Siti Erma Maemunah
STAI La Tansa Mashiro

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Logico Mathematical Learning Dalam Mengenal Angka 1-20 Melalui Permainan Balok Angka Pada Anak Usia Dini Siti Erma Maemunah; Farhatunnisa Farhatunnisa
E-JURNAL AKSIOMA AL-ASAS Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : LPPM STAI La Tansa Mashiro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55171/jaa.v3i1.638

Abstract

Mengenal angka bagi anak adalah pelajaran yang lebih menyulitkan. Sebagian besar guru menggunkaan metode pembelajaran klasikal, adapun media pembelajaran yang digunakan hanya Lembar Kerja Siswa LKS dan menulis yang ada di papan tulis, sehingga membuat anak tidak tertarik dalam kegiatan belajar berlangsung. Oleh karena itu banyak dari sebagian anak TK A kurang dalam mengenal angka 1-20. Maka dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan kemampuan mengenal angka 1-20 melalui Permainan Balok Angka pada Anak Usia Dini kelas A di TK Islam Miftahul Ula Cipanas, Lebak-Banten. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing 2 kali pertemuan setiap siklusnya. Tahapan pada Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan peneliti terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya observasi, tes, dan dokumentasi. Hasil Penelitian Tindakan Kelas dan pembahasan yang telah dilakukan tingkat ketuntasan mengenal angka pada siklus I dan siklus II Siklus I sebeasr 39% (belum berkembang) dengan nilai rata-rata 69,75% (baik) dan siklus II sebesar 89 % (Berkembang Sesuai Harapan) dengan nilai rata-rata 89,51% (baik). Selain dari ketuntasan belajar, dapat dilihat dari observasi kegiatan guru dan siswa. Hasil dari observasi siklus I pertemuan pertama sebesar 73,21 (cukup) sedangkan siklus I pertemuan kedua sebesar 75,00 (cukup), siklus II pertemuan pertama sebesar 89,29 (baik) sedangkan siklus II pertemuan kedua sebesar 92,86 (sangat baik), Untuk observasi siswa pada siklus I pertemuan pertama sebesar 60,29 (cukup) sedangkan siklus II pertemuan kedua sebesar 61,76 (cukup), siklus II pertemuan pertama sebesar 83,82 (baik) sedangkan siklus II pertemuan kedua sebesar 86,76 (baik). Dengan demikian penggunaan balok angka bias meningkatkan kemampuan mengenal angka 1-20.Kata Kunci : Guru, Kemampuan Mengenal Angka, Permainan Balok Angka
Problematika Orang Tua Dalam Mendampingi Anak Belajar Di Rumah Pada Masa Pandemi Covid-19 (Penelitian Studi Kasus Di Desa Tambakbaya, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Siti Erma Maemunah
E-JURNAL AKSIOMA AL-ASAS Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : LPPM STAI La Tansa Mashiro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.607 KB) | DOI: 10.55171/jaa.v2i1.599

Abstract

Adanya pandemi covid-19 mengharuskan anak untuk belajar di rumah. Seluruh kegiatan belajar siswa dilaksanakan di rumah dengan bimbingan dari orang tua. Sehingga peranan orang tua dalam mendidik anak berada pada urutan pertama. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi orang tua dalam mendampingi anak belajar di rumah dan mendeskripsikan permasalahan secara umum tentang pendidikan anak usia dini ketika belajar dari rumah di Kampung Pasir Kadu Desa Tambakbaya selama pandemic covid-19. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi orang tua dalam mendampingi anak ketika belajar di rumah yaitu belum semua orang tua bersedia dan mampu mendampingi anak  belajar di rumah karena ada tanggung jawab yang lain seperti urusan kerja, urusan rumah dan sebagainya, penambahan biaya kouta internet, kurang memahami materi anak, dan tidak menggunakan metode yang bervariasi Ketika belajar. Permasalahan tentang pendidikan anak usia dini ketika belajar di rumah yaitu peserta didik mengalami kesulitan untuk konsentrasi dalam belajar dari rumah dan mengeluhkan banyaknya penugasan dari pendidik serta meningkatnya rasa stress dan jenuh akibat isolasi di rumah secara berkelanjutan sehingga berpotensi menimbulkan rasa  cemas dan depresi bagi anak, akses ke sumber belajar baik disebabkan karena masalah jangkauan listrik atau internet, maupun dana untuk aksesnya.Kata Kunci: Mendampingi Anak Belajar Di Rumah, Problematika Orang Tua
Hubungan Antara Tingkat Kepuasan Citra Tubuh (Body Image) Dengan Harga Diri (Self Esteem) Pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Siti Erma Maemunah
E-JURNAL AKSIOMA AL-ASAS Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : LPPM STAI La Tansa Mashiro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.707 KB) | DOI: 10.55171/jaa.v1i1.614

