Lelyana, Shelly
Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

KADAR HAMBAT MINIMUM DAN KADAR BUNUH MINIMUM EKSTRAK ETANOL DAUN OREGANO TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS Bernadete Marcelianta Cantika Br. Tarigan; Shelly Lelyana; Vinna Kurniawati Sugiaman
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/jitekgi.v17i2.1595

Abstract

Latar belakang: Candida albicans merupakan salah satu flora normal oral yang dapat menyebabkan infeksi pada rongga mulut manusia yang disebut sebagai kandidiasis. Manajemen primer yang sering digunakan dalam mengatasi kandidiasis pada rongga mulut salah satunya adalah nystatin, namun pemberian nystatin hanya terbatas pada pengobatan topikal infeksi kandidiasis kulit dan mukosa karena memiliki spektrum yang sempit dan penyerapan yang buruk pada saluran pencernaan serta memiliki efek samping pada dosis yang tinggi seperti mual ringan, diare, dan muntah. Masyarakat sering menggunakan daun oregano (Origanum vulgare L.) sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti gangguan bronkial, gangguan pencernaan, gatal pada kulit dan flu.Sejumlah penelitian (secara in vitro dan in vivo) juga menunjukkan bahwa daun oregano (Origanum vulgare L.) mengandung beragam senyawa fitokimia seperti fenolik glikosida, flavonoid, tanin, sterol dan terpenoid dalam jumlah tinggi. Tujuan: Mengetahui kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM) ekstrak etanol daun oregano (Origanum vulgare L.) terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in vitro. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental murni laboratorium secara in vitro dengan cara membandingkan kelompok sampel yang mengandung ekstrak etanol daun oregano dengan konsentrasi 50 mg/ml; 25 mg/ml; 12,5 mg/ml; 6,25 mg/ml; 3,125 mg/ml; 1,562 mg/ml; 0,781 mg/ml; serta kontrol negatif berupa DMSO (Dimethyl Sulfoxide) 10% dan kontrol positif berupa nystatin. Metode yang digunakan yaitu metode broth microdilution pada 96 well plate yang diamati dengan spektofotometri dan uji kadar bunuh minimum (KBM) dengan metode spread pada agar yang dihitung menggunakan colony counter. Hasil Penelitian: Ekstrak etanol daun oregano (Origanum vulgare L.) memiliki kadar hambat minimum (KHM) pada konsentrasi 0,781 mg/ml dan kadar bunuh minimum (KBM) pada konsentrasi 50 mg/ml. Kesimpulan: Ekstrak etanol daun oregano (Origanum vulgare L.) memiliki aktivitas antijamur terhadap pertumbuhan Candida albicans.
Terapi non-bedah pada lesi nodular akibat iritasi kronis di rongga mulut Shelly Lelyana
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 3, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.60121

Abstract

Pertumbuhan jaringan yang berlebihan dapat terjadi di rongga mulut sebagai respon terhadap iritasi kronis. Penyebab lesi ini dapat dikaitkan dengan iritasi lokal seperti plak, kalkulus, tepi tambalan yang berlebih, trauma oklusi, dan alat-alat dental. Iritasi kronis dapat menyebabkan inflamasi jaringan. Fibrous hyperplasia (traumatic fibroma atau fibroma iritasi) merupakan hasil akhir dari hiperplasia akibat inflamasi. Pengobatan konvensional kondisi fibroma iritasi adalah eksisi bedah yang seringkali membuat pasien takut. Makalah ini akan membahas dua kasus lesi nodular akibat iritasi kronis yang diberi terapi non-bedah. Diagnosa klinis dari kedua kasus ini adalah fibroma iritasi. Penggunaan anti-inflamasi topikal dan menghilangkan sumber iritasi ternyata dapat mengurangi ukuran lesi. Kesimpulan studi kasus ini adalah lesinodular akibat iritasi kronis dapat diatasi dengan terapi non-bedah.
Kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum ekstrak etanol lengkuas merah (Alpinia galanga L.) terhadap pertumbuhan Candida albicansThe minimum inhibitory concentration and a minimum lethal dose of red galangal (Alpinia galanga L.) ethanolic extract on the growth of Candida albicans Harunai Kamoda; Shelly Lelyana; Vinna Kurniawati Sugiaman
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 32, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v32i1.25422

