Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Correlation of Knowledge about Covid-19 Post-Immunization Adverse Events (PIAE) with Motivation To Carry Out Vaccinations Theresia Anita Pramesti; Zainal Firdaus Wardhana
Indonesian Journal of Global Health Research Vol 4 No 1 (2022): Indonesian Journal of Global Health Research
Publisher : GLOBAL HEALTH SCIENCE GROUP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.53 KB) | DOI: 10.37287/ijghr.v4i1.842

Abstract

The COVID-19 pandemic has lasted more than a year and is still not under control, marked by the high number of confirmed COVID-19 cases and the number of deaths. The handling of the pandemic is more focused on efforts to control transmission, one of which is by building herd immunity through the COVID-19 vaccination program. Along with the start of the vaccination program, problems arose regarding the number of hoaxes, especially regarding the Post-Immunization Adverse Events (PIAE) which raised doubts and public anxiety about being vaccinated. This study aims to determine the relationship between level of knowledge and motivation to carry out COVID-19 vaccination. This research is a descriptive correlational research with a sample of 81 people taken using purposive sampling technique. The results showed that the level of knowledge of the respondents was mostly in the adequate category, namely 43 respondents (53.1%), while the motivation of respondents in carrying out COVID-19 vaccination was mostly in the adequate category, namely 67 respondents (82.7%). Based on the results of the Spearman Rank test (α = 5%) obtained a p value of 0.001 with a correlation coefficient of 0.356, so it can be interpreted that there is a correlation between the respondent's level of knowledge about COVID-19 Post-Immunization Adverse Events (PIAE) with motivation to vaccinate against COVID-19 with a moderate correlation strength. A good level of knowledge can increase the positive and enthusiastic perception of the community so that it can also increase motivation in carrying out COVID-19 vaccinations.
SELF-MANAGEMENT EDUCATION MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DM TIPE 2 Ni Wayan Trisnadewi; Theresia Anita Pramesti; Ni Ketut Lisnawati; Sri Idayani; I Gst. Pt. Agus Ferry Sutrisna Putra
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 1 No. 3: Maret 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.354 KB)

Abstract

Penyakit Diabetes melitus adalah penyakit metabolic dan merupakan penyakit kronis yang angka kejadiannya terus mengalami peningkatan setiap tahunnya di seluruh dunia. Kondisi pandemic COVID-19 saat ini menambah beban dalam penanggulangan penyakit Diabetes melitus. Hal ini disebabkan karena diabetes melitus salah satu komorbid atau penyakit penyerta yang banyak ditemukan pada pasien terinfeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, dimana penyakit DM ini menduduki peringkat ke dua yaitu sebanyak 34,4 persen kasus di Indonesia. Perlu adanya upaya untuk menanggulangi penyakit ini melalui pencegahan dan penanganan yang tepat sehingga risiko atau dampak yang lebih buruk dapat dihindari. Terdapat 4 cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi diabetes melitus meliputi diet, Pendidikan Kesehatan, obat-obatan dan melakukan olahraga atau aktivitas fisik. Melalui upaya manajemen diabetes yang tepat, tidak hanya untuk membantu menjaga kadar gula darah dalam rentang normal namun juga mencegah terjadinya komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Tahapan pertama dalam pengabdian masyarakat melakukan pretest untuk mengetahui manajemen DM dan kualitas hidup pasien DM tipe 2, tahap kedua memberikan penyuluhan tentang manajemen diabetes, tahap ketiga melakukan posttest untuk melihat perubahan perilaku manajemen penyuluhan. Hasil pengabdian masyarakat ini memberikan manfaat kepada pasien diabetes melitus tipe 2 dalam manajemen dan kualitas hidup pasien DM tipe 2.
EDUKASI BAHAYA SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) DENGAN MENINGKATKAN PENCEGAHAN KECACINGAN Sri Idayani; Ni Wayan Trisnadewi; Theresia Anita Pramesti; Ni Ketut Lisnawati; I Gst. Pt. Agus Ferry Sutrisna Putra
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 1 No. 3: Maret 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.605 KB)