Abstract

Penelitian ini berawal dari penemuan peneliti mengenai beberapa mahasiswi yang merasa tidak puas terhadap penampilan tubuhnya dan memiliki penilaian negatif terhadap tubuhnya. Berdasarkan hasil pengambilan data awal kepada 20 orang mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung diperoleh informasi bahwa 60% dari 20 mahasiswi  merasa tidak puas terhadap penampilan tubuhnya. Seseorang yang merasa puas terhadap tubuhnya, ia akan memiliki harga diri (self esteem) yang tinggi karena evaluasi terhadap tubuh dapat mempengaruhi evaluasi terhadap diri. Harga diri (self esteem) yang tinggi sangat penting untuk mahasiswi Fakultas Psikologi karena mahasiswi Fakultas Psikologi akan berhubungan dengan orang lain seperti berhadapan dengan klien untuk membantu klien menyelesaikan masalahnya. Namun pada kenyataannya, tidak semua orang memiliki harga diri (self esteem) yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kepuasan terhadap citra tubuh (body image) dengan harga diri (self esteem) pada mahasiswi Fakultas Psikologi.Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kepuasan terhadap citra tubuh (body image) dengan harga diri (self esteem), peneliti melakukan penelitian pada populasi mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung usia 18 sampai 22 tahun yang berjumlah 72 orang. Sampel diambil dengan cara menggunakan proprtionate stratified random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skala Tingkat Kepuasan terhadap Citra Tubuh (Body Image) sebanyak 31 item dan skala Harga Diri (Self Esteem) sebanyak 43 item. Alat ukur yang digunakan berskala Likert, dan uji statistiknya menggunakan Rank Spearman. Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 53 % mahasiswi memiliki tingkat kepuasan terhadap citra tubuh (body image) yang tinggi, dan sebanyak 47 % mahasiswi memiliki harga diri (self esteem) yang tinggi. Analisis korelasi menghasilkan koefisien korelasi sebesar rs = 0,223, artinya tingkat kepuasan terhadap citra tubuh (body image) tidak berhubungan secara signifikan dengan harga diri (self esteem).Kata Kunci : Citra Tubuh, Harga Diri
Pola Asuh Orang Tua Pekerja Dalam Mengembangkan Sosial Emosional Anak Usia Dini Di Lingkungan Pondok Pesantren Daar El-Qolam 2 Siti Erma Maemunah; Anggun Anggun
E-JURNAL AKSIOMA AL-ASAS Vol 2, No 2 (2021)
Publisher : LPPM STAI La Tansa Mashiro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.384 KB) | DOI: 10.55171/jaa.v2i2.606

