impact as it decreasing the alpha brain waves. The results of Wilcoxon test showed a significance value of <0.001. It can be concluded that the distribution of green tea has the effect of increasing alpha brain waves to final students of Faculty of Medicine Unisba. This is mainly caused by the activity of L-theanine in green tea that can trigger the activity of GABA, serotonin and dopamine production, but inhibits the action of glutamate, therefore it stimulus the relax condition to people.   Key words: Alpha brain waves, green tea, L-theanine, tea
Efek Pemberian Seduhan Teh Hijau terhadap Gelombang Alfa Otak pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Helga Marwa Afifah; Santun Bhekti Rahimah; Miranti Kania Dewi
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2117.078 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v3i2.1550

Abstract

Teh merupakan bahan alam yang sudah dikenal memiliki banyak manfaat salah satunya sebagai zat relaksan. Sifat relaksan diperoleh dari kandungan senyawa pada teh terutama teh hijau yaitu L-teanin yang memicu peningkatan aktivitas gamma-aminobutyric acid (GABA), produksi serotonin dan dopamin, serta menghambat kerja glutamat. Efek keseluruhan L-teanin pada otak memicu seseorang menjadi rileks, kondisi rileks dapat dinilai dari aktivitas gelombang alfa otak. Tujuan penelitian ini menilai efek pemberian seduhan teh hijau terhadap gelombang alfa otak pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Unisba. Penelitian menggunakan metode eksperimental, melalui dua kali perekaman gelombang alfa otak sebelum dan setelah pemberian seduhan teh hijau yang mengandung 50 mg L-teanin dengan menggunakan brain wave sensors. Hasil penelitian dianalisis melalui Uji Wilcoxon. Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Unisba pada bulan April–Mei 2014. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Unisba yaitu sebanyak 30 orang, terdiri atas 13 laki-laki dan 17 perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 28 dari 30 orang memperlihatkan peningkatan gelombang alfa otak setelah pemberian seduhan teh hijau dan hanya 2 orang yang memperlihatkan gelombang alfa otak yang lebih rendah. Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan nilai signifikansi <0,001. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian seduhan teh hijau memiliki efek meningkatkan gelombang alfa otak pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Unisba. Hal ini dapat disebabkan karena aktivitas L-teanin dalam teh hijau yang dapat memicu aktivitas GABA, serotonin, dan dopamin serta menghambat kerja glutamat sehingga memicu kondisi relaksasi yang dinilai dalam gelombang alfa otak. THE EFFECT OF GREEN TEA TO ALPHA BRAIN WAVES OF FINAL STUDENTS OF FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS ISLAM BANDUNGTea is one of the natural materials that commonly known  that brings a lot of benefits to human beings. One of its benefits has been recognized as a relaxant substance, which is derived from L-theanine in green tea. It triggers not only an increase activity of gamma-aminobutyric acid (GABA), serotonin and dopamine production, but also inhibits the action of glutamate. The overall effect of L-theanine lies on brain activity, especially to alpha brain waves which stimulus a relax condition. The purpose of this study was to assess the effect of L-theanine in green tea against alpha brain waves to final students of Faculty of Medicine Universitas Islam Bandung. This research was conducted using experimental method, by recording alpha brain waves with brain wave sensors in two conditions, before and after the oral administration of green tea containing 50 mg L-theanine. The results were analyzed by the Wilcoxon test and targeted a study to final students of the Faculty of Medicine Unisba. Samples studied were 30 people, with 13 male and 17 female, from April to May 2014. The results showed that 28 of 30 people had a positive impact as it increasing the alpha brain waves after oral administration of green tea. Only two people showed a different impact as it decreasing the alpha brain waves. The results of Wilcoxon test showed a significance value of <0.001. It can be concluded that the distribution of green tea has the effect of increasing alpha brain waves to final students of Faculty of Medicine Unisba. This is mainly caused by the activity of L-theanine in green tea that can trigger the activity of GABA, serotonin and dopamine production, but inhibits the action of glutamate, therefore it stimulus the relax condition to people.
Folic Acid Usual Doses Decrease the Buccal Micronucleus Frequency on Smokers Yuktiana Kharisma; Meta Maulida Damayanti; Fajar Awalia Yulianto; Santun Bhekti Rahimah; Winni Maharani; Meike Rachmawati; Herri S. Sastramihardja; Muhammad Alief Abdul ‘Aziiz; Muhammad Ilham Halim
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.007 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v7i2.4414

