Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : VA

KLENTENG KWAN SING BIO SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA BATIK SAPUTRI, SUPENI; RATYANINGRUM, FERA
Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Jurnal Seni Rupa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengalaman visual tentang keindahan arsitektur, ornamen, dan warna-warna yang ada di Klenteng Kwan Sing Bio membuat penulis tergugah untuk menjadikannya sebagai sumber ide penciptaan karya batik. Tujuan penciptaan ini adalah menciptakan karya batik yang merepresentasikan keunikan dan ciri khas yang dimiliki oleh Klenteng Kwan Sing Bio melalui proses eksplorasi. Tahapan penciptaan karya ini dimulai dari munculnya ide karya, melakukan pengumpulan data, perancangan desain karya, penentuan teknik dan pemilihan bahan, kemudian perwujudan karya. Motif yang diterapkan berupa gubahan gerbang Klenteng, unsur ornamen yang terdapat pada bangunan Klenteng, dan beberapa gubahan bangunan lain yang ada di lingkungan Klenteng Kwan Sing Bio. Media yang digunakan berupa kain katun dan tenun gedog. Jenis pewarna yang digunakan adalah remasol dan naptol. Pembuatan karya menggunakan teknik batik tulis, pewarnaan secara colet dan celup, serta teknik retakan lilin pada beberapa bagian. Tahap perwujudan karya meliputi pemindahan desain ke kain, pencantingan, pewarnaan, penguncian warna, dan pelepasan lilin. Setelah itu kain dijahit berdasarkan rancangan yang telah dibuat. Karya yang dihasilkan berupa dua kain panjang, tiga busana perempuan berupa dua outer dan sebuah gaun panjang, serta satu busana kemeja laki-laki.Kata Kunci: Batik, Klenteng, Kwan Sing Bio
EKOSISTEM SAVANA BEKOL TAMAN NASIONAL BALURAN SITUBONDO SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KRIYA BATIK KHOLIDIAH MARSYAH, ROFIQOH; RATYANINGRUM, FERA
Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 4 (2019)
Publisher : Jurnal Seni Rupa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Taman Nasional Baluran merupakan tempat konservasi alam dan wisata di Kabupaten Situbondo yang dikenal dengan pesona keindahan alam eksotik Africa van Java karena merupakan satu-satunya Taman Nasional yang memiliki savana terluas di Pulau Jawa. Keberadaan satwa dan tumbuhan endemik seperti rusa, kijang, banteng, kerbau, merak, ayam hutan, kera ekor panjang dan pohon akasia menjadi ciri khas kawasan konservasi Taman Nasional Baluran. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Taman Nasional Baluran berpotensi besar untuk dapat dikenal dan dieksplor ke luar kabupaten Situbondo. Selain dikenal dengan parawisatanya, Situbondo juga memiliki kerajinan batik yang terus berkembang sampai sekarang dan belum ada inovasi baru dari motif batik Situbondo yang mayoritas berupa motif laut. Padahal masih banyak potensi wisata di Kabupaten Situbondo yang dapat dijadikan inspirasi motif batik khas Situbondo, di antaranya Taman Nasional Baluran.Tahapan yang ditempuh dalam proses perwujudan karya meliputi penemuan konsep dan gagasan, observasi, pembuatan desain, uji kelayakan desain, proses perwujudan karya, dan finishing karya. Bahan yang digunakan adalah kain katun primisima dengan pewarna remasol menggunakan teknik colet. Perwujudan karya batik melalui proses pemilihan bahan, pembuatan desain, pemindahan desain pada kain, pencantingan, pewarnaan, penguncian warna, dan pelepasan lilin. Desain awal yang disiapkan berjumlah 18 buah, kemudian dipilih 6 desain untuk diwujudkan menjadi karya dengan judul Bhungana ate? (Busana laki-laki dewasa), Ga?ga?? Perkasa (Busana lai-laki remaja), Odi? Bhunga (Busana perempuan remaja), Baluran Asre? (Busana perempuan dewasa), Kadha?stohan (Hiasan dinding), dan Pangesto Bhume? (Kain Panjang). Kata Kunci: Savana Bekol, taman nasional Baluran, batik, Situbondo