Abstract

Penyakit kecacingan masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat. Infeksi kecacingan merupakan suatu penyakit yang terjadi di usus terutama pada golongan nematoda usus. Soil Transmitted Helminths (STH) yang biasa disebut nematoda usus sering menjadi masalah bagi kesehatan manusia yang ditularkan melalui tanah. Tingginya tingkat prevalensi infeksi cacing disebabkan karena Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis, kelembaban udara yang tinggi, kondisi hygiene yang buruk dan sanitasi yang buruk. Kondisi hygiene yang buruk seperti kebersihan kuku yang buruk dan tidak adanya kebersihan mencuci tangan. Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk seperti tidak adanya jamban dan kebiasaan defekasi yang buruk. Metode yang digunakan dalam program pengabdian masyarakat ini adalah ceramah dan demostrasi kepada masyarakat di wilayah Puskesmas Abiansemal 1. Program ini terdiri dari beberapa kegiatan pemberian materi tentang kecacingan dengan menggunakan media berupa pamflet berisi bahaya dan tindakan pencegahan kecacingan melalui menjaga personal higyene dan sanitasi lingkungan. Tahapan pertama dalam kegiatan pengabdian masyarakat dengan melakukan pretest untuk mengetahui pengetahuan pasien yang memiliki anak usia sekolah tentang bahaya dan pencegahan kecacingan, tahap kedua memberikan penyuluhan tentang bahaya kecacingan, tahap ketiga melakukan posttest untuk melihat perubahan pengetahuan bahaya kecacingan. Hasil pengabdian masyarakat ini memberikan manfaat kepada pasien yang memiliki anak usia sekolah dalam melakukan tindakan pencegahan agar terhindar dari bahaya kecacingan.
PEMBERIAN EDUKASI STATUS GIZI SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWA DI SMAN 2 TABANAN Sri Idayani; Ni Wayan Trisnadewi; Theresia Anita Pramesti; Ni Ketut Lisnawati; I Gst. Pt. Agus Ferry Sutrisna Putra
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 1 No. 9: September 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan kesetaraan antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut. Kebutuhan gizi yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan yang cepat. Pengetahuan yang baik seringkali diabaikan khususnya pengetahuan tentang gizi pada remaja. Hal ini akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan zat gizi khususnya zat besi yang akan berdampak terjadinya anemia gizi besi. Metode yang digunakan dalam program pengabdian masyarakat ini adalah ceramah secara online menggunakan aplikasi zoom meeting pada siswa SMAN 2 Tabanan. Program ini terdiri dari beberapa kegiatan pemberian materi tentang status gizi untuk mencegah anemia pada remaja dengan menggunakan media ceramah menggunakan zoom meeting. Tahapan pertama dalam kegiatan pengabdian masyarakat dengan melakukan pretest untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang status gizi dan pencegahan anemia pada remaja, tahap kedua memberikan penyuluhan tentang status gizi untuk mencegah anemia pada remaja, tahap ketiga melakukan posttest untuk melihat perubahan pengetahuan status gizi dan pencegahan anemia. Hasil pengabdian masyarakat ini memberikan manfaat kepada siswa pasien yang dalam melakukan tindakan pencegahan agar terhindar dari penyakit anemia.
GIAT PROGRAM “CERIA” (CEGAH ANEMIA REMAJA INDONESIA) SEBAGAI LANGKAH PEMUTUSAN RANTAI KEJADIAN STUNTING Theresia Anita Pramesti; Ni Wayan Trisnadewi; Ketut Lisnawati; Sri Idayani; I Gusti Putu Agus Ferry Sutrisna Putra
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 2 No. 5: Oktober 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jabdi.v2i5.3557

Abstract

Anemia pada remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja dan produktifitas. Anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius karena dapat meningkatkan risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR). Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan remaja terkait anemia terutama tentang pencegahan anemia pada remaja di SMK Kesehatan Sanjiwani Gianyar. Metode yang dipilih adalah pemberian edukasi terstruktur tentang anemia pada remaja. Kegiatan yang dilakukan diikuti oleh 110 orang yang terdiri dari 101 orang perempuan (91.82%) dan 9 orang laki-laki (8.18%). Sebelum diberikan edukasi, 73 orang (66.36%) memiliki pengetahuan baik, 31 orang (28.18%) memiliki pengetahuan cukup dan 6 orang (5.45%) memiliki pengetahuan kurang. Setelah diberikan edukasi, 97 orang (88.18%) memiliki pengetahuan baik, 13 orang (11.82%) memiliki pengetahuan cukup dan tidak ada partisipan yang memiliki pengetahuan kurang. Pemberian edukasi sangat penting untuk meningkatkan persepsi positif dan motivasi remaja dalam mencegah anemia.
Correlation of Knowledge about Covid-19 Post-Immunization Adverse Events (PIAE) with Motivation To Carry Out Vaccinations Theresia Anita Pramesti; Zainal Firdaus Wardhana
Indonesian Journal of Global Health Research Vol 4 No 1 (2022): Indonesian Journal of Global Health Research
Publisher : GLOBAL HEALTH SCIENCE GROUP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.53 KB) | DOI: 10.37287/ijghr.v4i1.842