Abstract

Cigarette contains toxic chemical compounds that trigger DNA instability. Initial genotoxic oral cavity characterized by the appearance of micronucleus (MN) in the buccal mucosa. Folate is needed in maintaining DNA stability. This study aimed to compare the effects of folic acid usual doses (400 mcg and 1.000 mcg) on the MN frequency of buccal mucosa in active smokers. It is a clinical trial conducted in November 2018 in the Laboratory of the Faculty of Medicine, Universitas Islam Bandung of 53 active smokers who divided into two treatment groups. Group A was administered by 400 mcg and group B 1,000 mcg folic acid supplementation within three weeks. The buccal mucosa smear stained with hematoxylin-eosin (HE) and observed through a light microscope with 100× and 400× magnification. Data were analyzed by the Wilcoxon test statistically. The results showed that there was a significant decrease (p=0.00) in MN frequency in folic acid supplementation for three weeks, namely group A=6.39±3.92 and group B=6.93±5.82 in pre-supplementation, and group A=3.80±2.66 and group B=3.31±2.71 post-supplementation of folic acid. Giving a dose of 400 mcg and 1,000 mcg for three weeks did not provide significant results (p=0.94) with Kruskal-Wallis test. In conclusion, administration of folic acid at usual dose give results to a decrease in the buccal mucosa MN frequency in active smokers. ASAM FOLAT DOSIS LAZIM MENURUNKAN FREKUENSI MIKRONUKLEUS MUKOSA BUKAL PADA PEROKOKAsap rokok mengandung senyawa kimia toksik yang memicu ketidakstabilan DNA. Deteksi genotoksik awal  rongga mulut ditandai dengan kemunculan mikronukleus (MN) pada mukosa bukal. Folat diperlukan dalam menjaga kestabilan DNA. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek asam folat dosis lazim (400 mcg dan 1.000 mcg) terhadap frekuensi MN mukosa bukal pada perokok aktif. Penelitian ini merupakan uji klinis yang dilakukan pada bulan November 2018 di Laboratorium Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung terhadap 53 perokok aktif yang dibagi ke dalam dua kelompok perlakuan. Kelompok A mendapatkan suplementasi asam folat 400 mcg dan kelompok B mendapatkan suplementasi asam folat 1.000 mcg selama tiga pekan. Apus mukosa bukal diwarnai dengan hematoxylin-eosin (HE) dan diamati melalui mikroskop cahaya dengan pembesaran 100× dan 400x. Data dianalisis dengan uji Wilcoxon secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan frekuensi MN yang signifikan (p=0.00) terhadap suplementasi asam folat selama tiga minggu, yaitu kelompok A=3,80±2,66 dan kelompok B=3,31±2,71 pada pre-suplementasi, serta kelompok A=6,39±3,92 dan kelompok B=6,93±5,82 pascasuplementasi asam folat. Pemberian dosis 400 mcg dan 1.000 mcg selama tiga minggu tidak memberikan hasil yang bermakna (p=0,94) berdasar atas Uji Kruskal-Wallis. Simpulan, pemberian asam folat dosis lazim memberikan hasil baik terhadap penurunan frekuensi MN mukosa bukal pada perokok aktif.
Hubungan Self Assessment-Peer Assessment dengan Nilai Kelulusan OSCE Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba Santun Bhekti Rahimah; Mia Kusmiati; Ermina Widyastuti
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.828 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v5i1.1856