Abstract

Pola asuh merupakan interaksi anak dan orang tua dalam mendidik, membimbing, dan mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Orang tua dalam memberikan pengasuhan dipengaruhi oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing dan mengarahkan anaknya. Tujuan dalam penelitian ini yaitu : untuk mengetahui bagaimana cara pola asuh orang tua pekerja dalam  perkembangan sosial emosional,untuk mengetahui faktor penghambat perkembangan sosial emosional anak usia dini. Sedangkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana cara Pola Asuh Orang Tua Pekerja terhadap Sosial Emosional anak usia dini?, Apa saja faktor penghambat dalam perkembangan sosial emosional anak usia dini? Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian adalah jenis penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti makna dari pengalaman individu atau segelintir individu manusia yang pengumpulan datanya menggunakan instrumen pengukuran wawancara, observasi dan dokumentasi serta kemampuan peneliti sendiri sebagai instrument pengukuran. Hasil dalam penelitian ini bahwa mereka membatasi pertemanan anak-anaknya, selalu berkomunikasi dengan anaknya bahwa harus pintar-pintar memilih teman, kalau teman itu membwa pengaruh buruk jangan dijadikan teman, nanti akan terpengaruh. Untuk kegiatan di sekolah memberikan kebebasan untuk anaknya untuk memilih kegitan yang disukai yang penting membawa pengaruh positif dalam pergaulannya, lebih senang pergaulan anaknya di sekolah, kalau di rumah masih ada kekhawatiran terhadap pengaruh yang buruk untuk anaknya. Kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis lakukan yaitu: Orang tua pekerja tidak membatasi anaknya dalam bergaul, mereka masih sempat dan meluangkan waktu  dalam pemperhatikan pergaulan anak-anak mereka, sehingga anak-anak tidak lepas kontrol dalam pergaulannya sehari-hari, dalam memberikan hukuman pada anak, orang tua pekerja akan meluangkan waktu nya ketika membimbinga ana-anak nya kalau melakukan kesalahan. Hukuman tetap dilakukan dalam batas-batas yang wajar, sehingga anak tidak mengulangi kesalahannya dan Orang tua pekerja akan bersifat demokratis, sehingga anak bebas dalam melakukan pilihannya dan tidak memaksa anak mengikuti kehendak orang tua mereka.Kata Kunci : Pola Asuh Orang Tua Pekerja, sosial emosional, anak usia dini  
engaruh Permainan Sapintrong Terhadap Peningkatan Atensi Pada Siswa Gangguan Pemusatan Perhatian Siti Erma Maemunah
E-JURNAL AKSIOMA AL-ASAS Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : LPPM STAI La Tansa Mashiro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.65 KB) | DOI: 10.55171/jaa.v1i2.625

Abstract

memahami informasi yang diterimanya. Atensi merupakan kemampuan untuk menjaga perhatian dan tetap bertahan dalam menyelesaikan suatu tugas sampai selesai. Di SDN Sipayung I terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam memfokuskan dan mempertahankan perhatian selama proses belajar berlangsung. Anak Gangguan Pemusatan Perhatian (GPP) mengalami hambatan dalam belajar dan membuat prestasi belajar menjadi tidak optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan sapintrong terhadap peningkatan atensi. Penelitian ini menggunakan one group pre-test post-test design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan durasi atensi setelah pemberian treatment. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh permainan sapintrong terhadap peningkatan kemampuan atensi pada siswa yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian (GPP). Kata Kunci : Permainan Sapintrong, Atensi, Gangguan Pemusatan Perhatian (GPP).
Hubungan Antara Problem Solving Terhadap Penyesuaian Diri Narapidana Anak Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Rangkasbitung Siti Erma Maemunah
E-JURNAL AKSIOMA AL-ASAS Vol 3, No 2 (2022)
Publisher : LPPM STAI La Tansa Mashiro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55171/jaa.v3i2.742

Abstract

Penjara merupakan tempat penghukuman bagi pelaku kejahatan yang melanggar hukum pidana. Penjara adalah tempat dimana orang-orang dikurung dan dibatasi berbagai macam kebebasan.  Saat masuk penjara narapidana anak akan kehilangan keluarga, kehilangan kesempatan untuk bermain dengan teman-teman sebaya, kehilangan kesempatan untuk belajar di sekolah, kurangnya stimulasi, serta dapat membuat narapidana anak mengalami gangguan pada psikisnya. Permasalahan ini akan menyulitkan untuk dapat dihadapi terutama saat mereka berada di dalam penjara. Saat masuk penjara, narapidana anak harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan penjara, baik dengan pihak penjara, narapidana lain, peraturan dan tata tertib, serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan di penjara. Untuk menyesuaikan diri dengan permasalahan dan situasi tersebut, narapidana anak membutuhkan problem solving untuk mendukung penyelesaian masalah yang mereka hadapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara problem solving terhadap penyesuaian diri pada narapidana anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara antara problem solving dan penyesuaian diri pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Rangkasbitung dengan tingkat korelasi sebesar +0,473. Berdasarkan hasil penelitian dapat diartikan bahwa narapidana anak yang memiliki kemampuan problem solving yang baik mampu menyesuaikan diri dengan baik di Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Rangkasbitung.Kata Kunci : Problem Solving, Penyesuaian Diri, Narapidana anak
Peningkatan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Usap Abur Anak Usia Dini Siti Erma Maemunah; Ainal Mardiah
E-JURNAL AKSIOMA AL-ASAS Vol 4, No 1 (2023)
Publisher : LPPM STAI La Tansa Mashiro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55171/jaa.v4i1.922

