Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

The Correlation Between Body Mass Index with Dental Caries in Children: a Literature Review Dian Lesmana; Linda S Sembiring
Journal of Medicine and Health Vol. 4 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28932/jmh.v4i1.3231

Abstract

Nutrisi, yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air, merupakan komponen makanan yang membantu menyehatkan tubuh. Nutrisi berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh, khususnya gigi. Pertumbuhan dan perkembangan gigi yang terganggu dapat menjadi faktor etiologi hipoplasia enamel. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan karies gigi anak. Metode penelitian berupa tinjauan pustaka yaitu mencari jurnal ilmiah sesuai dengan topik melalui mesin pencarian di PubMed dengan kata kunci: hipoplasia enamel, indeks massa tubuh, karies, nutrisi, dengan rentang waktu literatur dari tahun 2007-2020 dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris. Hasil pencarian literatur diperoleh 126 artikel, kemudian dipilih sehingga diperoleh 6 artikel yang sesuai. IMT tinggi menunjukkan hubungan positif terhadap karies akibat peningkatan asupan lemak dan energi yang tinggi, dan kurangnya aktivitas fisik. Prevalensi karies meningkat sejalan dengan peningkatan konsumsi makanan manis akibat perubahan gaya hidup dan kesejahteraan individu. Pada IMT rendah, memiliki persentase karies gigi yang tinggi dikarenakan karies menimbulkan nyeri dan menyebabkan fungsi pengunyahan terganggu sehingga terjadi penurunan frekuensi makan dan asupan gizi. Simpulan penelitian ini, IMT tinggi maupun rendah dapat berpengaruh pada angka kejadian karies anak yang disebabkan oleh faktor ekonomi, perubahan pola makan, dan rendahnya aktivitas tubuh. Kata kunci: hipoplasia enamel, indeks massa tubuh, karies, nutrisi
Potency of Young Coconut Water as a Mouthwash to Saliva pH and Flow Rate in Smokers Yunita P. D. Nurazizah; Dian Lesmana; Silvi Kintawati
e-GiGi Vol. 10 No. 2 (2022): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.v10i2.44279

Abstract

Abstract: Smoking causes harmful effects on health, especially the oral cavity. However, the oral cavity has saliva as a defence system that can eliminate harmful substances from the body. Normally saliva secreted by the salivary glands has a pH of 6.7-7.4 while in smokers the pH tends to be more acidic. This study aimed to determine the potential of coconut water as a natural mouthwash on the pH and salivary flow in smokers. This was a literature review study by searching scientific journals in Indonesian and English from 2019-2020 through search engines at SINTA, PubMed, and Google Scholar. The keywords used were young coconut water, gargling, cigarette, salivary flow rate, smoking, and salivary pH. The results obtained 17 suitable articles. Individuals who smoked more than 10 cigarettes/day, more than 6 years could have decreased pH and salivary flow. Therefore, coconut water was needed to reduce its effect, which was believed could increase pH and salivary flow. Coconut water had a pH that was almost the same as normal pH of saliva, which was 7.3. Coconut water contained tannins which gave a bitter taste, therefore, it stimulated salivary secretion and increased pH and salivary flow. In conclusion, young coconut water has a pH which is similar with normal saliva, therefore, it could become a natural potential mouthwash to increase pH and salivary flow in smokers. Keywords: young coconut water; mouthwash; salivary flow rate; smoking; salivary pH Abstrak: Merokok memberikan efek berbahaya bagi kesehatan terutama rongga mulut karena mengandung kurang lebih 5000 bahan kimia yang berbahaya. Rongga mulut memiliki saliva sebagai sistem pertahanan yang dapat mengeliminasi zat berbahaya dari tubuh. Cairan saliva disekresikan oleh kelenjar saliva 0,5-1,5 liter/hari dengan pH 6,7-7,4 sedangkan pH pada perokok cenderung lebih asam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi air kelapa sebagai cairan kumur alami terhadap pH dan aliran saliva perokok. Metode penelitian berupa literature review dengan mencari jurnal ilmiah berbahasa Indonesia dan Inggris dari tahun 2019-2020 melalui mesin pencarian di SINTA, PubMed, dan google scholar dengan kata kunci: air kelapa muda, berkumur, laju aliran saliva, merokok, pH saliva, rokok. Hasil pencarian mendapatkan 17 artikel yang sesuai. Individu yang merokok lebih dari 10 batang/hari lebih dari enam tahun dapat mengalami penurunan pH dan aliran saliva. Dibutuhkan upaya untuk menguranginya, salah satunya dengan berkumur menggunakan air kelapa, yang diyakini dapat meningkatkan pH dan aliran saliva. Hal ini terjadi karena air kelapa memiliki pH yang sama seperti pH normal yaitu 7,3. Air kelapa mengandung tannin yang memberikan rasa pahit sehingga merangsang sekresi saliva yang dapat meningkatkan pH dan aliran saliva. Simpulan penelitian ini ialah air kelapa mempunyai pH mendekati pH saliva normal sehingga dapat menjadi potensi alami untuk meningkatkan pH dan laju aliran saliva pada perokok. Kata kunci: air kelapa muda; berkumur; laju aliran saliva; merokok; pH saliva
Tipe visibilitas foramen mental dengan canalis mandibularis pada radiograf panoramik berdasarkan usia dan perbedaan jenis kelaminVisibility type of the mental foramen towards mandibular canal from panoramic radiography according to age and sex Larasati Taqulia Hadad; Dominica Dian Saraswati; Dian Lesmana
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 34, No 3 (2022): Desember 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v34i3.37677