Abstract

Pendahuluan: Kandidiasis rongga mulut merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur patogen Candida albicans, dengan prevalensi cukup tinggi yaitu 20% - 75%. Obat antijamur yang umum digunakan untuk pengobatan kandidiasis rongga mulut adalah nistatin, akan tetapi nistatin memiliki efek samping dan harganya relatif mahal. Sebagai alternatif lain digunakan tanaman obat seperti lengkuas merah (Alpinia galanga L) yang diduga memiliki aktivitas antijamur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM) ekstrak etanol lengkuas merah terhadap pertumbuhan Candida albicans. Metode: Jenis penelitian eksperimental murni dengan membandingkan kelompok uji yang mengandung ekstrak etanol lengkuas merah (alpinia galanga L) dengan konsentrasi 200mg/ml; 100mg/ml; 50mg/ml; 25mg/ml; 12,5mg/ml; 6,25mg/ml; kontrol positif berupa nistatin, dan kontrol negatif berupa DMSO 10% terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan mengamati kekeruhan larutan pada 96 well plate menggunakan spectrophotometer  dan KBM ditentukan menggunakan colony counter dengan pengulangan sebanyak 4 kali. Analisis data menggunakan uji parametrik ANOVA dan uji Post Hoc Tuckey. Hasil: Hasil uji ANOVA nilai p 0,00 yang artinya bahwa kedua data memiliki nilai yang signifikan antar perlakuan, dan uji Post Hoc Tuckey memperlihatkan terdapat perbedaan yang signifikan pada setiap kelompok uji terhadap jumlah Candida. Simpulan: Kadar Hambat Minimum (KHM) ekstrak etanol lengkuas merah (Alpinia galanga L) terhadap pertumbuhan Candida albicancs adalah 200mg/ml namun hanya menghambat 60%, sedangkan ekstrak etanol lengkuas merah (Alpinia galanga L) tidak dapat membunuh Candida albicans.Kata kunci: Candida albicans, lengkuas merah, Alpinia galanga L. ABSTRACTIntroduction: Candida albicans is a pathogenic fungus that can cause oral candidiasis, reaches 20% - 70% prevalence in human. Antifungal drugs often used for oral candidiasis treatment is nystatin, but nystatin has many harmful side effects, and its price is relatively high. Therefore, herbal remedies such as red galangal (Alpinia galanga L.), which presumed to have antifungal activity, can be used as an alternative treatment. The purpose of this research was to determine the minimum inhibitory concentration and a minimum lethal dose of red galangal ethanolic extract on the growth of Candida albicans. Methods: This research was an experimental laboratory, conducted by comparing the test group containing ethanolic extracts of red galangal (Alpinia galanga L.) with the concentrations of 200mg/ml; 100mg/ml; 50mg/ml; 25mg/ml; 12.5mg/ml; and 6.25mg/ml; positive control group was treated with nystatin; and negative control with 10% DMSO. The solutions on 96 well plates were observed with a spectrophotometer, and the minimum killing concentration (MKC) was determined using a colony counter, and the experiment was replicated four times. The result was then analysed with ANOVA parametric test and the Post-Hoc Tuckey test afterwards. Results: The result of the ANOVA test showed that the p-value was < 0.05, which means that all treatments have a significant value, while the Post-Hoc Tuckey test indicated that there were significant differences in each group regarding the number of Candida albicans. Conclusion: Minimum Inhibitory Level (MIC) of red galangal (Alpinia galanga L) ethanolic extract against Candida albicans growth is 200mg/ml but only inhibits 60% of the growth. In contrast, the extract is unable to mortally affects the Candida albicans.Keywords: Candida albicans, red galangal, Alpinia galanga L.
Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Etanol Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Yassie Shailla Gharnita; Shelly Lelyana; Vinna Kurniawati Sugiaman
SONDE (Sound of Dentistry) Vol. 4 No. 1 (2019): SONDE (Sound of Dentistry)
Publisher : Maranatha Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.022 KB) | DOI: 10.28932/sod.v4i1.1766