Abstract

Objective structured clinical examination (OSCE) adalah cara penilaian kompetensi klinik mahasiswa secara komprehensif dan konsisten serta dapat dijadikan media untuk meningkatkan hasil belajar. Feedback dapat dilakukan oleh mahasiswa itu sendiri (self assessment) maupun mahasiswa lain yang satu level (peer assessment). Self dan peer assessment diharapkan akan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melihat tujuan pembelajaran, meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan berpikir kritis, dan bertindak tepat dalam menghadapi ujian. Tujuan penelitian ini melihat hubungan self assessment dan peer assessment dengan nilai kelulusan OSCE mahasiswa tingkat dua dan empat FK Unisba tahun akademik 2012/2013. Nilai hasil ujian OSCE yang dipergunakan adalah pada periode Desember 2012–Juni 2013. Self dan peer assessment dilaksanakan setelah ujian OSCE. Self assessment dilakukan oleh mahasiswa itu sendiri, sedangkan peer assessment didapatkan dari lima orang mahasiswa lain yang pernah berada dalam satu kelompok dengan subjek. Hasil penelitian menunjukkan untuk mahasiswa tingkat dua terdapat korelasi bermakna self assessment dan peer assessment dengan nilai OSCE (p<0,001), arah hubungan antara keduanya positif, serta kekuatan hubungan keduanya sedang (R=0,426). Pada mahasiswa tingkat empat terdapat korelasi bermakna antara self assessment dan nilai OSCE (p<0,001) dengan kekuatan hubungan keduanya sedang (R=0,451), serta terdapat korelasi yang bermakna antara penilaian peer assessment dan nilai OSCE. Simpulan, self assessment mempunyai korelasi positif terhadap nilai kelulusan OSCE pada mahasiswa tingkat dua dan tingkat empat, sedangkan peer assessment mempunyai korelasi positif dengan nilai kelulusan OSCE hanya pada mahasiswa tingkat dua. Self assessment mempunyai korelasi positif dengan peer assessment pada mahasiswa tingkat dua dan tingkat empat FK Unisba tahun akademik 2012/2013.RELATION BETWEEN SELF ASSESSMENT-PEER ASSESSMENT AND OSCE'S RESULTS FROM MEDICAL STUDENTS OF UNISBAObjective structured clinical examination (OSCE) is a tools to assess  students clinical competency comprehensively and consistently. It can also used as medium to improve the learning process. Feedback for student performance can be done trough self-assessment or peer assessment done by other students. Self and peer assessment are expected to enhance the ability of students to see the purpose of learning, improve self-confidence, the ability to think critically and act right in an examination. The aim of this study was to find the relationship between self assessment and peer assessment of the OSCE final mark of second and fourth grade student at Medical Faculty, Bandung Islamic University academic year 2012/2013. The OSCE mark used were taken from December 2012–June 2013, while the self and peer assessment carried out after the OSCE finished. Self assessment were done by students themselves, while peer assessment obtained from five persons which have been in one group with subject. Results showed that for second grade student showed there was significant correlation between self-assessment and peer assessment and OSCE's mark value (p<0.001) with the direction of the relationship was positive and had moderate strength (R=0.426). Fourth grade students showed significant correlation only between self-assessment and OSCE's mark value (p<0.001) with moderate strength (R=0.451). There was no significant relation between the assessment of peer assessment and OSCE's mark value. In clonclusion, self assessment correlated positively to OSCE's mark value for second and fourth grade students. Peer assessment correlated positively to the passing scores for second grade student. Self assessment had a positive correlation to peer assessment for second and fourth grade medical students.
A Comparative Evaluation of Community Periodontal Index (CPI) and the Presence of Nicotine Stomatitis among Smokers after Oral Hygiene Instruction Meta Maulida Damayanti; Yuktiana Kharisma; Fajar Awalia Yulianto; Santun Bhekti Rahimah; Winni Maharani; Meike Rachmawati; Herri S. Sastramihardja; Muhammad Alief Abdul ‘Aziiz; Muhammad Ilham Halim
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1150.723 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v8i1.5915

