Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Multilingualism academic community in Purwokerto Ummi Nurjamil Baiti Lapiana; Weksa Fradita Asriyana; Eka Dyah Puspita Sari; Nadia Wirda Ummah; Memet Sudaryanto
EKSPOSE Vol 20, No 1 (2021)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30863/ekspose.v1i1.1372

Abstract

Language is one of the cultural elements that shows self-identity in certain communities. Multilingualism in non-indigenous community in Purwokerto needs to be analyzed to see how natives and sojourners negotiate meanings and deliver messages in their daily multilingual interactions. The negotiation of meanings and delivery of messages become prominent points since multilingualism may lead into meaning shifting, identity changing, and or cultural conflicts between interlocutors. This study employs a descriptive qualitative approach to explain multilingual phenomena in Purwokerto academic community. The data were taken from direct and indirect interactions, such as scientific forums, scientific discussions, faculty meetings, scientific presentations, and social media. The findings and discussions show that the most frequent reasons for multilinguals to code-switch and code-mix is for talking about a particular topic (55.06%) and being empathetic about something (34.17%).Bahasa merupakan salah satu anasir kebudayaan sekaligus dapat menunjukkan identitas diri pada komunitas tertentu. Penerimaan multibahasa pada masyarakat non-native Purwokerto perlu dianalisis untuk melihat keberterimaan bahasa dan ketersampaiannya. Konsep multibahasa yang diterima interlocutors dapat mengalami pergeseran makna, perubahan identitas, maupun perselisihan budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menjelaskan fenomena kebahasaan yang ada pada komunikasi akademik di Purwokerto. Transkrip data meliputi komunikasi yang terbentuk atas pola interaksi langsung dan tidak langsung yang meliputi pertemuan ilmiah dalam diskusi ilmiah, forum rapat, paparan materi maupun komunikasi akademik pada media sosial. Sebagian besar alasan yang mendasari penggunaan multibahasa adalah talking about particular topic (55.06%) dan empatic about something (34.17%). Selain itu, bentuk-bentuk penerimaan konsep multibahasa direfleksikan melalui campur kode dan alih kode melalui interaksi langsung maupun tidak langsung.
Strategi Belajar Bahasa Inggris Pada Era Revolusi Digital 4.0 di Komunitas Duta Bahasa Provinsi Bangka Belitung Eka Dyah Puspita Sari; Ummi Nurjamil Baiti Lapiana; Memet Sudaryanto
Madani : Indonesian Journal of Civil Society Vol. 4 No. 1 (2022): Madani, Februari 2022
Publisher : Politeknik Negeri Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35970/madani.v4i1.835

Abstract

Language is one of the crucial components to face industrial revolution 4.0. Mastery in English, as a foreign language, can be beneficial for people. It can give us chance to explain information, to tell the fact, and to express ideas in various communities in the world. Some ways can be implemented in autonomous learning in digital era 4.0. They are extensive reading and improving writing skills. Extensive reading is an approach to learning English by implementing much time to read books in a short time. The second way is improving writing skills. The role of improving writing skills is to boost academic and career achievements. When someone improves his academic and career, he automatically improves his self-esteem in communicating and interacting with others in English.
OBJEKTIVIKASI PEREMPUAN PADA LIRIK LAGU DANGDUT: PERSPEKTIF SARA MILLS Ummi Nurjamil Baiti Lapiana; Arum Rindu Sekar Kasih
Jurnal Sasindo UNPAM Vol 10, No 1 (2022): Sasindo Unpam
Publisher : Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/sasindo.v10i1.93-105