Abstract

Candida albicans merupakan jamur dimorfik oportunistik penyebab utama oral candidiasis. Salah satu obat oral candidiasis yang suing digunakan adalah nistatin namun memiliki banyak efek samping maka dibutuhkan pengobatan alternatif dengan memanfaatkan tanaman herbal seperti daun ketepeng cina (Cassia alata L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM) ekstrak etanol daun ketepeng cina (Cassia alata L.) terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan menghitung jumlah yeast. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan membandingkankelompok uji yang mengandung ekstrak daun ketepeng cina (Cassia alata L.) dengan konsentrasi 200 mg/mL; 100 mg/mL; 50 mg/mL; 25 mg/mL; 12,5 mg/mL; 6,25 mg/mL dan 3,125 mg/mL yang ditanam dalam media PDA. Kontrol positif berupa nistanin, dan media PDB sedangkan kontrol negatif berupa media PDB, dan DMSO 10% terhadap Candida albicans yang sebelumnya telah diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam dan dilakukan pengulangan sebanyak empat kali. Berdasarkan basil penelitian diketahui bahwa ekstrak etanol daun ketepeng cina (Cassia alata L.) mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans pada konsentrasi 200 mg/mL secara sig (p<0,05) namun tidak dapat membunuh Candida albicans. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ketepeng cina (Cassia alata L.) dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Dampak Rokok Terhadap Kesehatan Rongga Mulut dengan Tingkat Motivasi Berhenti Merokok pada Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha Karina Nuur Aziizah; Ignatius Setiawan; Shelly Lelyana
SONDE (Sound of Dentistry) Vol. 3 No. 1 (2018): SONDE (Sound of Dentistry)
Publisher : Maranatha Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.897 KB) | DOI: 10.28932/sod.v3i1.1774

Abstract

Merokok merupakan perilaku yang berdampak buruk baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Perilaku merokok terjadi pada berbagai kalangan sekalipun mahasiswa yang merupakan individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Upaya untuk berhenti dari perilaku merokok, seorang perokok harus memiliki motivasi yang kuat, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang adalah pengetahuan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang dampak rokok terhadap kesehatan rongga mulut dengan tingkat motivasi berhenti merokok. Metode penelitian ini dilakukan secara analitik korelasi dengan menggunakan desain cross sectional. Semua data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik chi-square. Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa p-value (0,000) < 0,05, artinya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi berhenti merokok. Hal tersebut mengindikasikan semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka akan semakin tinggi pula motivasi berhenti merokok. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dampak rokok terhadap rongga mulut dengan tingkat motivasi berhenti merokok pada mahasiswa universitas kristen maranatha.
Biomarkers of Temporomandibular Disorders Dominica Dian Saraswati Sumantri; Silvia Naliani; Shelly Lelyana; Ferry Sandra
SONDE (Sound of Dentistry) Vol. 3 No. 1 (2018): SONDE (Sound of Dentistry)
Publisher : Maranatha Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.815 KB) | DOI: 10.28932/sod.v3i1.1782

Abstract

Temporomandibular disorder is a disorder that includes masticatory muscles or temporomandibular joints, unbalanced joint function or both. The disorders can disturb daily activity, cause by pain. The therapy consuming time and cost. Early detection of temporomandibular disorder is needed, as a prevention of more severe disorders. Increased cortisol can be found in myofacial pain and is not found in internal dearagement or osteoarthritis. Biomarkers of interleukin and monocyte chemoattractant proteins are only found in osteoarthritis. The use of biomarkers can be useful in detecting temporomandibular disorders. Biomarkers can be measured from blood, serum and saliva. Cortisol, dopamine and TAC are potential biomarkers in the temporomandibular disorder.
Efek Seduhan Teh Hitam terhadap Pertumbuhan Candida albicans . Felita; Shelly Lelyana; Triswaty Winata
SONDE (Sound of Dentistry) Vol. 2 No. 1 (2017): SONDE (Sound of Dentistry)
Publisher : Maranatha Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.121 KB) | DOI: 10.28932/sod.v2i1.1790

Abstract

Kandidiasis oral adalah salah satu infeksi fungal yang mengenai mukosa oral, biasanya disebabkan oleh Candida albicans. Candida albicans adalah salah satu spesies Candida yang merupakan flora normal pada membran mukosa rongga mulut dan merupakan jamur yang sering menyebabkan kandidiasis pada rongga mulut dan dapat bersifat patogen opportunistik ketika pertahanan sistemik menurun. Pemanfaatan bahan alam dapat dipilih sebagai salah satu alternatif mencegah infeksi kandidiasis. Teh hitam merupakan salah satu minuman yang memiliki banyak manfaat kesehatan untuk host. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari seduhan teh hitam terhadap pertumbuhan Candida albicans. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, menggunakan metode disc diffusion dengan melakukan pengukuran zona hambat yang dibentuk oleh seduhan teh hitam konsentrasi 12,5%; 25%; 50%; 100%, kontrol negatif (cakram kosong), dan kontrol positif (cakram nistatin) pada Mueller Hinton Agar yang diinkubasi pada suhu 37? C selama 24 jam menggunakan jangka sorong. Hasil uji ANOVA menyatakan bahwa p < 0,05 sehingga dilanjutkan dengan uji Tukey yang menyatakan bahwa seduhan teh hitam dengan konsentrasi 100%; 50%; 25%; 12,5% tidak memiliki efek terhadap pertumbuhan Candida albicans. Kesimpulan dari penelitian ini adalah seduhan teh hitam tidak memiliki efek terhadap pertumbuhan Candida albicans.
Perawatan Komprehensif Nyeri Myofasial pada Pasien Reccurent Apthous Stomatitis: Suatu Laporan Kasus Silvia Naliani; Shelly Lelyana
SONDE (Sound of Dentistry) Vol. 2 No. 1 (2017): SONDE (Sound of Dentistry)
Publisher : Maranatha Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.824 KB) | DOI: 10.28932/sod.v2i1.1792