Abstract

The COVID-19 pandemic has lasted more than a year and is still not under control, marked by the high number of confirmed COVID-19 cases and the number of deaths. The handling of the pandemic is more focused on efforts to control transmission, one of which is by building herd immunity through the COVID-19 vaccination program. Along with the start of the vaccination program, problems arose regarding the number of hoaxes, especially regarding the Post-Immunization Adverse Events (PIAE) which raised doubts and public anxiety about being vaccinated. This study aims to determine the relationship between level of knowledge and motivation to carry out COVID-19 vaccination. This research is a descriptive correlational research with a sample of 81 people taken using purposive sampling technique. The results showed that the level of knowledge of the respondents was mostly in the adequate category, namely 43 respondents (53.1%), while the motivation of respondents in carrying out COVID-19 vaccination was mostly in the adequate category, namely 67 respondents (82.7%). Based on the results of the Spearman Rank test (α = 5%) obtained a p value of 0.001 with a correlation coefficient of 0.356, so it can be interpreted that there is a correlation between the respondent's level of knowledge about COVID-19 Post-Immunization Adverse Events (PIAE) with motivation to vaccinate against COVID-19 with a moderate correlation strength. A good level of knowledge can increase the positive and enthusiastic perception of the community so that it can also increase motivation in carrying out COVID-19 vaccinations.
MENINGKATKAN PENGETAHUAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN PENGELOLAAN DIABETES DAN PERAWATAN KAKI DIABETIK Ni Wayan Trisnadewi; Theresia Anita Pramesti; Ni Kadek Yuni Lestari; Sri Idayani; I Gst. Pt. Agus Ferry Sutrisna Putra
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 2 No. 11: April 2023
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jabdi.v2i11.5391

Abstract

Penyakit Diabetes melitus adalah penyakit metabolic dan merupakan penyakit kronis yang angka kejadiannya terus mengalami peningkatan setiap tahunnya di seluruh dunia. Pengelolaan diabetes merupakan poin penting untuk keberlangsungan hidup pasien DM. upaya penanggulangan penyakit ini perlu dilakukan melalui manajemen yang tepat. Penyakit ini menimbulkan berbagai komplikasi dan yang paling sering terjadi adalah kaki diabetic. Dalam upaya mencegah kejadian kaki diabetic ini, perawatan kaki juga merupakan bagian yang sangat penting yang harus dilakukan oleh pasien untuk memastikan kebersihan dan Kesehatan kaki tetap terjaga sehingga kejadian kaki diabetic bisa dicegah. Terdapat empat pilar pengelolaan diabetes yang dapat dilakukan meliputi diet, Latihan fisik, obat-obatan dan edukasi. Melalui upaya pengelolaan diabetes yang tepat, komplikasi diabetes dapat dicegah, gula darah menjadi stabil dan kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan. Tahapan pertama dalam pengabdian masyarakat melakukan pengukuran gula darah sewaktu pada pasien DM tipe 2, tahap kedua memberikan penyuluhan tentang pengelolaan diabetes dan perawatan kaki diabetik. Hasil pengabdian masyarakat ini memberikan manfaat kepada pasien diabetes melitus tipe 2 dalam meningkatkan pengetahuan pengelolaan diabetes pasien DM tipe 2.
Edukasi “gergasi” (gerakan mencegah komplikasi) diabetes melitus sebagai upaya pencegahan komplikasi diabetes pada masyarakat: “Gergasi” education (movement to prevent complications) diabetes mellitus as an effort to prevent complications of diabetes in the society Ni Wayan Trisnadewi; Theresia Anita Pramesti; Ni Ketut Lisnawati; Sri Idayani; I Gusti Putu Agus Ferry Sutrisna Putra
Bhakti Community Journal Vol. 1 No. 1 (2022): Bhakti Community Journal
Publisher : Stikes Wira Medika Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.776 KB) | DOI: 10.36376/bcj.v1i1.7