Abstract

Di  Indonesia,  dangdut  adalah  salah  satu  jenis  musik  yang  digemari oleh masyarakat.  Dangdut dianggap menjadi musik  yang “merakyat” karena  banyak  lagu  dangdut  yang  musiknya  enak  didengar  serta liriknya mudah dicerna sehingga masyarakat mudah menerima musik dangdut.  Pada  sekitar  tahun  2000,  musik  dangdut  semakin berkembang  dengan  munculnya  berbagai  variasi,  seperti  dangdut koplo.  Dangdut  koplo  banyak  berkembang  di  wilayah  pantura, khususnya  wilayah  Jawa  Timur.  Musiknya  yang  enerjik  dan  meriah membuat masyarakat menyukai jenis musik ini. Ditambah pula, lirik pada  lagu-lagu  dangdut  koplo  banyak  yang  bersinggungan  dengan kehidupan  sehari-hari.  Salah  satu  ciri  khas  dari  lirik  lagu  dangdut koplo  adalah  penggunaan  kosakata  “saru”  yang  di  dalamnya sebenarnya menempatkan perempuan sebagai objek. Selain itu, lagulagu  dangdut  koplo  dibawakan  oleh  perempuan  dengan  gaya panggung  yang  cukup  erotis.  Penelitian  ini  menggali  persoalan  lirik lagu  dangdut  koplo  yang  tampak  mengobjetivikasi  perempuan. Dengan  menggunakan  pendekatan  Sara  Mills,  penelitian  ini mengambil  sudut  pandang  feminis  dengan  melihat  sosok  perempuan pada sebuah teks lagu.Kata  Kunci/Keywords:  objektivikasi,  lirik  lagu,  dangdut  koplo, feminis
Perbedaan Fitur Berbahasa Perempuan dan Laki-Laki dalam Berkomentar sebagai Ekspresi Kecantikan: Studi Kasus Akun Instagram @tccandler Arum Rindu Sekar Kasih; Ummi Nurjamil Baiti Lapiana
Jurnal Sasindo UNPAM Vol 10, No 2 (2022): Sasindo Unpam
Publisher : Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/sasindo.v10i2.1-9

Abstract

Instagram merupakan salah satu platform yang cukup banyak diminati oleh masyarakat sebagai media berkomunikasi dan mengekspresikan diri. Melalui fitur-fiturnya instagram menonjolkan konten visual, seperti foto, video/reel  dan Instagram story. Instagram juga memfasilitasi pengguna dan penonton untuk berinteraksi dan mengekspresikan diri melalui berbagai bentuk bahasa melalui caption dan kolom komentar. Akun-akun Instagram bercentang biru atau yang -sudah terverifikasi biasanya mendapatkan cukup banyak- komentar dari warganet. Salah satu akun terverifikasi yang mendapat cukup bahhhnyak follower atau pengikut, yaitu berjumlah 1,2 juta, adalah @tccandler. @tccandler merupakan akun yang mengunggah foto-foto artis papan atas dari berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, yang kemudian setiap tahunnya dibuat susunan peringkat dari nomor 1 sampai 100 berdasarkan kecantikan dan ketampanan dari figur publik tersebut. Tidak ada batasan bagi pengguna instagram, baik laki-laki maupun perempuan bisa memberi komentar pada unggahan yang muncul. Penelitian ini memfokuskan pada perbedaan penggunaan bahasa antara laki-laki dan perempuan dalam memberikan ekspresi kecantikan pada kolom komentar akun instagram @tccandler. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif. Data yang diambil berupa komentar dari warganet pada akun @tccandler. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode padan. Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan metode formal dan metode informal yaitu dengan perumusan dengan tanda dan lambang-lambangjuga perumusan dengan kata-kata biasa. Perbedaan-perbedaan yang tampak jelas dari komentar yang muncul menunjukan bahwa komentar yang ditulis oleh pengguna perempuan lebih sopan dibanding laki-laki, Perempuan menggunakan bahasa yang lebih standar dibanding laki-laki, perempuan lebih banyak menggunaan sapaan dalam berkomentar dibanding laki-laki, dan perempuan lebih banyak mengekspresikan komentar dengan menggunakan emoji dibandingkan laki-laki.
KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING TOKOH ANAK PADA MASA PANDEMI COVID-19 DALAM KUMPULAN CERPEN SEJUTA CERITA ANAK BANYUMAS Wiekandini Dyah Pandanwangi; Aldi Aditya; Ummi Nurjamil Baiti Lapiana
Widyaparwa Vol 50, No 2 (2022)
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.505 KB) | DOI: 10.26499/wdprw.v50i2.1138