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Mental foramen dan mandibular canal merupakan struktur anatomi penting untuk melakukan tindakan perawatan gigi dan mulut seperti anestesi lokal, penempatan implan, fraktur mandibula, dan intervensi bedah di daerah mandible. Identifikasi tipe visibilitas mental foramen dapat membantu meminimalisir terjadinya resiko cedera saraf mentalis. Tujuan penelitian mengetahui tipe visibilitas mental foramen dengan mandibular canal pada radiograf panoramik berdasarkan usia dan perbedaan jenis kelamin. Metode: Jenis penelitian deskriptif observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan pada rekam medis panoramik pasien RSGM Maranatha pada tahun 2019-2020 yang berusia 17-25 tahun, menggunakan teknik simple random sampling. Tipe visibilitas mental foramen diamati berdasarkan hubungannya dengan mandibular canal pada kedua sisi mandible dari 216 radiograf panoramik. Tipe visibilitas mental foramen dan mandibular canal diklasifikasikan menjadi 4 tipe: 1. Continous type; 2. Separated type; 3. Diffuse type; 4. Unidentified type. Analisis data dilakukan menggunakan metode distribusi frekuensi relatif dan tabulasi silang dengan perhitungan persentase baris. Hasil: Tipe visibilitas mental foramen dengan mandibular canal pada pasien usia 17-25 tahun adalah separated type dengan persentase tertinggi sebesar 44,4%. Pasien laki-laki dengan jumlah 87 responden menunjukkan tipe visibilitas mental foramen tertinggi yaitu continuous type (43,7%) dan pasien perempuan dengan jumlah 129 responden menunjukkan tipe visibilitas mental foramen tertinggi yaitu separated type (48,1%). Simpulan: Tipe visibilitas mental foramen dengan mandibular canal berdasarkan radiografi panoramic pada pasien dengan usia 17-25 tahun menunjukkan tipe visibilitas mental foramen yang paling sering ditemukan adalah separated type, dan terdapat perbedaan tipe visibilitas mental foramen dengan mandibular canal berdasarkan jenis kelamin pada pasien dengan usia 17-25 tahun.Kata kunci: tipe visibilitas; mental foramen; mandibular canal; radiograf panoramik; usia; jenis kelamin ABSTRACTIntroduction: Mental foramen and mandibular canal are a clinically critical anatomical landmarks for clinicians when performing dental care, such as local anesthetics, implant placement, mandibular fractures, and surgical intervention in the mandible area. Determining the visibility type of the mental foramen can help to preclude iatrogenic complications such as mental nerve injury that can lead to lower lips paresthesia. This study aimed to determine the visibility type of mental foramen towards the mandibular canal in male and female patients using panoramic radiographs. Methods: The research method used in this study was descriptive observational with a cross sectional research design. Panoramic radiographs were randomly selected using simple random sampling from the dental records of RSGM Maranatha patients between the ages of 17-25 in 2019-2020. Visibility Mental foramen type was observed based on its relationship with the mandibular canal on both sides of the mandible from 216 panoramic radiographs. Visibility of the mental foramen and mandibular canal classified into four types of visibility: 1. Continous type; 2. Separated type; 3. Diffuse type; 4. Unidentified type. Results: The result showed that “separated type” (44.4%) was the highest percentage of the visibility of Mental foramen towards the Mandibular canal in patients aged 17-25 years old. There is a difference in the visibility type of Mental foramen between male and female patients. Out of 87 male patient respondents, the highest visibility of Mental foramen is “continuous type” (43.7%); meanwhile, out of 129 female patient respondents, the highest visibility of Mental foramen is “separated type” (48.1%). Conclusion: “Separated type” is the most common discovery of visibility type of Mental foramen towards the Mandibular canal in patients between the ages of 17-25. The visibility type of Mental foramen may differ according to their sex.Keywords: visibility type; mental foramen; mandibular canal; panoramic radiograph; age; sex
Efek Ekstrak Daun Oregano (Origanum vulgare) terhadap Plat Resin Akrilik Heat-Cured yang Dikontaminasi Candida albicans dan Streptococcus mutans Silvia Naliani; Shelly Lelyana; Henry Y. Mandalas; Jason F. Laurence; Vinna K. Sugiaman; Jane A. V. Wibisono; Dian Lesmana
e-GiGi Vol. 11 No. 1 (2023): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.v11i1.44461