Abstract

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya dimasa datang. Kadar glukosa darah yang tinggi dalam jangka waktu yang lama atau hiperglikemia berkepanjangan akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang meberikan makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetic. Pemeriksaan kesehatan perlu sekali untuk di lakukan minimal setahun sekali, terutama untuk individu yang berusia 45 tahun ke atas. Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu cara mendeteksi suatu penyakit sejak dini termasuk penyakit diabetes mellitus. Pemberian informasi tentang manajemen DM melalui penyuluhan yang digabungkan dengan adanya kegiatas fisik yang dilakukan secara bersama dan rutin dianggap mampu membantu masyarakat dalam mengendalikan kadar gula darah, khususnya pada individu yang telah terdiagnosa DM. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan melalui penyuluhan GERGASI (Gerakan Pencegahan Komplikasi) dan sasarannya adalah Pasien DM yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Ubud 1. Luaran kegiatan ini adalah pembagian modul Gerakan pencegahan komplikasi kepada pasien DM sebagai panduan bagi penderita DM dalam melakukan manajmen diabetes melitus dirumah.
The Effectiveness of Providing Structured Education on Self-awareness as an Effort to SUKA-SUKA COVID-19 (One Family One COVID-19 Cadre) I Nyoman Asdiwinata; Theresia Anita Pramesti; I Made Sudarma Adiputra; Bayu Anggileo Pramesona
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No 3: September 2022
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (606.498 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7i3.1315

Abstract

The increase in the incidence of coronavirus infection, the number of news that is not yet clear the truth and even the emergence of a new type of variant of the corona virus adds to the difficulty of the public to receive well information that can increase awareness of themselves and their families. The method chosen to provide such education is with structured education. This study aims to find out the effectiveness of providing structured education toward self-awareness. This is a quasi-experiment with a pretest-posttest design with a control group design. 140 respondents participated in the study taken with the Purposive Sampling technique. Data collection uses valid and reliable self-awareness questionnaires. The results of this study showed the average value of self-awareness in the treatment group statistically decreased with the p-value. 000 (p less than 0.05), while in the control group there was no difference in p-value. 086. Different tests of the two groups obtained a p-value of 0.000, from these results there was a difference in self-awareness between the treatment and control groups. The provision of structured education to prospective COVID-19 cadres in the family is statistically proven to increase self-awareness so that the ability of community to understand the COVID-19. Abstrak: Peningkatan angka kejadian infeksi Virus Corona, banyaknya pemberitaan yang belum jelas kebenarannya dan bahkan munculnya jenis varian baru dari virus corona ini menambah kesulitan masyarakat untuk menerima dengan baik informasi yang dapat guna meningkatkan kesadaran diri sendiri maupun keluarga, sehingga diharapkan adanya sebuah cara yang tepat untuk dapat mengedukasi masyarakat terkait pemahaman yang baik tentang COVID-19. Metode yang dipilih untuk memberikan edukasi tersebut adalah dengan edukasi terstruktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas pemberian edukasi terstruktur terhadap self-awareness sebagai upaya menciptakan satu keluarga satu kader covid-19. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment dengan rancangan Pretest-Postest with Control Group Design. 140 responden berpartisipasi dalam penelitian ini diambil dengan tehnik Purposive Sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner self-awareness yang sudah valid dan reliabel. Data dianalisis menggunakan Wilcoxon dan Mann-Whitney. Hasil penelitian ini menunjukan nilai rata-rata self-awareness pada kelompok perlakuan secara statistik mengalami penurunan dengan p-value .000 (p kurang dari 0.05), sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan p-value .086. Uji beda dua kelompok didapatkan hasil p-value 0.000, dari hasil ini terlihat ada perbedaan self-awareness antara kelompok perlakuan dan control. Pemberian edukasi terstruktur pada calon kader COVID-19 di keluarga secara statistik terbukti meningkatkan self-awareness, sehingga kemampuan masyarakat dalam memahami situasi COVID-19 dapat menjadi lebih baik.