Abstract

Motorik halus adalah salah satu perkembangan yang haraus dimiliki sejak anak usia dini, Jika perkembangan motorik halus pada anak berjalan dengan baik maka sangat mudah bagi anak melakukan hal-hal sederhana misalnya menulis mewarnai dengan crayon, menggunting, melipat, menempel dan sebagainya. Perkembangan motoric halus anak merupakan gerakkan anak yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja atau dilakukan oleh otot-otot kecil dan tidak memerlukan tenaga besar, tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat seperti koordinasi mata dan tangan. Untuk menstimulus motorik halus anak usia dini dapat dengan memanfaatkan metode Usap abur seperti yang diberikan pada kelompok A Raudathul Athfal Nadwatul Ulum, Rangkasbitung, Lebak-Banten. Hal ini bertujuan agar peserta didik untuk mengembangkan motorik halus dengan baik, meningkatkan kreatifitas anak dalam berkarya, melatih daya konsentrasi dalam melakukan aktifitas menggambar sederhana (Usap abur) ini. Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas sesuai dengan langkahnya yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat sebelum diterapkan teknik usap abur dari 15 orang anak di Raudathul Athfal Nadwatul Ulum terdapat 10 orang anak yang memperoleh kriteria mulai berkembang dengan nilai rata-rata 66,6%. Peningkatan motorik halus anak pada siklus I terdapat 11 orang anak yang yang memperoleh kriteria berkembang sesuai harapan 73,33%, dan yang memperoleh kriteria mulai berkembang terdapat 4 orang anak 26,66%. Pada Siklus II dari 15 orang anak terdapat 13 orang anak yang memperoleh kriteria berkembang sangat baik 86,66% dan yang memperoleh kriteria berkembang sesuai harapan terdapat 2 orang anak 13,33% pada siklus ini kemampuan motorik halus anak sudah tercapai yaitu sebesar 84,58% dan pelaksanaan teknik usap abur berjalan dengan baik dan dilakukan sesuai dengan indikator perkembangan.
HUBUNGAN PROBLEM SOLVING APPRAISAL TERHADAP PENYESUAIAN DIRI NARAPIDANA ANAK DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B RANGKASBITUNG Siti Erma Maemunah; Amat Hidayat
Jurnal Anak Bangsa Vol. 1 No. 2 (2022): Jurnal Anak Bangsa
Publisher : LPPM Universitas Bina Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46306/jas.v1i2.21

Abstract

Prison is a place of punishment for criminals who violate criminal law. Prisons are places where people are locked up and restricted in various ways. Jail for this child is something that will make everything lose. children will lose their families, lose the opportunity to play with their peers, lose the opportunity to learn at school, lack of stimulation, and can make child prisoners experience psychological disorders. This problem will make it difficult for children to accept the reality when they are in prison. When entering prison, child prisoners must be able to adapt to the prison environment, both with the prison, even other child prisoners, rules and regulations, as well as habits carried out in prison. To adapt to these problems and situations, child prisoners need a Problem Solving Appraisal to support the resolution of the problems they face. The purpose of this study was to examine the relationship between Problem Solving Appraisal and adjustment to child prisoners. The method used in this research is the correlation method with a quantitative approach. The results showed that there was a relationship between Problem Solving Appraisal and adjustment to prisoners in Class II B Rangkasbitung Correctional Institution with a correlation level of +0.473. Based on the results of the study, it can be interpreted that child prisoners who believe themselves to be Effective Problem Solvers are able to adjust well in Class II B Rangkasbitung Penitentiary