PENGEMBANGAN BATIK NGERONG SEBAGAI IDENTITAS KABUPATEN NGANJUK FAHRUDINSYAH, M.REZA; RATYANINGRUM, FERA
Jurnal Seni Rupa Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Jurnal Seni Rupa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Batik Ngrong berasal dari Kabupaten Nganjuk. Motif batik Ngrong ini diciptakan pada bulan Maret 2015 oleh seorang guru Seni Budaya yang bernama Agus Sugianto S. Pd. Batik Ngrong hanya menggunakan satu warna yaitu biru tosca dan kurang dikenal masyarakat. Hal tersebut juga dipengaruhi adanya keterbatasan dari segi promosinya. Batik Ngrong mengangkat bentuk angin sebagai motif dan digambarkan menyerupai bentuk awan. Pengambilan bentuk angin ini didasari oleh identitas kota Nganjuk yang mempunyai julukan sebagai kota angin. Metode awal pengembangan yaitu dengan survey lokasi yang terletak di Reza Art Bengkel Seni yang berada di Jl. P.B Sudirman, Desa Ngronggot, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode yang digunakan adalah Research and Development (R&D). Proses pengembangan dimulai dengan mengidentifikasi potensi dan masalah dan dilanjutkan dengan pengumpulan data, pembuatan desain pengembangan batik Ngrong, validasi desain, revisi desain, validasi ulang, kemudian pembuatan produk dari desain yang sudah dipilih. Produk pengembangan yang diwujudkan meliputi 5 karya yaitu: baju seragam guru, busana wanita, baju pria, kain panjang/jarit, dan kostum carnival. Pengembangan batik Ngrong diciptakan untuk menambah value added yang ada pada Kabupaten Nganjuk dan diharapkan mampu berkembang dan menjadi salah satu icon yang mampu mendorong Kabupaten Nganjuk menjadi lebih dikenal.Kata Kunci: Pengembangan, Batik Ngerong, Nganjuk.
AKSARA JAWA SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA SENI BATIK REZA LUKMANSYAH, DIMAS; RATYANINGRUM, FERA
Jurnal Seni Rupa Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Jurnal Seni Rupa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penciptaan karya batik ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan Perupa pada penggunaan Aksara Jawa. Seiring berkembangnya jaman setelah adanya huruf Abjad, Aksara Jawa mulai ditinggalkan bahkan dilupakan. Terinspirasi oleh salah satu karya seni dari Bengkulu yaitu batik Besurek, yang motif utamanya adalah kaligrafi, Perupa ingin mengangkat Aksara Jawa sebagai sumber ide penciptaan karya batik. Selain aksara, Jawa juga memiliki kalimat-kalimat pitutur (nasehat) antara lain ?Urip Iku Urup?, ?Nerima Ing Pandum?, ?Ing Ngarsa Sung Tulada?, ?Ing Madya Mangun Karsa?, dan ?Tut Wuri Handayani?. Perupa menggabungkan keduanya dalam sebuah karya batik, yaitu dengan menciptakan motif batik berupa Aksara Jawa yang berisi kalimat-kalimat pitutur tersebut. Aksara tersebut digambarkan secara stilasi dan tetap mempertahankan karakternya. Pembuatan karya batik melalui tahapan penciptaan mulai dari penggalian ide penciptaan, penentuan tema, penentuan alat dan bahan, pembuatan desain, penorehan lilin, pewarnaan, pelepasan lilin/pelorodan, hingga finishing. Karya yang dihasilkan berupa 3 lembar kain batik berupa kain panjang masing-masing dengan judul ?Urip Iku Urup?, ?Nerima Ing Pandum?, ?Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani?, dan sebuah hiasan dinding dengan judul ?Nusantara?.Kata Kunci : Aksara Jawa, ide penciptaan, batik