Abstract

Abstract: Long-term use of dentures with poor cleaning can cause denture stomatitis mainly due to Candida albicans and Streptococcus mutans. Oregano leaf (Origanum vulgare) which contains a variety of active components is believed to be an alternative of denture cleansers. This study aimed to determine the effect of oregano leaf extract on heat-cured acrylic resin plates contaminated with C. albicans and S. mutans. There were 27 heat-cured acrylic plates contaminated and soaked for 10 minutes in nine treatment groups, as follows: oregano leaf extract of 50 mg/ml, 25 mg/ml, 12.5 mg/ml, 6.25 mg/ml, 3,125 mg /ml, 1,562 mg/ml, and 0,781 mg/ml, distilled water as the negative control, Polident denture cleanser fresh (positive control for C. albicans) and chlorhexidine gluconate 0,2% (positive control for S. mutans). The colony number of C. albicans and the inhibition zones of S. mutans were counted. The results showed that the lowest number of C. albicans colony and the largest inhibition zone for S. mutans were at the concentration of 50 mg/ml oregano leaf extract. In conclusion, there was an effect of oregano leaf extract on acrylic resin plates contaminated with Candida albicans and Streptococcus mutans. Keywords: acrylic resin; denture stomatitis; Origanum vulgare; Candida albicans; Streptococcus mutans   Abstrak: Penggunaan gigi tiruan secara terus menerus dalam jangka panjang dengan pembersihan yang buruk dapat menyebabkan denture stomatitis terutama oleh Candida albicans dan Strepto-coccus mutans. Daun oregano (Origanum vulgare) yang mengandung beragam komponen aktif diyakini dapat menjadi alternatif pembersih gigi tiruan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun oregano terhadap plat resin akrilik heat-cured yang dikontaminasi jamur C. albicans dan S. mutans. Terdapat 27 plat akrilik heat-cured yang dikontaminasi dan dilakukan perendaman selama 10 menit dalam sembilan kelompok perlakuan yaitu, konsentrasi ekstrak daun oregano 50 mg/ml, 25 mg/ml, 12,5 mg/ml, 6,25 mg/ml, 3,125 mg/ml, 1,562 mg/ml, 0,781 mg/ml, akuades (kontrol negatif), Polident Denture Cleanser Fresh (kontrol positif C. albicans), dan chlorhexidine gluconate 0,2% (kon-trol positif S. mutans). Jumlah koloni C. albicans dan zona hambat S. mutans dihitung. Hasil penelitian menunjukkan jumlah koloni C. albicans terkecil dan zona hambat S. mutans terbesar pada konsentrasi ekstrak daun oregano 50 mg/ml. Simpulan penelitian ini ialah terdapat pengaruh ekstrak daun oregano terhadap plat resin akrilik yang dikontaminasi Candida albicans dan Streptococcus mutans. Kata kunci: resin akrilik; denture stomatitis; Origanum vulgare; Candida albicans; Streptococcus mutans
The Correlation Between Body Mass Index with Dental Caries in Children: a Literature Review Dian Lesmana; Linda S Sembiring
Journal of Medicine and Health Vol 4 No 1 (2022)
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28932/jmh.v4i1.3231

Abstract

Nutrisi, yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air, merupakan komponen makanan yang membantu menyehatkan tubuh. Nutrisi berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh, khususnya gigi. Pertumbuhan dan perkembangan gigi yang terganggu dapat menjadi faktor etiologi hipoplasia enamel. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan karies gigi anak. Metode penelitian berupa tinjauan pustaka yaitu mencari jurnal ilmiah sesuai dengan topik melalui mesin pencarian di PubMed dengan kata kunci: hipoplasia enamel, indeks massa tubuh, karies, nutrisi, dengan rentang waktu literatur dari tahun 2007-2020 dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris. Hasil pencarian literatur diperoleh 126 artikel, kemudian dipilih sehingga diperoleh 6 artikel yang sesuai. IMT tinggi menunjukkan hubungan positif terhadap karies akibat peningkatan asupan lemak dan energi yang tinggi, dan kurangnya aktivitas fisik. Prevalensi karies meningkat sejalan dengan peningkatan konsumsi makanan manis akibat perubahan gaya hidup dan kesejahteraan individu. Pada IMT rendah, memiliki persentase karies gigi yang tinggi dikarenakan karies menimbulkan nyeri dan menyebabkan fungsi pengunyahan terganggu sehingga terjadi penurunan frekuensi makan dan asupan gizi. Simpulan penelitian ini, IMT tinggi maupun rendah dapat berpengaruh pada angka kejadian karies anak yang disebabkan oleh faktor ekonomi, perubahan pola makan, dan rendahnya aktivitas tubuh. Kata kunci: hipoplasia enamel, indeks massa tubuh, karies, nutrisi