Abstract

This article describes the problem solving or problem solving carried out by the child characters during the Covid-19 pandemic, which was seen in the collection of short stories of a million stories for children from Banyumas. The background of this research is psychological issues experienced by children due to the loss of their social environment during the Covid-19 pandemic. Children experience complex problems due to changes in habits during the pandemic. This research is  descriptive qualitative research with a literary psychology approach. The theory used is the theory of Problem Solving. This research is a literature study with reading and note-taking techniques for data collection. Data analysis using content analysis. The results of the analysis show that the five main characters of the children in the collection of short stories of Sejuta Anak Banyumas perform positive activities as a form of problem solving in solving the internal problems they face. The five main characters' positive activities are 1) getting closer to God, 2) developing hobbies such as writing fictions and joining organizations, and 3) doing social activities that are beneficial to others.Artikel ini memaparkan problem solving atau pemecahan masalah yang dilakukan oleh tokoh anak selama menghadapi masa pandemi Covid-19 yang tampak dalam kumpulan cerpen Sejuta Cerita Anak Banyumas. Latar belakang penelitian adalah masalah psikologis yang dialami oleh anak karena kehilangan lingkungan sosialnya akibat pandemi Covid-19. Anak-anak mengalami permasalahan yang kompleks karena perubahan kebiasaan di masa pandemi. Oleh karena itu, kemampuan problem solving tokoh anak selama menghadapi masa pandemi Covid-19 menjadi fokus penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan psikologi sastra. Teori yang digunakan adalah teori Problem Solving. Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka dengan teknik baca dan catat untuk pengumpulan data. Analisis data menggunakan analisis konten. Hasil analisis memperlihatkan bahwa kelima tokoh utama anak dalam kumpulan cerpen Sejuta Cerita Anak Banyumas melakukan aktivitas positif sebagai bentuk problem solving dalam memecahkan masalah internal yang mereka hadapi. Aktivitas positif yang kelima tokoh utama lakukan, yaitu 1) mendekatkan diri pada Tuhan, 2) mengembangkan hobi seperti menulis karya fiksi dan mengikuti organisasi, dan 3) melakukan kegiatan sosial yang bermanfaat bagi orang lain.
Menembus Batas Digital: Penguatan Literasi Digital bagi Ibu-Ibu PKK di Kelurahan Teluk, Purwokerto Selatan, Banyumas dalam Pencegahan Informasi Hoaks Ummi Nurjamil Baiti Lapiana; Ika Oktaviana
Journal Of Human And Education (JAHE) Vol. 4 No. 2 (2024): Journal Of Human And Education (JAHE)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jh.v4i2.768

Abstract

Di era perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, literasi digital menjadi aspek yang sangat krusial dan penting dalam kehidupan sehari-hari. Literasi digital perlu dipahami oleh semua kalangan masyarakat, termasuk di kalangan Ibu-ibu. Hal tersebut dikarenakan kalangan Ibu-ibu sangat rawan akan bahaya dari penggunaan platform digital. Ibu-ibu PKK di Kelurahan Teluk, Purwokerto Selatan, Banyumas menjadi salah satu yang masih kurang dalam memahami budaya literasi digital sehingga masih ditemukan adanya penyebaran informasi atau informasi hoaks di sekitar lingkungan tersebut. Berlatar dari hal tersebut, kegiatan pengabdian Masyarakat ini memiliki tujuan untuk menguatkan pemahaman dan pengetahuan akan literasi digital dalam pencegahan penyebaran informasi hoaks. Hasil dari kegiatan pengabdian ini memberikan dampak dan manfaat yang positif kepada Ibu-ibu PKK di Kelurahan Teluk, diantaranya dapat menguatkan pemahaman literasi digital, meningkatkan pengetahuan dasar akan bahaya informasi hoaks, menghindari penyebaran informasi hoaks, dan menjadikan Ibu-ibu PKK sebagai agen perubahan di PKK masing-masing RT untuk menggalakkan Gerakan Ibu-ibu anti hoaks.