Abstract

Smoking can cause periodontal disease as well as lesions in the oral mucosa. Nicotine stomatitis is inflammation caused by heat stimuli injury on the hard and soft palate of the oral cavity; smokers commonly suffer from this condition. Knowledge of how oral hygiene affects the health of dental and oral cavity. The purpose of this study was to describe the differences in community periodontal index (CPI) and nicotine stomatitis in smokers after oral hygiene instruction. The study subjects were 54 men who have a history of active smoking for more than five years. The experiment was carried out in the Biomedical Laboratory of Faculty of Medicine Universitas Islam Bandung in September 2018–January 2019. Dental examination initiated before and after dental health instructions. CPI and nicotine stomatitis tests performed on all subjects by dentists using dental instruments. After six weeks of information about oral hygiene, all subjects re-examined. The results show that there is a statistically significant difference in the average CPI value in smokers before and after dental instruction with a p value<0.001 (p≤0.05). In contrast, the condition of nicotine stomatitis remains the same. CPI value influenced by oral and dental hygiene showed that dental health instruction is very effective. However, stomatitis has not healed as long as the cause is not eliminated. EVALUASI KOMPARATIF COMMUNITY PERIODONTAL INDEX (CPI) DAN STOMATITIS NIKOTIN DI KALANGAN PEROKOK SETELAH INSTRUKSI KEBERSIHAN MULUTMerokok dapat menyebabkan penyakit pada periodontal maupun lesi pada mukosa mulut. Stomatitis nikotin merupakan inflamasi yang disebabkan oleh panas yang terdapat pada palatum keras dan lunak; perokok umumnya menderita kondisi ini. Pengetahuan mengenai tata cara kebersihan mulut memengaruhi kesehatan gigi dan rongga mulut. Tujuan penelitian ini menilai perbedaan community periodontal index (CPI) dan stomatitis nikotin pada perokok setelah instruksi kebersihan mulut. Subjek penelitian adalah 54 pria yang memiliki riwayat merokok aktif selama lebih dari lima tahun. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung pada bulan September 2018–Januari 2019. Pemeriksaan dental dilakukan sebelum dan setelah instruksi kesehatan gigi. Pemeriksaan CPI dan stomatitis nikotin dilakukan kepada seluruh subjek oleh dokter gigi menggunakan instrumen gigi. Setelah enam minggu mendapatkan penyuluhan mengenai kebersihan mulut, seluruh subjek diperiksa kembali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara statistik nilai CPI rerata pada perokok sebelum dengan setelah dilakukan instruksi kesehatan gigi dengan p<0,001 (p≤0,05). Sebaliknya, kondisi stomatitis nikotin tetap sama. Nilai CPI dipengaruhi oleh kebersihan gigi dan mulut sehingga instruksi kesehatan gigi sangat efektif. Akan tetapi, stomatitis tidak dapat sembuh selama penyebabnya tidak dihentikan.
Community Knowledge and Behavior in the Utilization of Medicinal Plants in Cikoneng Village Bandung District Rahimah, Santun Bhekti; Kharisma, Yuktiana; Nurhayati, Eka; Yuniarti, Yuniarti; Santoso, Shenny Dianathasari; Faridza, Muhammad
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (724.908 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v7i1.3214

Abstract

The industry of the traditional medicinal made from medicinal plants was currently growing. Effortless cultivation and utilization of medicinal plants were an important step to preserve the traditional medicine of Indonesia. Cikoneng village had abundant natural potential and is an assisted village of the researchers' institution located at the foot of Manglayang mountain Bandung district. Therefore, the researchers implemented the intervention program to educate and socialize the use of medicinal plants to the community of Cikoneng village. After the intervention program, the assessment of the level of knowledge and perceptions of people in the behavior of treatment by medicinal plants utilized was carried out. This study aims to assess the increase in knowledge and perceptions of people in the behavior of cultivation and treatment by using medicinal plants in Cikoneng village. The study used an intervention program and questionnaire with 35 respondents conducted on 22 August–23 September 2016. The results showed that after the intervention program, the level of knowledge of the Cikoneng village community regarding medicinal plants was right. The entire people of Cikoneng village is willing to take advantage of medicinal plants in maintaining family health and will begin to cultivate them in the smallest scope (family). In conclusion, there is an increase in people's knowledge and perception of the behavior of cultivation and treatment by utilizing medicinal plants in Cikoneng village. PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN TANAMAN OBAT DI KAMPUNG CIKONENG KABUPATEN BANDUNGIndustri obat tradisional berbahan baku tanaman obat saat ini semakin berkembang. Upaya budidaya dan pemanfaatan tanaman obat yang optimal merupakan langkah penting untuk menjaga kelestarian obat tradisional Indonesia. Kampung Cikoneng mempunyai potensi alam yang melimpah dan merupakan desa binaan institusi peneliti yang terletak di kaki Gunung Manglayang Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, peneliti melaksanakan program intervensi untuk mengedukasi dan menyosialisasikan pemanfaatan tanaman obat kepada masyarakat Kampung Cikoneng. Pada akhir program intervensi, dilakukan penilaian tingkat pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang perilaku pengobatan dengan tanaman obat. Penelitian ini bertujuan menilai peningkatan pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang perilaku budidaya dan pengobatan dengan memanfaatkan tanaman obat di Kampung Cikoneng. Penelitian menggunakan program intervensi dan kuesioner dengan jumlah responden 35 orang yang dilaksanakan pada 22 Agustus–23 September 2016. Hasil memperlihatkan bahwa setelah program intervensi, tingkat pengetahuan masyarakat Kampung Cikoneng mengenai tanaman obat adalah baik. Seluruh masyarakat Kampung Cikoneng bersedia memanfaatkan tanaman obat dalam menjaga kesehatan keluarga dan akan mulai membudidayakannya dalam lingkup yang paling kecil (keluarga). Simpulan, terdapat peningkatan pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang perilaku pengobatan dengan memanfaatkan tanaman obat di Kampung Cikoneng.