This study aims to analyze intercultural communication among newly admitted nuns, particularly in the context of their social and spiritual adaptation within a multicultural monastic environment. In many monasteries, nuns come from diverse cultural, linguistic, and customary backgrounds, making the communication process both a challenge and an opportunity to foster sisterhood. Employing a qualitative approach with a phenomenological method, this research draws its data from junior nuns originating from various regions in Indonesia, including Sumba, Manado, Padang, and Medan. Data were collected through in-depth interviews with four nuns who have been living in the monastery for 1 to 3 years. The findings indicate that despite their cultural differences, the nuns are able to adapt and establish effective communication within the monastic community. Key factors that facilitate this process include universal religious values, a shared sense of purpose, and openness to others. Additionally, the study highlights the significant role of religious symbols and shared rituals in fostering unity and a sense of belonging among the nuns in the face of cultural diversity. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunikasi antarbudaya pada para suster yang baru memasuki kehidupan biara, khususnya dalam konteks adaptasi sosial dan spiritual di lingkungan yang multikultural. Di dalam biara, para suster kerap berasal dari latar belakang budaya, bahasa, dan adat istiadat yang beragam, sehingga proses komunikasi menjadi tantangan sekaligus peluang untuk mempererat rasa persaudaraan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Narasumber penelitian adalah para suster yunior yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Sumba, Manado, Padang, dan Medan. Data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap empat suster dari beberapa biara di Indonesia, yang baru menjalani kehidupan religius selama 1 hingga 3 tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun memiliki latar belakang budaya yang berbeda, para suster mampu beradaptasi dan membangun komunikasi yang efektif dalam komunitas biara. Faktor-faktor seperti nilai-nilai religius yang bersifat universal, tujuan hidup bersama, dan sikap terbuka menjadi kunci dalam memfasilitasi komunikasi antarbudaya. Penelitian ini juga menemukan bahwa simbol-simbol keagamaan dan ritual bersama memainkan peran penting dalam menyatukan para suster di tengah perbedaan budaya yang ada.