Abstract

Nyeri di rongga mulut dan sekitarnya merupakan keluhan yang menjadi alasan pasien datang ke dokter gigi. Pada mukosa rongga mulut, recurrent aphthous stomatitis (RAS) merupakan inflamasi yang menyebabkan rasa sakit dan menganggu penderitanya karena rekurensinya. Nyeri myofacial juga sering dialami oleh pasien dan mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari berdampak negatif pada kualitas hidup. Pada makalah ini dilaporkan kasus pasien RAS yang mengalami nyeri myofacial. Selain pemberian antiinflamsi topikal sebagai terapi RAS, pasien dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan dan splint stabilisasi. Perawatan yang komprehensip pada kasus ini menyebabkan penurunan nilai VAS yang significan. Perawatan komprehensif termasuk secara farmakologi maupun non farmakologi perlu dilakukan untuk menghilangkan nyeri yang dialami pasien.
Hypersensitivity in Dentistry Shelly Lelyana
SONDE (Sound of Dentistry) Vol. 5 No. 2 (2020): SONDE (Sound of Dentistry)
Publisher : Maranatha Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28932/sod.v5i2.2861

Abstract

Immune system is a part of body defense system towards diseases, but the immune mechanism that normally defend the body could react in reverse or in other word could destroy its own body. This reaction is well known as hypersensitivity reaction. In dental practice, practitioners are using a few materials and several drugs to treat their patient, like metals, acrylics, antibiotics, hypnotics, anesthetics, to name a few. When using all sorts of dental materials and medication, dental practitioner should have known on how to handle the reaction that can possible happen, most importantly in worst case scenario like patient hypersensitivity reaction towards the materials or medication. These hypersensitivity reaction usually generate manifestations on the body and as a dental practitioner it is important to have an awareness on the signs and symptoms in the oral cavity, so practitioner could figure out on what the cause and how to treat it. Dental practitioners should be aware on the materials and drugs that could potentially be allergen towards patient and themselves. The aim of this literature review is to give information on some of the most common hypersensitivity reaction in dentistry.
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG MEROKOK SEBAGAI FAKTOR RISIKO KANKER RONGGA MULUT DI KELURAHAN BINTAUNA KECAMATAN BINTAUNA KABUPATEN BOLMONG UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA Billy Kolintama; Shelly Lelyana; Silvi Kintawati
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi Vol 18, No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/jitekgi.v18i1.1619

Abstract

Latar belakang: kanker rongga mulut merupakan keganasan pada rongga mulut dan penyebab kematian paling umum pada laki-laki maupun perempuan dewasa. Merokok merupakan salah satu faktor risiko kanker rongga mulut terbesar. Risiko terkena kanker rongga mulut tiga kali lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan yang bukan perokok. Pengetahuan berpengaruh terhadap sikap seseorang tentang merokok. Pengetahuan yang kurang akan bahaya rokok cenderung menyebabkan seseorang merokok dan memberikan dampak untuk tetap merokok, karena merokok dianggap tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan. Tujuan: untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang merokok sebagai faktor risiko kanker rongga mulut. Metode : cross sectional deskriptif observasional dan pengumpulan data melalui cara survey dengan memberikan kuesioner kepada subjek. Penelitian dilakukan pada penduduk Kelurahan Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolmong Utara Provinsi Sulawesi Utara. Total responden adalah 187 orang yang terdiri dari 101 responden laki-laki dan 86 responden perempuan dengan rentang usia 20-60 tahun. Perolehan data menggunakan kuesioner yang dilakukan dengan wawancara. Hasil : 62% responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai merokok sebagai faktor risiko kanker rongga mulut. Kesimpulan: tingkat pengetahuan masyarakat tentang merokok sebagai faktor risiko kanker rongga mulut di Kelurahan Bintauna, secara keseluruhan sudah baik, sedangkan jika dilihat dari perokok dan bukan perokoknya terlihat bahwa responden yang bukan perokok cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan responden perokok.